Tentara nasionalis Spanyol di ibukota Madrid. (avaxnews.com) |
Siapa sih yang tidak tahu Spanyol? Negara yang terletak di Semenanjung Iberia, Eropa barat, ini memang memiliki banyak hal yang membanggakan & membuatnya terkenal. Mulai dari bahasa nasionalnya yang mendunia, kehebatan tim nasional sepak bolanya, hingga budaya khasnya semisal budaya adu banteng matador.
Ditinjau dari sejarahnya, Spanyol juga memiliki catatan emas sebagai negara yang pernah menguasai banyak wilayah seberang lautan. Namun selain catatan emas itu, Spanyol juga pernah memiliki sejarah kelam karena negara tersebut pernah dicabik oleh perang saudara.
Perang sipil Spanyol adalah perang saudara yang terjadi di Republik Spanyol antara tahun 1936 sampai 1939. Konflik ini membenturkan kubu republikan / kubu pro-reformasi pasca tumbangnya Kerajaan Spanyol melawan kubu nasionalis Spanyol / kubu anti-reformasi.
Kubu republikan mayoritasnya berasal dari golongan komunis, liberalis, & anarkis. Di pihak yang berseberangan, kubu nasionalis umumnya berasal dari golongan militer senior, kerajaan, bangsawan pemilik lahan luas, & Gereja Katolik.Pasca berakhirnya perang, Spanyol berada dalam kondisi porak-poranda & rezim diktator berhaluan sayap kanan ekstrim (fasis) didirikan di negara tersebut.
Perang sipil Spanyol juga kerap disebut-sebut sebagai konflik pembuka menjelang meletusnya Perang Dunia II di tanah Eropa. Walaupun bukan merupakan penyebab langsung meletusnya Perang Dunia II, pihak-pihak yang nantinya bertempur di Perang Dunia II memakai perang sipil Spanyol sebagai lahan untuk menyebarkan ideologi & menguji coba senjata perang terbaru mereka. Jika Uni Soviet yang berhaluan komunis mendukung kubu republikan, maka Jerman & Italia yang berhaluan fasis mendukung kubu nasionalis.
Peta Spanyol. (destination360.com) |
LATAR BELAKANG
Spanyol di abad ke-17 merupakan salah satu negara adidaya dunia. Namun memasuki abad ke-20, kondisinya benar-benar berubah total. Sektor industrinya tertinggal jauh bila dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, sektor pemerintahannya digerogoti oleh korupsi, & masyarakatnya dipisahkan oleh jurang kesenjangan sosial yang lebar karena mayoritas kekayaan Spanyol hanya terpusat di tangan para anggota kerajaan, anggota Gereja Katolik Spanyol, & tuan tanah.
Kemiskinan yang melanda rakyat Spanyol hanya semakin parah menyusul timbulnya krisis ekonomi global pada dekade 1930-an. Merasa tidak puas dengan kondisi tersebut, pada tahun 1931 sejumlah politikus Spanyol yang umumnya merupakan penganut ideologi liberalisme & sayap kiri memutuskan untuk melakukan reformasi politik & membubarkan Kerajaan Spanyol di tahun 1931.
Upaya reformasi tersebut berjalan relatif mulus karena mayoritas rakyat Spanyol yang memang menginginkan perubahan akibat kegagalan pihak kerajaan mengatasi masalah-masalah sosial. Dengan demikian, sejak tahun 1931 era Kerajaan Spanyol pun berakhir & era Republik Spanyol dimulai.
Ada beberapa program perubahan penting yang diusung oleh para politikus pelaku reformasi saat mendirikan Republik Spanyol. Program-program tersebut antara lain penetapan sistem sekuler (sistem yang memisahkan agama dengan politik) untuk menjauhkan institusi gereja dari aktivitas pemerintahan, pemangkasan kekuatan militer negara, & pembagian tanah kepada para petani kelas bawah.
Rencana dari para politikus tersebut tak pelak mendapat penolakan keras dari kalangan gereja, militer, para pemilik tanah, & bekas anggota kerajaan yang merasa hak-hak istimewanya selama ini diusik. Akibat perbedaan pendapat mengenai reformasi pasca dibubarkannya kerajaan, Spanyol pun ibarat terbelah menjadi 2 kubu : kubu pro-reformasi & kubu anti-reformasi.
Kedua kubu yang berseberangan sebenarnya sempat membentuk badan pemerintahan koalisi di tahun 1933, namun nyatanya perbedaan pendapat tetap menjangkiti koalisi tersebut sehingga pemerintah Spanyol kerap menemui kesulitan saat akan membuat & menjalankan aneka kebijakan. Kegagalan menjalankan sejumlah kebijakan - khususnya yang berkaitan dengan pembagian lahan ke penduduk kelas bawah - lantas membuat pamor pemerintah Spanyol pasca reformasi mulai memudar di mata rakyat.
Para tentara saat mengawal rombongan pekerja yang melakukan protes. (libcom.org) |
Perbedaan pendapat & keretakan yang melanda koalisi pemerintahan semakin lama semakin parah. Sebagai akibatnya, pihak-pihak yang berseberangan pun mulai memakai metode teror & kekerasan terhadap pihak lawannya.
Pembunuhan para tokoh politik menjadi semakin lumrah. Aksi penyerangan ke bangunan-bangunan keagamaan semakin sering terjadi. Kelompok-kelompok milisi jumlahnya semakin membludak.
Sejumlah tentara Spanyol yang merasa tidak puas dengan menurunnya taraf hidup mereka akibat kebijakan pemerintah pasca reformasi juga sempat memberontak di tahun 1932, namun pemberontakan tersebut berhasil ditumpas.
Tahun 1936 di tengah-tengah situasi sosial politik yang semakin kritis, Spanyol menggelar pemilu. Pemilu tersebut berhasil dimenangkan oleh partai koalisi Front Populer yang anggotanya pro-reformasi dengan keunggulan suara amat tipis atas rival terkuatnya, partai koalisi Front Nasionalis yang anti-reformasi.
Pasca dibentuknya pemerintahan hasil pemilu, kondisi keamanan di seantero Spanyol semakin lama malah semakin berlarut-larut & tak terkendali sehingga perang saudara berskala nasional ibarat hanya tinggal menunggu waktu...
BERJALANNYA PERANG
Tahun 1936
Tak lama kemudian, pasukan nasionalis di wilayah utara Spanyol juga turut memulai pemberontakannya sehingga kubu republikan yang sedang menguasai pemerintahan Spanyol pun ibarat terjepit dari utara & selatan.
Pasukan nasionalis dalam pemberontakannya berencana untuk melakukan serangan kilat agar bisa menduduki ibukota Spanyol, Madrid, dalam waktu seminggu. Namun dalam kenyataannya, rencana tersebut gagal terwujud setelah pasukan gabungan yang terdiri dari anggota militer & milisi-milisi petani pro-republikan berhasil menghalau serangan-serangan yang diarahkan kubu nasonalis ke Madrid. Sementara itu di sebelah selatan (Maroko), kekuatan dari pasukan nasionalis Spanyol semakin bertambah usai mendapat bantuan pasukan & pesawat transportasi dari pihak Jerman.
Tank pasukan republikan. (wikipedia.org) |
Bulan September 1936, terjadi pertempuran sengit di Spanyol utara di mana pertempuran tersebut dimenangkan oleh pasukan nasionalis. Akibat kekalahan dari pertempuran tersebut, wilayah Basque - wilayah di Spanyol timur laut yang mayoritas rakyatnya memang merupakan pendukung kubu republikan - berhasil diisolasi dari perbatasan Prancis & wilayah Spanyol milik kubu republikan lainnya.
Di tempat lain, pasukan nasionalis juga mencatat keberhasilan dengan merebut benteng Alcazar di Toledo, Spanyol tengah, dari tangan kubu republikan. Pasca keberhasilan tersebut, pamor Fransisco Franco selaku pemimpin pasukan nasionalis di selatan langsung meroket & dia mengangkat dirinya sebagai pemimpin tertinggi dari kubu nasionalis pada bulan Oktober.
Bulan Oktober 1936, pasukan nasionalis melancarkan serangan besar-besaran ke Madrid, pusat pemerintahan negara Spanyol versi kubu republikan. Untuk menjauhkan para petinggi republikan dari medan perang, kubu republikan terpaksa memindahkan ibukotanya dari Madrid ke Valencia. Perpindahan ibukota tersebut lalu diikuti dengan serangan pasukan nasionalis ke Valencia, namun kali ini serangan tersebut berhasil dipatahkan. Faktor utama dari kegagalan tersebut adalah karena mulai datangnya bantuan persenjataan dari Uni Soviet & milisi-milisi asing pro-komunis di bawah bendera Brigade Internasional untuk membantu kubu republikan.
Tahun 1937
Memasuki tahun 1937, kekuatan dari pasukan Spanyol semakin bertambah menyusul datangnya bantuan pasukan dari rezim fasis Italia & Jerman. Bertambahnya kekuatan tersebut lantas diikuti dengan serangan besar-besaran yang dilancarkan oleh kubu nasionalis untuk merebut Madrid pada bulan januari & Februari 1937, namun serangan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan republikan dengan korban jiwa yang besar di kedua belah pihak.
Kendati demikian, pasukan nasionalis masih bisa sedikit tersenyum karena di awal Februari 1937, pasukan mereka berhasil merebut kota besar Malaga di Spanyol selatan.
Bulan Maret 1937, pesawat-pesawat tempur Jerman membombardir kota Guernica di daerah Basque, daerah pro-republikan yang berlokasi di Spanyol utara. Akibat pemboman tersebut, ratusan orang tewas di mana mayoritas korban tewas adalah wanita & anak-anak.
Peristiwa pemboman tersebut semakin terkenal setelah diabadikan oleh pelukis terkenal Pablo Picasso dalam lukisan terkenalnya yang berjudul "Guernica", di mana lukisan tersebut kini dikenal sebagai salah satu karya seni termahsyur yang menyimbolkan kekejaman perang.
Suasana kota Guernica sesaat sesudah pengeboman. (wikipedia.org) |
Lukisan "Guernica" buatan Pablo Picasso. |
Kembali ke medan perang. Pada bulan Mei 1937, Franco selaku pemimpin kubu nasionalis melakukan penyatuan paksa kubu Katolik & fasis Spanyol ke dalam organisasi baru yang bernama "Gerakan Nasional". Penyatuan tersebut berbuah manis bagi kubu nasionalis karena semakin meningkatkan kekompakan & efektifitas mereka di medan perang.
Di lain pihak, kubu republikan justru dilanda perpecahan setelah pada bulan yang sama, pasukan pro-komunis terlibat perang dengan pasukan pro-anarkis di Barcelona, Spanyol timur. Konflik internal tersebut berhasil dimenangkan oleh kubu komunis yang kemudian melakukan pembantaian besar-besaran kepada orang-orang non-komunis yang masih tersisa.
Bulan Juni 1937, sebagai akibat dari melemahnya kekompakan di tubuh kubu republikan & menurunnya moral pasukan republikan Basque pasca pemboman Guernica beberapa bulan sebelumnya, pasukan nasionalis akhirnya berhasil menduduki Bilbao, ibukota Basque.
Keberhasilan merebut Basque dianggap penting karena wilayah Basque merupakan zona industri Spanyol & mesin-mesin perang pasukan republikan banyak dirakit di sana. Usai jatuhnya Basque ke tangan pasukan nasionalis, pertempuran-pertempuran di perang sipil Spanyol di sisa tahun 1937 lebih banyak terjadi di sekitar Madrid di mana kubu republikan & nasionalis melakukan jual beli serangan tanpa perubahan berarti di garis depan.
Pesawat pembom milik kubu nasionalis. (wikipedia.org) |
Tahun 1938 - 1939
Bulan Januari 1938, pasukan republikan yang selama berjalannya perang menanggung serentetan kekalahan berhasil mengubah sedikit peruntungan mereka setelah berhasil merebut kota Teruel, Spanyol timur laut, dari tangan kubu nasionalis. Namun kesuksesan tersebut tidak berlangsung lama setelah di bulan Februari 1938, pasukan nasionalis yang dibantu oleh pasukan udara Italia & Jerman berhasil merebut kembali kota Teruel.
Bulan April 1938, pasukan nasionalis kembali mencatat kesukesan penting dengan merebut pantai tenggara Spanyol sehingga kubu pro-republikan di Catalonia, Spanyol timur, menjadi terisolasi dari wilayah republikan Spanyol lainnya.
Kubu republikan yang semakin terpojok sempat menawarkan perundingan damai, namun tawaran tersebut ditolak oleh kubu nasionalis yang hanya menginginkan kubu republikan untuk menyerah tanpa syarat.
Bulan Juli 1938, pasukan nasionalis kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Valencia, namun serangan tersebut lagi-lagi berhasil dipatahkan oleh pasukan republikan. Kubu republikan yang selama ini bertindak defensif lantas mencoba melancarkan serangan balasan ke arah utara, namun serangan tersebut berhasil dipatahkan balik oleh pasukan nasionalis di Sungai Ebro. Selang beberapa bulan kemudian & hanya berselisih 8 hari sebelum berakhirnya tahun 1938, pasukan nasionalis memulai serangan besar-besaran untuk merebut Catalonia.
Awal tahun 1939 didominasi oleh pertempuran sengit memperebutkan Catalonia antara pasukan republikan Catalan melawan pasukan nasionalis. Setelah bertempur selama 2 bulan, Catalonia akhirnya jatuh sepenuhnya ke tangan pasukan nasionalis. Sekali tepuk 2 lalat.
Keberhasilan merebut Catalonia tidak hanya membuat wilayah kekuasaan kubu nasionalis bertambah luas, tapi juga membuat negara-negara netral seperti Inggris & Perancis menyatakan pengakuan resminya atas negara Spanyol versi kubu nasionalis.
Foto udara dari kota Barcelona saat mendapat serangan udara. (wikipedia.org) |
Di pihak lawan, wilayah Spanyol yang masih dikuasai oleh kubu republikan sekarang tinggal wilayah Spanyol selatan & sebagian Spanyol tengah. Pasukan republikan yang masih tersisa mencoba melawan sekuat tenaga, namun pada akhirnya pasukan nasionalis yang secara kekuatan & semangat lebih unggul berhasil merebut wilayah republikan yang tersisa satu demi satu.
Perang akhirnya usai dengan kemenangan pihak nasionalis setelah mereka berhasil merebut kota Madrid & Valencia. Di akhir bulan Maret, pasukan nasionalis berhasil merebut kota Madrid & Valencia, 2 basis terakhir kubu republikan. Dengan keberhasilan tersebut, perang sipil Spanyol yang sudah berlangsung selama 4 tahun pun secara resmi berakhir pada awal bulan April 1939.
KONDISI PASCA PERANG
Perang sipil Spanyol mengakibatkan 500.000 orang tewas & kerusakan material yang amat parah di seluruh penjuru negeri. Selama perang, sekitar 500.000 penduduk Spanyol yang pro-republikan juga melarikan diri keluar Spanyol di mana mayoritasnya masih tinggal di negara-negara Amerika Latin hingga sekarang.
Para simpatisan republikan yang masih tersisa di Spanyol sempat melakukan perang gerilya susulan, namun perang tersebut akhirnya usai dengan sendirinya di tahun 1950-an menyusul semakin surutnya kekuatan para pelaku perang.
Sejak perang sipil Spanyol masih berlangsung, kubu nasionalis sudah membentuk pemerintahan sendiri sebagai pemerintahan tandingan bagi rezim republikan Spanyol. Pasca perang sipil, rezim nasionalis Spanyol yang otoriter & cenderung fasis menjadi rezim baru negara tersebut.
Di tahun 1947, Spanyol kembali mengadopsi sistem kerajaan. Namun dalam realitanya, raja Spanyol masih tetap belum bertahta & yang menjadi pemimpin negara tersebut tetaplah Franco. Hanya 1 partai politik yang boleh ada di Spanyol. Franco sendiri menjadi pemimpin Spanyol hingga kematiannya di tahun 1975.
Fransisco Franco. (larousse.fr) |
Selama menjadi pemimpin Spanyol, Franco mengadopsi metode pemerintahan ala diktator untuk menyatukan Spanyol yang selama perang memang terkotak-kotak. Budaya seperti adu banteng matador & tarian flamenco diperkenalkan di seantero Spanyol sebagai budaya nasional & simbol pemersatu rakyat Spanyol. Bahasa Spanyol (Castilla) dijadikan sebagai satu-satunya bahasa yang boleh dipakai di Spanyol.
Di lain pihak, Franco juga mencabut status otonomi khusus yang sebelumnya dimiliki oleh daerah Basque & Catalonia karena kedua daerah tersebut semasa perang sipil merupakan basis pendukung kaum republikan. Kebijakan Franco untuk melarang ekspresi budaya daerah lantas membawa konsekuensi tersendiri bagi masing-masing daerah.
Sebagai contoh, bahasa asli Basque secara perlahan tapi pasti nyaris mengalami kepunahan karena pemakainya yang semakin sedikit & pemakaiannya di muka umum yang dilarang oleh rezim Franco. Fenomena tersebut lantas menjadi salah satu penyebab terbentuknya kelompok ekstrimis Euskadi Ta Askatasuna (ETA; Tanah Air Basque & Kebebasan) di akhir dekade 1950-an dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan Basque. Gerakan separatis serupa juga muncul dalam komunitas Catalan, namun tidak sampai berkembang menjadi gerakan bersenjata. - © Rep. Eusosialis Tawon
PETA PERANG SIPIL SPANYOL
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1936 - 1939
- Lokasi : Spanyol, Maroko
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Republik Spanyol, Uni Soviet
(Grup) - milisi-milisi republikan, Brigade Internasional
melawan
(Grup) - milisi-milisi nasionalis
(Negara) - Italia, Jerman
Hasil Akhir
- Kemenangan pihak nasionalis & sekutunya
- Pembentukan negara Spanyol (Estado Espanol) menggantikan Republik Spanyol
- Konflik skala kecil berlanjut hingga dekade 1950-an
Korban Jiwa
Sekitar 500.000 jiwa
REFERENSI
BBC. 2017. "What is ETA?".
(www.bbc.com/news/world-europe-11183574)
GlobalSecurity.org. "Spanish Civil War".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/spanish-civil-war.htm)
Tonge, S.. 2013. "The Spanish Civil War".
(www.historyhome.co.uk/europe/spaincw.htm)
Wikipedia. "Francoist Spain".
(en.wikipedia.org/wiki/Francoist_Spain)
Wikipedia. "History of FC Barcelona".
(en.wikipedia.org/wiki/History_of_FC_Barcelona)
Wikipedia. "Spanish Civil War".
(en.wikipedia.org/wiki/Spanish_Civil_War)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
3 tahun saja memakan hingga 500 ribu korban jiwa. Waladalah...
BalasHapusmenarik mengetahui sejarah spanyol , seandainya catalonia merdeka seberapa wilayah nya
BalasHapusMau nanya nih, apa negara Soviet Cs kurang banyak membantu sampai Kaum Republiken kalah dari kaum Fasis ? atau karna Soviet memang belum sekuat Pasca Perang Dunia 2 yah ?
BalasHapusPertama, dari segi geografis Uni Soviet berlokasi jauh dari Spanyol. Akibatnya tidak semua persenjataan yang mereka kirimkan bisa sampai ke tujuan. Berbeda dengan Jerman & Italia yang secara geografis lebih dekat, sehingga pasokannya jadi lebih lancar. Lalu sejak akhir tahun 1937, pasokan senjata dari Soviet menurun tajam karena pertimbangan biaya & adanya ancaman dari Jepang di sebelah timur.
HapusAlasan kedua, Soviet memang mengirimkan senjata. Tapi pengirimannya tidak dibarengi dengan pengiriman staf pelatih & operator yang memadai. Jadinya biarpun kubu republikan punya senjata & kendaraan militer, pengoperasiannya di lapangan jadi tidak efektif. Sementara Jerman & Italia sengaja menjadikan perang ini sebagai tempat untuk bereksperimen dengan alutsista & taktik militer sebelum Perang Dunia II dimulai. Militer Jerman juga menyediakan pelatihan untuk puluhan ribu prajurit nasionalis Spanyol.
Alasan ketiga, kubu republikan tidak benar-benar solid karena mereka sendiri terdiri dari beragam kelompok ideologi. Pas di tengah-tengah perang, faksi komunis republikan malah terlibat konflik internal dengan faksi anarkis di Catalonia. Berbeda dengan kubu nasionalis yang kondisinya lebih solid karena ada sosok kharismatik Fransisco Franco.
Saya mau bertanya, kubu Nasionalis pimpinan Jenderal Franco memenangkan perang sipil di Spanyol karena didukung dan dibantu oleh Hitler dan Mussolini. Ketiganya sama-sama berideologi fasisme. Namun, mengapa ketika Perang Dunia II pecah, Spanyol enggan atau tak mau membantu NAZI Jerman dan Italia melawan sekutu?
BalasHapusBerarti Jenderal Franco
Waktu Franco melakukan pertemuan dengan Hitler di Hendaye pada tahun 1940, Franco sebenarnya menyatakan kalau Spanyol berminat untuk ikut serta dalam Perang Dunia II sebagai sekutu Jerman. Tapi dengan syarat kalau seusai perang, Spanyol boleh menguasai Gibraltar, sebagian Afrika Utara, & Kamerun (daerah kekuasaan Jerman sebelum Perang Dunia I).
HapusFranco juga meminta sumbangan bahan pokok dengan dalih membantu mempercepat pemulihan negaranya seusai perang saudara. Padahal Jerman sendiri juga butuh logistik untuk keperluan perang di front lain. Karena Jerman menolak menuruti syarat-syarat yang diajukan Franco, Spanyol pun tidak jadi ikut serta dalam Perang Dunia II.