Lukisan dari pasukan artileri Paraguay di medan perang. (Sumber) |
Perang Paraguay (Paraguayan War; Guerra del Paraguay) adalah perang di Amerika Selatan yang terjadi antara Paraguay melawan Argentina, Brazil, & Uruguay. Perang tersebut juga dikenal sebagai "Perang Tiga Aliansi" (War of the Triple Alliance; Guerra de la Triple Alianza) karena di awal perang, negara-negara yang menjadi lawan dari Paraguay menandatangani kesepakatan rahasia yang dikenal sebagai "Traktat Tiga Aliansi" sebagai wujud komitmen mereka untuk bersama-sama memerangi Paraguay.
Perang Paraguay berlangsung selama 7 tahun, tepatnya antara tahun 1864 hingga 1870. Pasca perang, wilayah Paraguay bertambah sempit, sementara wilayah Argentina & Brazil selaku negara-negara lawannya bertambah luas. Perang Paraguay juga dikenang sebagai perang paling mematikan dalam sejarah Amerika Selatan karena tidak ada perang di Amerika Selatan selain Perang Paraguay yang bisa memakan korban tewas hingga 400 ribu orang. Walaupun jumlah korban tewas & intensitas perang tersebut begitu tinggi, perang tersebut tidak terlalu populer di luar Amerika Selatan.
LATAR BELAKANG
1. Kebutuhan Paraguay Akan Wilayah di Tepi Laut
Sejak abad ke-19, Paraguay mengalami pertumbuhan ekonomi & teknologi yang pesat. Pertumbuhan pesat yang dialami Paraguay pada giliranya membuat negara tersebut bisa menghasilkan beraneka macam produk - khususnya produk perkebunan - yang bisa diekspor dalam jumlah besar. Namun, upaya Paraguay untuk bisa mengekspor produk-produknya sendiri terkendala oleh fakta bahwa Paraguay tidak memiliki wilayah laut sebagai akses langsung menuju negara-negara tujuan ekspornya yang terletak di benua lain.
Selama ini, satu-satunya akses bagi Paraguay menuju laut adalah lewat pelabuhan sungai di Sungai Rio Paraguay & Sungai Rio Plata yang bermuara di wilayah perbatasan Argentina & Uruguay. Namun, jalur akses tersebut dianggap masih belum cukup sehingga Paraguay berencana merebut sebagian kecil wilayah Brazil yang berada di tepi Samudra Atlantik lewat jalur militer. Untuk mendukung rencananya tersebut, sejak pertengahan abad ke-19 Paraguay menambah jumlah tentaranya & melakukan modernisasi militer besar-besaran.
Peta lokasi Paraguay. (Sumber) |
2. Perebutan Pengaruh di Uruguay
Uruguay adalah negara kecil di tepi Samudra Atlantik yang diapit oleh Brazil & Argentina. Ada 2 partai politik utama yang mendominasi panggung politik negara tersebut : Partai Nasional yang dekat dengan Paraguay & Partai Kolorado yang dekat dengan Brazil serta Argentina. Bulan April 1864, Brazil mengajukan protes & meminta ganti rugi ke pemerintah Uruguay yang saat itu dikuasai oleh kubu Partai Nasional pasca terbunuhnya seorang peternak Brazil akibat konflik dengan warga Uruguay di dekat perbatasan kedua negara.
Permintaan ganti rugi Brazil ditolak oleh pemerintah Uruguay sehingga pada bulan Oktober 1864, Brazil mengirimkan pasukannya untuk menginvasi Uruguay. Berkat bantuan Argentina & para simpatisan Partai Kolorado, Brazil sukses menggulingkan rezim Partai Nasional yang sedang berkuasa & mengantarkan Partai Kolorado menjadi penguasa baru Uruguay. Merespon tindakan Brazil tersebut, Paraguay yang memang memiliki hubungan dekat dengan Partai Nasional lantas menyatakan perang kepada Brazil 2 bulan sesudah invasi Brazil ke Uruguay sehingga pecahnya "Perang Paraguay" pun tak terelakkan.
BERJALANNYA PERANG
Invasi Paraguay ke Brazil & Argentina
Bulan November 1864 alias sebulan setelah Brazil menginvasi Uruguay, Paraguay menahan kapal berbendera Brazil "Marquels de Olinda" di Asuncion, ibukota Paraguay, sebagai bentuk protes terhadap tindakan Brazil menginvasi Uruguay yang saat itu diperintah oleh partai politik sekutu Paraguay. Sebulan kemudian, Paraguay mengirimkan pasukan beranggotakan 6.000 orang tentara untuk menginvasi Provinsi Mato Grosso, Brazil barat daya. Pasukan Paraguay yang memang unggul jumlah personil berhasil menguasai provinsi tersebut dalam waktu singkat.
Awal tahun 1865, Paraguay memperluas wilayah taklukannya ke Provinsi Rio Grande do Sul, Brazil selatan. 2 bulan kemudian, Paraguay meminta izin pada Argentina agar diperbolehkan memakai wilayahnya supaya Paraguay bisa menginvasi Rio Grande do Sul dengan lebih leluasa. Keinginan Paraguay tersebut ditolak oleh Argentina sehingga tak lama kemudian, Paraguay ikut menyatakan perang kepada Argentina yang diikuti dengan invasi pasukan Paraguay ke Provinsi Corrientes, Argentina timur laut.
Pasukan Paraguay. (Sumber) |
Bulan Mei 1865, Argentina, Brazil, & Uruguay mengadakan perundingan rahasia yang sukses menghasilkan "Traktat Tiga Aliansi". Dalam traktat tersebut, ketiga negara tersebut sepakat untuk bekerja sama memerangi Paraguay hingga presiden Paraguay saat itu, Francisco Solano Lopez, sukses dibunuh atau dilengserkan. Karena traktat itu pula, pihak-pihak yang menjadi lawan dari Paraguay pun dikenal sebagai "Tiga Aliansi" (Triple Alliance; Tripe Alianza). Dan sejak diberlakukannya traktat tersebut, Paraguay pun harus berperang melawan 3 negara sekaligus.
Perjanjian persekutuan Tiga Aliansi mulai berbuah manis bagi para penandatangannya setelah menjelang akhir bulan Mei 1865, pasukan gabungan Argentina & Brazil sukses mengusir pasukan Paraguay dari Provinsi Corrientes, Argentina. Sebulan kemudian, perang akhirnya menjalar ke front perairan setelah kapal-kapal perang Paraguay menyerang kapal-kapal perang Brazil di Corrientes yang berakhir dengan kekalahan armada Paraguay. Kekalahan Paraguay tersebut sekaligus membuat pasukan Tiga Aliansi kini berhasil menguasai front perairan sepenuhnya.
Kalah di Corrientes, Paraguay lantas mengalihkan pasukannya untuk menguasai sisa-sisa wilayah Provinsi Rio Grande do Sul & Uruguay. Namun, upaya Paraguay untuk menguasai Uruguay pada akhirnya harus berakhir dengan kegagalan setelah pasukan mereka berhasil dikalahkan oleh pasukan Aliansi yang berjumlah jauh lebih banyak dalam pertempuran Jatai di tepi Sungai Uruguay pada bulan Agustus 1865. Nasib buruk Paraguay belum berhenti sampai di situ setelah pada September & Oktober 1865, Paraguay berturut-turut kehilangan wilayah Brazil & Argentina taklukannya.
Kapal perang Brazil dalam pertempuran di sungai. (Sumber) |
Invasi Balasan Negara-Negara Aliansi ke Paraguay
Setelah berhasil merebut kembali wilayah-wilayahnya yang sebelumnya dicaplok oleh Paraguay, pasukan Aliansi yang jumlahnya kini mencapai 50.000 personil bersiap untuk menginvasi wilayah Paraguay. Invasi ke wilayah Paraguay sendiri difokuskan pada persimpangan Sungai Paraguay & Parana di mana kompleks perbentengan utama Paraguay berlokasi di sana. Sejak bulan April 1866, pasukan Aliansi melancarkan serangan demi serangan ke dalam wilayah Paraguay, sementara pasukan Paraguay berusaha mempertahankan tanah airnya sekuat tenaga sambil sesekali melancarkan serangan balik mendadak.
Bulan Mei 1866, pasukan Paraguay & Aliansi terlibat dalam pertempuran Tuyuti, salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Amerika Latin. Dalam pertempuran tersebut, Paraguay harus kehilangan 12.000 tentaranya, sementara pasukan Aliansi 4.000. Walaupun menang, pasukan Aliansi mengalami kerugian yang tidak sedikit dalam pertempuran tersebut sehingga mereka memerlukan waktu untuk memulihkan kembali kekuatannya sebelum bisa memulai kembali invasi ke wilayah Paraguay 2 bulan kemudian.
Bulan September 1866, presiden Paraguay yang sadar bahwa pasukannya tidak akan bisa memenangi perang mengundang presiden Argentina, Bartolomo Mitre, untuk melakukan pembicaraan damai. Pembicaraan damai tersebut akhirnya berakhir tanpa hasil karena Presiden Mitre berkeras bahwa perang hanya akan berakhir bila poin-poin dalam Traktat Tiga Aliansi dipenuhi, sementara traktat tersebut menyatakan bahwa perang baru bisa berakhir bila presiden Paraguay tewas atau lengser dari kekuasaannya. Kegagalan perundingan tersebut lantas membuat Perang Paraguay terus berlanjut.
Pertempuran Tuyuti. (Sumber) |
Sejak akhir tahun 1866, kondisi pasukan Aliansi mulai mengalami penurunan setelah muncul pemberontakan di Argentina pada bulan November 1866, pecahnya wabah kolera di kubu pasukan Aliansi pada bulan Maret 1867, & timbulnya perpecahan dalam rantai komando pasukan Aliansi di bulan Agustus 1867. Melemahnya kondisi pasukan Aliansi tersebut lantas dimanfaatkan oleh Paraguay untuk memperkuat kembali pasukannya sehingga pasukan Paraguay sukses menahan laju invasi pasukan Aliansi & sesekali melancarkan serangan balik.
Awal tahun 1868, posisi Mitre selaku pemimpin tertinggi pasukan Aliansi digantikan oleh Adipati Caxias dari Brazil. Usai naiknya Caxias, pasukan Aliansi yang di tahun sebelumnya dilanda perpecahan mulai menemukan kembali momentumnya. Bulan Juli 1868 contohnya, pasukan Aliansi sukses merebut kota penting Humaita setelah melakukan pengepungan dalam waktu lama.
Setahun kemudian, ibukota Asuncion akhirnya jatuh ke tangan pasukan Aliansi, namun perang tidak lantas berakhir karena pasukan Paraguay yang masih tersisa lebih memilih untuk melanjutkan perang via taktik gerilya. Namun sebelum Asuncion jatuh ke tangan pasukan Aliansi, Lopez beserta para pengawalnya berhasil melarikan diri keluar Asuncion. Sejak saat itu, salah satu fokus utama dari pasukan Aliansi di Paraguay adalah menemukan Lopez.
Presiden Paraguay, Francisco Solano Lopez. (Sumber) |
Keinginan tersebut akhirnya terwujud setelah pada bulan Maret 1870, pasukan Aliansi berhasil menemukan kamp rahasia Paraguay di tengah hutan yang ditempati oleh Lopez. Awalnya pasukan Aliansi meminta Lopez menyerahkan diri, namun Lopez menolak & mencoba melawan sambil berseru bahwa ia lebih suka mati di tanah airnya. Lopez pun akhirnya tewas di tangan pasukan Aliansi & dengan tewasnya Lopez, maka berakhir pula Perang Paraguay.
KONDISI PASCA PERANG
Perang Paraguay adalah perang paling berdarah dalam sejarah Amerika Selatan & salah satu perang paling berdarah di abad ke-19. Jumlah korban tewas paling besar harus ditanggung oleh Paraguay yang kehilangan 300.000 nyawa rakyatnya alias lebih dari 60% populasi total negaranya. Di pihak lawan, jumlah korban tewas jika ditotal mencapai 100.000 jiwa di mana mayoritasnya adalah orang Brazil. Tingginya jumlah korban tewas bukan hanya akibat terbunuh dalam perang, tapi juga akibat wabah kelaparan & kolera.
Selain korban jiwa, Paraguay juga menanggung kerugian material yang sangat parah. Situasi tersebut pada gilirannya memaksa pemerintahan Paraguay pasca era Solano untuk mencari pinjaman dari luar negeri dalam jumlah amat besar untuk membangun kembali negaranya. Seolah itu belum cukup, Paraguay juga kehilangan 40% wilayahnya karena dicaplok oleh Argentina & Brazil di mana wilayah-wilayah yang hilang tersebut umumnya adalah wilayah industri & perkebunan yang sebelumnya amat vital bagi perekonomian Paraguay.
Rombongan pengungsi Paraguay. (Sumber) |
Bagi Brazil, Perang Paraguay juga membawa kerugian ekonomi yang signifikan sehingga negara raksasa Amerika Selatan tersebut terpaksa mencari pinjaman dari luar negeri yang sukses dilunasi hanya dalam waktu 10 tahun. Brazil juga tetap menempatkan pasukannya di Paraguay hingga tahun 1876 & ikut serta dalam menentukan pemerintahan baru Paraguay pasca rezim Solano. Pasca perang, posisi militer Brazil dalam aktivitas sosial politik negaranya menjadi semakin dominan sehingga mereka berani melakukan kudeta di akhir abad ke-19 yang sukses mengakhiri era Kekaisaran Brazil.
Bagi Argentina, selain mengalami perluasan wilayah, Argentina juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat pasca perang sehingga negara tersebut menjadi negara termakmur kedua di Amerika Selatan sesudah Brazil. Argentina bahkan berencana mencaplok lebih banyak wilayah Paraguay kalau tidak dicegah oleh Brazil. Bagi Uruguay, perang tersebut mengakhiri perselisihan antara Brazil & Argentina atas Uruguay. Sehingga sejak saat itu, Uruguay bisa mengelola aktivitas politik dalam negerinya secara mandiri tanpa gangguan intervensi dari negara-negara tetangganya. - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1864 - 1870
- Lokasi : Amerika Selatan
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Argentina, Brazil, Uruguay
melawan
(Negara) - Paraguay
Hasil Akhir
- Kemenangan pihak Tiga Aliansi (Argentina, Brazil, Uruguay)
- Wilayah Argentina & Brazil bertambah luas
- Wilayah Paraguay bertambah sempit
Korban Jiwa
- Paraguay : 300.000 jiwa
- Tiga Aliansi : 100.000 jiwa
REFERENSI
Country Studies - Uruguay - The Struggle for Survival, 1852-75
GlobalSecurity.org - War of the Triple Alliance (Lopez War) 1864-1870
WaroftheTripleAlliance.com - Consequences of the War
WaroftheTripleAlliance.com - Timeline of the War
Wikipedia - Empire of Brazil
Wikipedia - Paraguayan War
Bethell, L.. 1996. "The Paraguayan War (1864-1870)". (file PDF)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
sebenarnya bukan hanya Brazil, Argentina dan Uruguay saja yang ikut berperang,... Bolivia ikut serta didalamnya....in terbukti dengan wilayah sebelah barat bolivia bertambah...
BalasHapus@anonim
BalasHapusAda referensi soal itu? Karena sejauh yang saya tahu, negara-negara yang terlibat langsung dalam perang melawan Paraguay ya hanya Argentina, Brazil, & Uruguay
Kalau Bolivia sendiri, dalam perkembangannya wilayahnya justru semakin mengecil akibat kekalahan dalam Perang di Pasifik & Perang Chaco.
emang susah kalao Negara tidak punya LAUT
BalasHapusSalam http://klikbagikan.blogspot.com/