Iring-iringan kendaraan pengangkut perbekalan milik pasukan India. (defenceforumindia.com) |
Cina & India bila dibandingkan memiliki banyak kesamaan. Kesamaan pertama jelas karena keduanya sama-sama terletak di Benua Asia. Kesamaan lainnya, kedua negara tersebut sama-sama merupakan 2 negara terluas & terpadat penduduknya di Asia.
Dengan aneka kelebihan & kesamaan tersebut, sebenarnya baik India maupun Cina bisa muncul sebagai kekuatan baru dunia bila mau bekerja sama, terlebih kalau melihat bahwa Cina & India sekarang sama-sama merupakan anggota persekutuan multinasional BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa). Namun sejarah menunjukkan bahwa aneka kesamaan tersebut lantas tidak membuat kedua negara tidak pernah terlibat konflik terbuka sama sekali.
Konflik terbuka antara kedua negara yang dimaksud di sini adalah perang Cina-India (China-India war) yang kerap juga disebut sebagai perang Sino-India & berlangsung di tahun 1962. Perang ini sendiri terjadi dalam intensitas yang tidak terlalu besar karena hanya berlangsung selama sebulan, lokasinya yang terbatas di daerah perbatasan kedua negara, & hanya melibatkan pasukan darat masing-masing negara.
Salah satu penyebab mengapa hanya pasukan darat yang terlibat dalam perang ini adalah karena lokasi perangnya yang ada di kawasan pegunungan setinggi ribuan meter di atas permukaan laut sehingga pasukan udara & laut dari masing-masing negara tidak bisa ikut diterjunkan.
LATAR BELAKANG
Seperti halnya sejumlah perang lainnya yang melibatkan negara-negara bertetangga, perang Cina-India juga dipicu oleh masalah saling klaim atau sengketa wilayah di perbatasan. Ada 2 wilayah yang menjadi sumber sengketa, yaitu Dataran Aksai Chin di Kashmir & Garis McMahon yang membelah wilayah Tibet. Supaya kita bisa tahu lebih dalam soal asal muasal sengketa kedua wilayah tersebut, maka bagian berikutnya akan membahas soal sejarah singkat kepelimikan 2 wilayah tersebut :
1. Aksai Chin
Sejak tahun 1846 menyusul keberhasilan Inggris menaklukkan Konfederasi Sikh, Inggris berhasil menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya dimiliki oleh Konfederasi Sikh. Salah satu dari wilayah tersebut adalah Aksai Chin yang terletak di wilayah Kashmir utara & timur.
Inggris lalu berunding dengan Cina untuk memutuskan batas resmi antara kedua wilayah, namun perundingan tersebut gagal menentukan batas yang jelas mengenai Aksai Chin. Kendati demikian, sengketa atas Aksai Chin sendiri tidak pernah menjadi isu hangat antara kedua negara hingga beberapa tahun berikutnya.
Memasuki tahun 1865, perwakilan Inggris untuk Kashmir merancang garis perbatasan yang dikenal sebagai "Garis Johnson" di mana garis batas yang memisahkan Cina & Kashmir tersebut memasukkan wilayah Aksai Chin sebagai bagian dari Kashmir. Pemimpin Kashmir menyambut baik keberadaan Garis Johnson tersebut, namun Cina menyatakan penolakannya & enggan mengakui keberadaan Garis Johnson.
Beberapa tahun kemudian - tepatnya pada tahun 1899 - Inggris yang membutuhkan Cina sebagai sekutu untuk membendung pengaruh Kekaisaran Rusia di utara memutuskan untuk menghilangkan keberadaan Garis Johnson & membuat garis batas baru di mana kali ini, sebagian besar wilayah Aksai Chin dijadikan wilayah Cina.
Peta Asia yang menampilkan wilayah sengketa Cina & India (warna merah). Aksai Chin terletak di sebelah kiri, sementara Tibet selatan terletak di sebelah kanan. |
Tahun 1911, timbul Revolusi Xinhai oleh panglima-panglima militer Cina yang mengakhiri era kekaisaran. Pasca revolusi tersebut, kondisi dalam negeri Cina dilanda ketidakstabilan & raksasa Asia itupun sempat tidak memiliki pemerintahan pusat yang jelas selama beberapa waktu. Inggris lantas mulai mengakui kembali keberadaan Garis Johnson sejak berakhirnya Perang Dunia I.
Garis tersebut tetap menjadi salah satu batas resmi antara wilayah India kekuasaan Inggris dengan Cina hingga puluhan tahun berikutnya. Ketika India mendapat kemerdekaan di tahun 1947, pemerintah baru India tetap menyatakan pengakuannya atas garis Johnson sebagai salah satu batas resmi antara India & Cina.
Cina sendiri masih cenderung bersikap adem ayem walaupun tetap enggan mengakui keberadaan Garis Johnson karena Cina ingin memelihara hubungan baik dengan India. Terutama karena India adalah salah satu negara pertama yang mengakui rezim komunis Republik Rakyat Cina (RRC) pasca perang sipil Cina yang berakhir di tahun 1949.
Namun memasuki tahun 1957, hubungan antara keduanya mulai menegang setelah di tahun tersebut India menemukan bahwa Cina secara diam-diam membangun jalan yang menghubungkan Aksai Chin & Tibet selatan dengan provinsi Xinjiang, Cina. Dikombinasikan dengan kasus sengketa atas Garis McMahon & pemberontakan yang timbul di Tibet beberapa tahun kemudian, ketegangan antara kedua negara pun semakin meningkat.
Peta garis batas sengketa. |
2. Garis McMahon (Tibet)
Tahun 1914, Tibet & perwakilan Inggris yang menjajah India terlibat dalam perundingan yang kemudian menghasilkan suatu kesepakatan bernama "Konvensi Simla" di mana konvensi tersebut menetapkan bahwa hanya sebagian wilayah Tibet yang berada di bawah kendali langsung dari Cina.
Sedikit info, Tibet saat itu sebenarnya masih berstatus sebagai bagian dari Cina, namun pemerintah Tibet mengklaim dirinya sebagai negara merdeka dengan memanfaatkan situasi Cina yang sedang tidak stabil akibat perang sipil pasca Revolusi Xinhai. Perundingan yang menghasilkan Konvensi Simla juga tidak melibatkan Cina sehingga dalam perkembangannya, Cina selalu menolak mengakui keberadaan Konvensi Simla & Garis McMahon.
Tahun 1947, Inggris memerdekakan India & pemerintahan baru India menganggap Garis McMahon sebagai salah satu batas resmi wilayahnya. Seperti halnya kasus sengketa Aksai Chin, Cina masih menunjukkan sikap pasif dalam kasus Garis McMahon ini karena walaupun tetap enggan mengakui keberadaan Garis McMahon, Cina tidak pernah menyinggungnya karena ingin tetap menjaga hubungan baiknya dengan India.
Namun lagi-lagi seperti kasus sengketa Aksai Chin, hubungan antara kedua negara mulai memburuk ketika di tahun 1957, India menemukan jalan penghubung antara Aksai Chin & Tibet selatan dengan provinsi Xinjiang yang secara diam-diam dibuat oleh Cina.
Hubungan antara kedua negara semakin panas setelah di tahun 1959, sejumlah penduduk lokal Tibet melakukan pemberontakan untuk mengakhiri kekuasaan Cina atas Tibet. Pemberontakan tersebut berakhir dengan kegagalan & Dalai Lama ke-14 selaku pemimpin spiritual dari Tibet lalu melarikan diri ke India.
Kemauan India untuk menampung Dalai Lama lantas mengundang kemarahan Cina sehingga buntutnya, hubungan antara kedua negara jadi semakin memanas & tentara perbatasan kedua negara mulai sering terlibat baku tembak skala kecil. Merasa bahwa konflik terbuka antara keduanya bakal terjadi dalam waktu dekat, masing-masing negara pun sejak tahun tersebut mulai menambah jumlah tentara & persediaan logistiknya di perbatasan.
Peta lokasi Tibet. (conservapedia.com) |
BERJALANNYA PERANG
Perang Fase I (Oktober 1962)
Di front barat contohnya, serangan cepat yang dilakukan Cina berhasil membuat pasukan India yang menjaga pos-pos perbatasan kewalahan & terpaksa melawan dengan kekuatan seadanya. Hasilnya, hanya dalam waktu 2 hari sejak memulai serangan, pasukan Cina berhasil menguasai seluruh wilayah Aksai Chin.
Di front timur, pasukan Cina yang dari segi jumlah & persiapan perang lebih unggul melakukan penyerbuan ke basis pertahanan pasukan India di sebelah selatan Sungai Namka Chu. Awalnya pasukan India di front timur mengira bahwa pasukan Cina akan menyerang lewat jembatan yang membentang di atas sungai tersebut sehingga mereka pun memfokuskan kekuatannya di sekitar jembatan tersebut.
Namun faktanya, pasukan Cina justru memecah pasukannya di front timur menjadi kelompok-kelompok kecil & kemudian menyeberangi Sungai Namka Chu secara diam-diam pada malam hari lewat kedua sisi jembatan tersebut. Keesokan harinya menjelang terbitnya matahari, pasukan Cina secara mendadak mulai mengepung basis pertahanan India di dekat Sungai Namka Chu. Sembari melakukan serangan, pasukan Cina juga memutus jaringan kabel telepon milik pasukan India.
Terkejut dengan serangan mendadak tersebut & tidak bisa mengirimkan pesan ke luar medan perang untuk meminta bantuan, pasukan India yang ada di sana kemudian melarikan diri ke Bhutan, negara tetangga India di sebelah timur. Pasukan Cina memilih untuk melanjutkan penaklukannya ke wilayah-wilayah sengketa lainnya di India timur & tidak mengejar pasukan India yang melarikan diri ke Bhutan.
Tentara India yang sedang mengoperasikan meriam. (defenceforumindia.com) |
Tanggal 24 Oktober, Cina yang sudah berhasil menguasai seluruh wilayah sengketa di kedua front lalu mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut juga diikuti dengan tawaran dari pihak Cina yang menyatakan bahwa Cina akan menarik mundur pasukannya dari medan perang kalau India mau merundingkan kembali soal garis perbatasan di wlayah sengketa kedua negara.
Tawaran tersebut ditolak India yang diikuti dengan pernyataan bahwa India akan mengerahkan kekuatan militernya secara penuh untuk mengusir Cina dari tanah India. India merasa berani mengeluarkan pernyataan tersebut karena di saat bersamaan, AS & Inggris menyatakan dukungannya pada India.
Perang Fase II (November 1962)
Cina lantas meresponnya dengan melakukan serangan balik ke basis pertahanan India di dekat Se La pada tanggal 17 November. Pasukan Cina sekali lagi menunjukkan kelihaiannya dalam memanfaatkan medan tempur. Alih-alih menyerang basis pertahanan India lewat jalan raya seperti yang diprediksi oleh pihak India, pasukan Cina justru melancarkan serangan lewat jalan kecil di pegunungan & berhasil memberangus pasukan India yang ada di Se La.
Pertempuran yang kembali pecah di front timur lantas menjalar ke front barat. Pada tanggal 18 November 1962, pasukan Cina yang memanfaatkan gangguan jaringan komunikasi yang menimpa pasukan India & kabut yang menyelimuti kawasan tersebut berhasil merebut Bukit Gurung dari tangan pasukan India setelah melalui pertempuran sengit selama 2 hari.
Tentara Cina. (historyguy.com) |
Begitu sengitnya pertempuran tersebut sehingga sekitar 1.000 orang tentara Cina harus tewas atau terluka. India sendiri di lain pihak kehilangan 109 orang dari total 123 tentara yang ditugaskan untuk mempertahankan Bukit Gurung.
Sejumlah tentara India yang selamat dari pertempuran tersebut lalu melarikan diri ke wilayah pegunungan yang lebih tinggi & sempat meminta bantuan pengiriman pasukan tambahan karena khawatir pasukan Cina akan menerobos masuk ke wilayah India untuk mengejar mereka.
Namun yang terjadi adalah pihak Cina justru kembali mengumumkan gencatan senjata tak lama usai pertempuran di Bukit Gurung karena mereka merasa sudah berhasil merebut kembali wilayah-wilayah sengketa yang diklaim sebagai milik mereka. Dengan diumumkannya gencatan senjata tersebut, maka perang Cina-India yang sudah berlangsung selama 1 bulan pun berakhir.
KONDISI PASCA PERANG
Perang Cina-India yang berlangsung selama sekitar 1 bulan memakan korban jiwa 3.000 orang lebih di pihak India & 700 orang lebih di pihak Cina. Hal yang cukup menarik adalah selama berperang, kedua belah pihak tidak pernah melakukan pemutusan hubungan diplomatik. Pasca perang, baik Cina maupun India juga sama-sama menunjukkan komitmennya untuk menyelesaikan masalah sengketa di perbatasan lewat cara-cara damai.
Hasilnya, India mengakui klaim Cina atas Tibet utara & sebagian Kashmir (Aksai Chin), sementara Cina di lain pihak mengakui klaim India atas Tibet selatan (sekarang dikenal sebagai Provinsi Arunachal Pradesh, India). Di luar Cina & India, Pakistan yang memiliki hubungan kurang baik dengan India mulai meningkatkan hubungannya dengan Cina.
Pakistan juga mempelajari perang Cina-India secara mendalam dengan harapan bisa menemukan strategi yang tepat untuk mengalahkan India jika suatu hari nanti, Pakistan & India kembali terlibat perang.
Perang antara keduanya akhirnya benar-benar pecah di tahun 1965 alias hanya 3 tahun usai berakhirnya perang Cina-India. Walaupun menyatakan dukungannya pada Pakistan, Cina tidak mengirimkan bantuan militer apapun pada Pakistan sehingga perang itupun berakhir tanpa pemenang yang jelas.
Tentara Cina & India di perbatasan. (militaryphotos.net) |
Tahun demi tahun berlalu, Cina & India tidak pernah lagi terlibat perang atau konflik berskala besar lainnya. Sejak akhir abad ke-20 yang ditandai dengan peningkatan pesat sektor ekonomi Cina & India, kedua negara juga berusaha meningkatkan hubungan bilateralnya, salah satunya dengan membentuk persekutuan multinasional bernama BRICS yang juga beranggotakan Afrika Selatan, Brazil, & Rusia.
Kendati demikian, ketakutan akan timbulnya konflik di masa depan juga masih tetap ada walaupun peluang timbulnya kembali perang bisa dikatakan kecil. Semoga saja hubungan baik antara kedua negara bisa tetap terjaga karena perdamaian & kerja sama yang saling menguntungkan terbukti jauh lebih bermanfaat daripada harus saling memerangi satu sama lain. - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : Oktober - November 1962
- Lokasi : India utara, Cina barat & selatan
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Cina
melawan
(Negara) - India
Hasil Akhir
- Kemenangan pihak Cina
- Cina mendapatkan seluruh wilayah hasil klaimnya
Korban Jiwa
- Cina : 722 orang tewas
- India : 3.000 orang tewas / hilang
REFERENSI
Abitbol, A.D.. "Causes of the 1962 Sino-Indian War".
(www.du.edu/korbel/jais/journal/volume1/volume1_abitbol.pdf)
GlobalSecurity.org. "Indo-China War of 1962".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/indo-prc_1962.htm)
Wikipedia. "Origin of the Sino-Indian border dispute".
(en.wikipedia.org/wiki/Origins_of_the_Sino-Indian_border_dispute)
Wikipedia. "Sino-Indian War".
(en.wikipedia.org/wiki/Sino-Indian_War)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
thanks pengetahuan nya
BalasHapusPerlu diralat nih, dalam bab Kondisi Pasca Perang, dinyatakan perang berakhir dengan memakan korban jiwa 3000 orang lebih di pihak India & 700 orang lebih di pihak China, sedangkan pada bab Perang Fase II, dinyatakan sekitar 1000 orang tentara China yang harus tewas atau terluka dalam merebut Bukit Gurug.
BalasHapusJadi seharusnya setelah perang berakhir, korban di pihak China enggak mungkin cuma 700 orang lebih.
Terima kasih.
Iyaa betul
Hapus@anonim
BalasHapus1.000 tewas atau terluka berarti itu jumlah campuran antara korban yang tewas & yang hanya sebatas terluka. Jadi bisa saja jumlah korban tewasnya aslinya kurang dari 700, sementara sisanya adalah korban terluka yang masih hidup.
Omong-omong, makasih atas perhatiannya. Maaf kalau kalimat di artikelnya jadi terkesan membingungkan.
taktik perang china memang mantap!Lihat saja perang korea...2 negara(china,korut)lawan korsel,usa,australia,kanada,dll,dan lht sejarah perang china dan vietnam.Wow salut buat china
BalasHapusmantap gan, visit back ya :D
BalasHapusIndia yg mntab dan mmiliki hati nurani bkan sprti china yg sok dan jahat
BalasHapus@Annas toha, kalo baca makanya jgn pakai hati culas, ujung2nya gaya pikiran dodol zaman orba yg keluar. Oya ente minang ya ?
BalasHapus@Annas toha : india itu di beraninya di bawah ketiak amerika dan inggris beda dgn.china yg berjuang teguh membela wilayahnya.
BalasHapusTau apa ente.
china hebat !
BalasHapusAh China komunis,tdk pantas dipuji.krn ideologi komunis kejam rakyatnya sendiri dibantai.saya sbg org Indonesia keturunan tionghoa sangat benci komunis.hidup demokrasi nasionalis kapitalis
BalasHapusChina kleim wilayahnya krn Inggris yg seenaknya bikin batas wilayah yg dulunya masih wilayah China. Sedang India yah senang2 saja dapat warisan Inggris krn bekas jajahan Inggris. Korban jiwa yg tewas semua akibat dosa Inggris
BalasHapusAnda semua memuji cina? Lalu gimana provokasi cina belakangan ini akan wilayah NKRI? Kalo kita perang dengan cina anda masih memuji cina? Respect iya tpi untuk memuji nanti dulu,,
BalasHapus- Apa hebatnya China?? dlm sejarahnya skitar abad XII pernah di jajah Mongolia dgn Dinasti Yuan, di Nusantara Mongolia di halau bak menghalau tikus curut oleh Majapahit yg masih berupa Pedukuhan. Masih hebat Nusantara brarti. Hingga Majapahit runtuhpun Chna tdk berani menyerang Majapahit scra terbuka, cm nunggu Majapahit hancur2 sndiri dgn perang saudaranya (Majapahit-Demak)......Ekspedisi Chengho yg katanya ekspedisi perdamaian,,pdhal itu jelas2 ekspedisi yg mau nyerbu...
BalasHapus-Pada perang dunia II maalah di jajah Jepang...apa hebatnya klw gitu???
IYA INDONESIA HEBAT, DI JAJAH BELANDA AMPE 350 TAHUN, HEBAT KAN HAHAHAHA, TANPA BOM ATOM SAMPAI SEKARANG JUGA BELUM MERDEKA HAHAHA
HapusYa pasti ada positif dan negatif tapi ini lah hidup ga gampang klu nilainya sedih karena dalam perang tidak ada yg baik selalu menyisakan korban nyawa anak manusia.....tapi itulah keadaan tidak dapat di kontrol semua yg terjadi apapun perang sekalipun diluar kontrol manusia jadi usahakan perdamaian peace and love maka dunia lebih indah ...
BalasHapusyang mau kita lihat disini adalah sejarah, dan belajar darinya,, tidak ada yg perlu diributkan..
BalasHapusYg penting tau, kalau negara membutuhkan militer,senjata,dan strategi/ilmu untuk mengolah wilayah kepemilikannya
BalasHapusMenamah wawasan sejarah...good
BalasHapusKita lihat jaman sekarang aja siapa yg menjadi saingan amerika... Sampai amerika takut.... China jawabannya lihat realita aja yg sekarang bukan yg dulu kala
BalasHapusHalo admin, re-tawon. Apa yang anda tulis ternyata terjadi lagi di tahun 2020-2021. Membuktikan bahwa sang admin penulis handal dari 8 tahun yang lalu. Salut untuk sang admin. Yrv1911
BalasHapus