Suasana dalam Perang Imjin di front laut. |
Korea adalah nama dari semenanjung yang terletak di Asia bagian timur & sekarang ditempati oleh negara Korea Utara beserta Korea Selatan. Di sebelah timur Semenanjung Korea, terdapat negara kepulauan yang tidak lain adalah Jepang.
Sebagai akibat dari lokasinya yang berdekatan, bukan hal yang aneh kalau di masa lalu kedua daerah yang lokasinya berdekatan tersebut pernah terlibat konflik. Salah satu konflik yang pernah melibatkan keduanya adalah Perang Imjin yang berlangsung pada abad ke-16.
Perang Imjin adalah sebutan untuk konflik bersenjata yang mengambil tempat di Semenanjung Korea pada tahun 1592 hingga 1598. Dalam perang ini, pasukan Jepang terlibat kontak senjata dengan pasukan Dinasti Joseon (Korea) & Dinasti Ming (Cina).
Nama "Imjin" pada perang ini diambil dari tahun Imjin (bahasa Korea untuk "naga air") dalam siklus penanggalan tradisional Korea yang juga merupakan tahun dimulainya perang. Dan karena dalam perang ini yang bertindak sebagai pihak agresor adalah Jepang, perang ini juga populer dengan nama "Invasi Jepang ke Korea".
LATAR BELAKANG
Jepang awalnya merupakan negeri kepulauan yang dipenuhi oleh kekacauan & peperangan, sebagai akibat dari seringnya terjadi konflik antara panglima-panglima militer setempat (daimyo) karena memperebutkan wilayah kekuasaan. Periode berdarah tersebut dikenal dengan sebutan periode "Sengoku" (Negara-Negara yang Berperang).
Namun terhitung sejak tahun 1590, para panglima tadi berhasil digandeng atau dipaksa tunduk pada panglima Toyotomi Hideyoshi. Upaya Hideyoshi untuk mendapat legitimasi sebagai penguasa seluruh Jepang semakin mudah karena sejak beberapa tahun sebelumnya, Hideyoshi dipercaya oleh Kaisar Jepang untuk menempati posisi dajo-daijin (semacam menteri tertinggi).
Sukses mengembalikan stabilitas domestik, Hideyoshi kini mengalihkan fokusnya ke luar Jepang supaya para daimyo tadi tidak kembali bertikai satu sama lain. Daratan yang menjadi sasaran Hideyoshi adalah Semenanjung Korea, wilayah Asia yang berjarak paling dekat dengan Kepulauan Jepang.
Hideyoshi berharap jika dia berhasil menguasai Korea, maka jalan untuk menguasai daratan Cina menjadi terbuka lebar. Sebagai langkah awal, Hideyoshi mengirim utusan ke Dinasti Joseon / Choson supaya monarki penguasa Korea tersebut bersedia membiarkan Jepang menggunakan wilayah Korea untuk menginvasi Cina. Sebagai imbalannya, Jepang & Joseon akan melakukan normalisasi hubungan dagang.
Toyotomi Hideyoshi. (nattas.net) |
Tawaran dari Hideyoshi langsung ditolak oleh Raja Seonjo - pemimpin Dinasti Joseon - karena pada saat itu Joseon berstatus sebagai negara bawahan / vassal dari Dinasti Ming, monarki penguasa daratan Cina. Alasan lain kenapa Joseon menolak tawaran dari Hideyoshi adalah karena saat Jepang masih dilanda kekacauan domestik, kapal-kapal Jepang kerap melakukan pembajakan kepada kapal-kapal dagang Korea.
Begitu mendengar balasan dari Raja Seonjo, Hideyoshi pun langsung memerintahkan para daimyo di seantero Jepang untuk mengirimkan para samurai & milisinya ke Kyushu (sekarang bernama Karatsu) yang letaknya berada tepat di seberang pantai Semenanjung Korea.
Memasuki tahun 1592, jumlah prajurit yang berhasil dikumpulkan oleh Hideyoshi mencapai 225.000 personil. Mereka merupakan prajurit yang terlatih & berpengalaman karena sudah makan asam garam selama periode Sengoku. Selain ahli dalam menggunakan pedang, mereka juga dilengkapi dengan persenjataan modern pada masanya seperti meriam & senapan.
Sejak beberapa tahun sebelumnya, Hideyoshi juga sudah memerintahkan pembangunan kapal dalam jumlah besar untuk supaya pasukan darat Jepang bisa diangkut ke daratan Korea. Ketika Hideyoshi merasa puas dengan pasukan yang sudah terkumpul, ia pun memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Korea.
BERJALANNYA PERANG
Berjaya di Darat, Merana di Laut
Bulan Mei 1592, sekitar 700 kapal Jepang yang mengangkut ratusan ribu tentara berhasil mendarat di Pusan / Busan, Korea selatan. Karena pasukan Jepang lebih unggul dalam hal jumlah, persenjataan, & pengalaman tempur, mereka berhasil mengalahkan pasukan Joseon yang ditempatkan di kota tersebut dengan mudah.
Sesudah berhasil menguasai Pusan, pasukan Jepang lalu dipecah ke dalam 3 divisi & bergerak sendiri-sendiri ke arah ibukota Seoul sambil menjarah desa-desa di sepanjang rute yang mereka lewati. Namun sebelum berhasil mencapai Seoul, mereka keburu dicegat oleh pasukan Joseon di Chungju / Chongju, Korea tengah.
Ilustrasi pasukan Jepang yang sedang menggunakan senapan. (twcenter.net) |
Lagi-lagi pasukan Jepang berhasil mengalahkan pasukan Joseon & mereka pun terus melanjutkan perjalanannya ke utara. Begitu Raja Seonjo mendengar berita mengenai kekalahan pasukan Joseon di Chungju, ia menjadi panik & kemudian mengungsi ke kota Uiju, Korea barat laut. Hanya dalam waktu kurang lebih 3 minggu sejak invasi dimulai, pasukan Jepang berhasil menduduki ibukota Seoul.
Militer Joseon sendiri bukannya sama sekali tidak bertaji. Karena selama bertahun-tahun perairan Korea kerap menjadi sasaran penyerang kapal-kapal bajak laut Jepang, Joseon pun memperkuat angkatan lautnya di bawah pimpinan Admiral Yi Sun Shin. Salah satu inovasi terpenting dari Admiral Yi adalah "kobukson" (kapal kura-kura; turtle ship), kapal perang yang aslinya merupakan hasil modifikasi dari kapal perang panokseon.
Bukan tanpa alasan kobukson memperoleh nama demikian. Kobukson dilengkapi dengan perisai berbentuk setengah lingkaran di bagian atasnya sehingga terlihat seperti tempurung kura-kura. Perisai itu sendiri aslinya adalah lambung kapal yang dipasang terbalik.
Bagian luar tempurung kapal dilengkapi dengan duri-duri logam sehingga jika awak kapal Jepang nekat melompat ke kobukson untuk membunuh para awaknya, mereka akan mati tertancap duri. Sementara untuk urusan persenjataan, kobukson dilengkapi dengan deretan meriam di bagian depan & sisi kapalnya. Haluan kobukson berbentuk rata & tebal sehingga kapal tersebut juga bisa digunakan untuk menabrak kapal musuh & membuatnya oleng hingga terbalik.
Kapal kura-kura & bagian dalamnya. |
Kembali ke medan perang. Karena pasukan Jepang lebih unggul dalam pertempuran darat, pasukan Joseon lalu memilih untuk fokus menyerang kapal-kapal laut Jepang. Harapannya, suplai logistik untuk pasukan Jepang di Korea jadi terputus sehingga mereka jadi lebih mudah untuk dikalahkan.
Pertempuran laut pertama antara armada Joseon & Jepang adalah Pertempuran Okpo pada bulan Juni 1592 di mana dalam pertempuran tersebut, armada Joseon berhasil menenggelamkan 31 kapal Jepang tanpa kehilangan 1 kapal pun.
Sesudah itu, amada Joseon terus mencatatkan serentetan kemenangan penting atas armada Jepang. Superiotas armada Joseon tidak lepas dari fakta bahwa kapal-kapal armada Jepang aslinya adalah kapal dagang & nelayan yang dimodifikasi untuk mengangkut tentara.
Sementara itu di darat, pasukan Jepang terus melanjutkan pergerakannya ke utara & bahkan sudah berhasil menguasai Pyongyang di akhir tahun 1592. Namun pasukan Jepang sama sekali tidak bisa bersantai karena di wilayah yang sudah mereka taklukkan, penduduk setempat membentuk kelompok-kelompok milisi untuk melakoni perang gerilya melawan Jepang.
Di luar Korea, Dinasti Ming juga mengirimkan pasukannya untuk membantu pasukan Joseon. Pertempuran antara pasukan Jepang melawan pasukan gabungan Joseon & Cina akhirnya pecah pada bulan Januari 1593 di Pyongyang. Kepayahan karena harus berperang dengan persediaan logistik yang semakin menipis, pasukan Jepang memutuskan untuk mundur ke Seoul & membiarkan Pyongyang direbut oleh pasukan lawannya.
Peta Perang Imjin. (Yug / wikimedia.org) |
Gagalnya Perundingan Damai
Pertengahan tahun 1593, Jenderal Konishi yang memimpin pasukan Jepang di Korea terlibat perundingan damai dengan komandan Cina & Joseon. Hasilnya, berdasarkan perundingan tersebut, Jepang setuju untuk menarik mundur pasukannya ke Pusan & tetap berada di sana. Sesudah itu, barulah pemerintah pusat Cina & Jepang saling mengirim utusan untuk melakukan perundingan damai susulan yang berlangsung hingga tahun 1596.
Akhir dari perundingan damai tersebut sama sekali tidak baik karena alih-alih mengabulkan tawaran Jepang supaya Jepang diperbolehkan menguasai ujung selatan Semenanjung Korea, Cina justru berencana menjadikan Jepang sebagai negara bawahannya. Merasa marah & tersinggung, Hideyoshi lalu mengumpulkan 140.000 prajurit tambahan untuk dikirim ke Korea.
Karena Hideyoshi sadar akan kejeniusan Admiral Yi Sun Shin dalam memimpin armada laut Joseon, Hideyoshi lalu mengutus bawahannya untuk menyamar menjadi mata-mata Joseon & membuat informasi palsu kalau pasukan Jepang akan mendarat di suatu lokasi. Percaya dengan cerita tersebut, pemerintah Joseon lalu memerintahkan Admiral Yi untuk mengirim pasukannya ke lokasi yang dimaksud.
Namun Admiral Yi menolak karena ia mencium ada yang tidak beres dari info tersebut. Akibatnya, Admiral Yi langsung dijebloskan ke dalam penjara atas tuduhan pembangkangan. Merasa senang karena rencananya berjalan sesuai dengan keinginannya, Hideyoshi lalu mengirimkan pasukan yang sudah dikumpulkannya untuk bergabung dengan pasukan Jepang yang masih bermukim di Pusan.
Pasukan darat Joseon dalam Pertempuran Haengju (1593). (samuelhawley.com) |
Ketiadaan Admiral Yi membuat armada laut Jepang berhasil mencapai pesisir Korea & kemudian bergerak menuju Seoul. Alih-alih sukses menaklukkan Seoul seperti saat invasi di tahun 1592, baru setengah perjalanan laju pasukan Jepang sudah harus terhenti karena mereka gagal mengalahkan pasukan Joseon yang kini berada dalam kondisi jauh lebih siap & dibantu oleh pasukan Dinasti Ming.
Sebagai akibatnya, pasukan Jepang terpaksa mundur kembali ke Pusan. Nasib pasukan Jepang di Korea semakin runyam setelah Admiral Yi dibebaskan dari penjara & kembali memimpin armada laut Joseon. Pasukan Jepang kini hanya bisa bertahan di benteng-benteng yang ada di sepanjang pantai selatan Korea sambil menahan gempuran dari pasukan darat & laut Joseon.
Tanggal 18 September 1598, Hideyoshi menghembuskan napas terakhirnya. Meninggalnya Hideyoshi lalu diikuti dengan munculnya perintah dari Jepang supaya pasukan Jepang di Korea segera kembali ke negaranya. Ketika kontingen terakhir pasukan Jepang sedang berlayar untuk pulang kembali ke negaranya, mereka langsung dicegat oleh armada Joseon di Selat Noryang.
Dalam pertempuran tersebut, armada Joseon berhasil menenggelamkan lebih dari 200 kapal Jepang. Namun kemenangan gemilang tersebut harus dibayar mahal dengan gugurnya Admiral Yi akibat terkena peluru tentara Jepang. Dengan berakhirnya Pertempuran Noryang, berakhir pula Perang Imjin dengan kegagalan Jepang menaklukkan Semenanjung Korea.
Patung Admiral Yi Sun Shin di Seoul. |
KONDISI PASCA PERANG
Perang Imjin merupakan perang yang menguras tenaga kedua belah pihak. Dalam perang tersebut, Jepang harus kehilangan 100.000 prajuritnya. Seolah itu belum cukup, Perang Imjin juga berkontribusi atas melemahnya kekuasaan klan Hideyoshi & sekutunya di Jepang.
Situasi tersebut lalu berhasil dimanfaatkan oleh klan Tokugawa untuk mengalahkan klan-klan rivalnya & mendirikan Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603. Keshogunan tersebut sukses bertahan selama berabad-abad melalui kebijakan isolasionisme & sistem pengkastaan masyarakat yang sangat ketat, namun pada akhirnya riwayat Keshogunan Tokugawa harus berakhir pada tahun 1867 akibat peristiwa Restorasi Meiji.
Di pihak Joseon, mereka juga harus menanggung kerugian yang sama sekali tidak sedikit. Ratusan ribu penduduknya tewas di mana selain tewas akibat dibunuh prajurit Jepang, mereka juga harus kehilangan nyawa akibat kelaparan & wabah penyakit. Fenomena yang timbul karena saat pasukan Jepang masih menguasai wilayah Korea bagian selatan, mereka merusak lahan pertanian & menjarah rumah-rumah penduduk.
Selain korban jiwa, Perang Imjin juga membuat daratan Korea porak poranda. Untuk memulihkan perekonomian negara sesegera mungkin, Dinasti Joseon pun melakukan perubahan pada sistem penarikan pajaknya. Para petani Joseon juga mulai menanam barley - sejenis tanaman berbiji mirip gandum - supaya lahan pertaniannya tetap produktif ketika sedang tidak bisa ditanami padi.
Kekalahan dalam Perang Imjin tidak serta merta mengubur impian Jepang untuk menaklukkan Korea. Mereka tetap menyimpan ambisi untuk menguasai Korea sebagai batu loncatan untuk menguasai daratan Cina & Siberia timur.
Ambisi tersebut akhirnya terwujud pada tahun 1910 di mana setelah Jepang berhasil memenangkan Perang Rusia-Jepang yang berakhir di tahun 1905, Jepang diperbolehkan menguasai Semenanjung Korea. Selama menguasai Korea, Jepang menerapkan gaya pemerintahan tangan besi sehingga banyak rakyat Korea yang menyimpan dendam berkepanjangan kepada Jepang. Tak terkecuali hingga sekarang. - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1592 - 1598
- Lokasi : Semenanjung Korea
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Joseon, Ming
melawan
(Negara) - Jepang
Hasil Akhir
Kemenangan pihak Joseon & Ming
Korban Jiwa
Sekitar 1 juta jiwa
REFERENSI
Caraway, B.. "Coin of the Realm".
(koreanhistoryproject.org/Ket/C13/E1301.htm)
Caraway, B.. "Song of the Great Peace".
(koreanhistoryproject.org/Ket/C12/E1205.htm)
Caraway, B.. "The Home Front".
(koreanhistoryproject.org/Ket/C12/E1204.htm)
Ford, S.. 1997. "The Failure of the 16th Century Japanese Invasions of Korea".
(www2.hawaii.edu/~sford/research/turtle/)
Hawley, S.. 2003. "The Imjin War (part 1)".
(www.samuelhawley.com/imjinarticle1a.html)
Kuwata, T.. 2008. "Toyotomi Hideyoshi". Encyclopaedia Britannica, Chicago.
Lew, Y.I.. 2008. "Korea, history of". Encyclopaedia Britannica, Chicago.
The Pirate King. "Korean Turtle Ships".
(www.thepirateking.com/ships/ships_turtle.htm)
Wikipedia. "Japanese invasions of Korea (1592–98)".
(https://en.wikipedia.org/wiki/Japanese_invasions_of_Korea_%281592%E2%80%9398%29)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
keren,nambah2 wawasan,makasih kk :D
BalasHapusKweren gan
BalasHapusThank's bro.
BalasHapusNambah wawasan.
👍
BalasHapusKeren informasi ya, lengkap bgt trs gampang di pahami
BalasHapusgw rasa admiral yi shun shin dibunuh raja koreanya, karna pamornya mengalahkan raja hahaa
BalasHapus