Lukisan mengenai Pertempuran Jembatan Stirling antara pasukan Inggris & Skotlandia. (Sumber) |
Skotlandia adalah nama dari salah satu negara bagian penyusun Inggris Raya (United Kingdom) yang terletak di Pulau Britania bagian utara. Negara bagian dengan bendera biru bermotif palang diagonal putih ini memiliki banyak hal yang membuatnya termahsyur di seluruh dunia. Mulai dari pakaian tradisionalnya yang bernama kilt & berbentuk menyerupai rok kotak-kotak, alat musik tiup khasnya yang bernama bagpipe, hingga Danau Loch Ness yang konon dihuni oleh monster air misterius.
Sebelum abad ke-17, Skotlandia adalah negara kerajaan yang berdiri sendiri. Inggris (England) selaku negara tetangga Skotlandia di sebelah selatan sempat mencoba menaklukkan Skotlandia secara paksa pada akhir abad ke-13. Namun upaya tersebut berhasil digagalkan berkat gigihnya perlawanan yang ditunjukkan oleh rakyat Skotlandia. Peristiwa tersebut di masa kini dikenal sebagai "Perang Kemerdekaan Skotlandia" (Wars of Scottish Independence). Berdasarkan waktunya, Perang Kemerdekaan Skotlandia bisa dibagi ke dalam 2 fase, yaitu fase I (1296 - 1328) & fase II (1332 - 1357).
Perang kemerdekaan Skotlandia juga terkenal karena dalam perang inilah, tersembul nama William Wallace sebagai salah satu tokoh pemimpin pemberontakan Skotlandia di masa perang fase I. Wallace sendiri harus tewas dieksekusi tentara Inggris sebelum berhasil mewujudkan kemerdekaan Skotlandia. Kendati demikian, rakyat Skotlandia di masa kini tetap mengenang Wallace sebagai simbol heroisme bangsa Skotlandia dalam membela tanah airnya. Kisah mengenai perjuangan William Wallace juga sempat diangkat ke media film dengan judul "Braveheart" & dirilis pada tahun 1995, di mana sosok William Wallace diperankan oleh aktor Mel Gibson.
Peta Skotlandia. (Sumber) |
LATAR BELAKANG
Tahun 1286, Raja Alexander III yang sudah memerintah Skotlandia sejak pertengahan abad ke-13 meninggal dunia. Seharusnya orang yang menjadi penerus tahta Alexander adalah Margaret, putra raja Norwegia merangkap cucu Alexander yang baru berusia 4 tahun. Namun masalah timbul ketika pada tahun 1290, Margaret juga wafat akibat sakit. Meninggalnya Margaret lantas diikuti dengan munculnya klaim dari 13 orang berbeda kalau masing-masing dari mereka adalah pewaris tahta sah Kerajaan Skotlandia.
Krisis politik Skotlandia lantas mendorong Wali Skotlandia - badan pemerintahan sementara Skotlandia - untuk mengundang Raja Inggris, Edward I, ke Skotlandia. Harapannya, Edward bisa mencitrakan dirinya sebagai pihak netral & membantu memfasilitasi perundingan antara masing-masing pengklaim tahta Kerajaan Skotlandia sehingga raja baru Skotlandia bisa terpilih tanpa harus melalui perang saudara. Edward menyambut undangan dari Wali Skotlandia. Namun tanpa disadari oleh para anggota Wali, Edward ternyata juga berencana menjadikan Skotlandia berada di bawah pengaruhnya.
Tahun 1292, John Balliol dinobatkan sebagai raja baru Skotlandia & diperintahkan menyatakan sumpah kesetiaan kepada Edward. Tidak ingin melihat Skotlandia menjadi negara boneka Inggris, sejumlah bangsawan, tokoh agama, & anggota senior Kerajaan Skotlandia kemudian mengirim perwakilan untuk melakukan perundingan rahasia dengan Perancis. Hasilnya, pada tahun 1295 didapatlah kesepakatan kalau Perancis akan membantu Skotlandia jika Skotlandia terlibat perang dengan Inggris. Kesepakatan ini dikenal sebagai "Aliansi Auld" & menjadi faktor penting yang menentukan arah peperangan yang bakal terjadi di Pulau Britania kelak.
Raja Inggris, Edward I. (Sumber) |
BERJALANNYA PERANG FASE I (1296 - 1328)
Awal tahun 1296, ketika Inggris mengirimkan pasukannya ke Gascony, Perancis, para prajurit Skotlandia melakukan serangan kecil-kecilan ke Inggris utara. Edward akhirnya sadar kalau Skotlandia memiliki perjanjian rahasia dengan Perancis sehingga ia pun mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk menginvasi Skotlandia. Bulan Maret 1296, pasukan Inggris menyerbu Berwick & membunuh semua penduduknya. Sebulan kemudian, giliran pasukan Skotlandia di Dunbar yang harus meregang nyawa di tangan pasukan Inggris.
Bulan Juli 1295, pasukan Inggris menangkap & menggulingkan paksa John Balliol dari tahtanya sehingga kini Skotlandia secara resmi menjadi bagian dari Inggris. Selama berbulan-bulan, tidak ada yang berani mengangkat senjata untuk menentang penjajahan Inggris atas Skotlandia. Namun semua itu berubah ketika sejak bulan Mei 1297, William Wallace bersama sejumlah pengikutnya melakukan serangan sporadis ke pos-pos militer Inggris. Merasa geram dengan tindakan Wallace, Inggris lalu mengerahkan pasukannya untuk menghabisi pasukan Wallace di dekat Jembatan Stirling. Namun yang terjadi adalah pasukan Inggris mengalami kekalahan telak di Stirling sehingga kini pasukan Skotlandia bisa menyerbu wilayah Inggris utara secara leluasa.
Tren kemenangan pasukan Skotlandia sayangnya tidak berlanjut setelah pada bulan Juli 1298, pasukan Inggris yang terdiri dari pemanah & kavaleri berhasil mengalahkan pasukan Skotlandia yang didominasi oleh prajurit bertombak dalam pertempuran di Falkirk. Pasca pertempuran tersebut, Wallace menjadi buronan Inggris & mengasingkan diri, sementara Inggris terus menggencarkan kampanye militernya di Skotlandia. Memasuki tahun 1304, Istana Stirling yang juga merupakan benteng raksasa terakhir Skotlandia berhasil direbut oleh pasukan Inggris, sehingga kini mayoritas bangsawan Skotlandia terpaksa kembali menyatakan tunduk pada Inggris.
Tahun 1305, Inggris akhirnya berhasil menangkap William Wallace sebelum kemudian menggantungnya hingga tewas & memotong-motong mayatnya untuk dikubur di 4 tempat berbeda di Inggris. Kekuasaan Inggris atas Skotlandia pun sekali lagi nampak tidak bakal terusik lagi. Namun pada bulan Februari 1306, pemberontakan di Skotlandia kembali pecah di mana kali ini yang memimpin pemberontakan adalah Robert de Bruce, salah satu bangsawan yang sempat mengklaim diri sebagai pewaris tahta Skotlandia pasca meninggalnya Alexander III & Margaret. Bulan Juni 1306, pasukan Inggris berhasil mengalahkan pasukan Skotlandia melalui sebuah serangan tiba-tiba di Taman Methven. Beruntung bagi Robert, ia tidak sampai terbunuh oleh serangan tersebut & kemudian pergi bersembunyi.
Lukisan mengenai Pertempuran Bannockburn. (Sumber) |
Peta lokasi Bannockburn. (Sumber) |
Setahun berlalu, Robert kembali menampakkan diri & memimpin para pengikutnya untuk mengalahkan pasukan Inggris di Bukit Loudon pada tanggal 10 Mei. Skotlandia semakin percaya diri kalau mereka bisa mengenyahkan Inggris setelah pada bulan Juli 1307, Raja Edward I meninggal dunia. Robert kemudian memantapkan kedudukannya di Skotlandia utara & barat sebelum kemudian melakukan invasi ke daerah-daerah Skotlandia yang masih dikuasai Inggris. Puncaknya adalah ketika pada tahun 1314, pasukan Skotlandia berhasil mengalahkan pasukan Inggris dalam Pertempuran Bannockburn, sehingga jalan Skotlandia untuk menguasai kembali Istana Stirling & sisa-sisa wilayah Skotlandia menjadi semakin tak terbendung.
Kegagalan Raja Edward II untuk menguasai kembali Skotlandia membuat pamornya semakin anjlok di mata para bangsawan Inggris. Akibatnya, pada tahun 1326 Edward II dikudeta oleh istrinya sendiri, Isabella, sebelum kemudian Isabella mengangkat putranya menjadi raja baru Inggris dengan gelar Raja Edward III. Melihat kondisi politik di Inggris yang semakin kacau, Robert kemudian memanfaatkannya dengan cara mengirimkan pasukan ke Inggris utara sambil mengancam kalau Skotlandia akan mencaplok Inggris. Merasa tidak punya pilihan lain, Inggris terpaksa mengakui kemerdekaan Skotlandia dalam perundingan damai di Northampton pada tahun 1328. Perang panjang antara Skotlandia & Inggris pun berakhir - namun tidak untuk waktu yang lama.
BERJALANNYA PERANG FASE II (1332 - 1357)
Keberhasilan Skotlandia memerdekakan diri ternyata masih belum bisa diterima oleh Edward III. Kebetulan sejak tahun 1329, Skotlandia tidak lagi dipimpin oleh Robert de Bruce yang meninggal dunia pda tahun tersebut, sementara David II selaku putra mahkota Robert baru berusia 4 tahun. Sebenarnya selama David masih belum cukup umur, ada anggota Wali Skotlandia bernama Thomas Randolph yang bertugas memimpin Kerajaan Skotlandia untuk sementara waktu. Namun Thomas sendiri tidak menjalankan tugas tersebut dalam waktu lama karena ia keburu meninggal pada tahun 1332.
Wafatnya Robert & Thomas lantas coba dimanfaatkan oleh Edward III untuk kembali menancapkan kekuasaannya atas Skotlandia. Gayung bersambut karena Edward III mendapat dukungan dari sejumlah bangsawan Skotlandia yang mengintip peluang untuk bisa menjadi raja baru Skotlandia. Para bangsawan tersebut dikenal dengan sebutan "Disinherited" (Mereka yang Hak Warisnya Tercabut). Salah satu bangsawan Skotlandia pengklaim tahta tersebut adalah Edward Balliol, putra dari John Balliol.
Edward Balliol. (Sumber) |
Bulan Agustus, pasukan Disinherited mendarat di pantai Fife, Skotlandia timur. Tidak jauh dari sana, ternyata pasukan Skotlandia sudah menunggu. Pertempuran antara pasukan Skotlandia & Disinherited pun pecah pada tanggal 12 Agustus di Dupplin Moor. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Disinherited sebenarnya kalah jumlah. Namun dengan cerdik, pasukan Disinherited menghujani pasukan Skotlandia dengan anak panah sehingga banyak prajurit Skotlandia yang tewas sebelum sempat melakukan pertarungan jarak dekat dengan prajurit Disinherited.
Keberhasilan pasukan Disinherited memenangkan Pertempuran Dupplin Moor membuat pergerakan mereka di Skotlandia timur menjadi tak terbendung lagi. Balliol kemudian dinobatkan sebagai raja baru Skotlandia pada tanggal 24 September 1332. Sebulan kemudian, pasca munculnya pernyataan menyerah dari Archibald Douglas selaku anggota baru Wali Skotlandia, Balliol memulangkan pasukan Inggris ke negara asalnya karena dia merasa sudah tidak membutuhkan mereka lagi. Namun pernyataan menyerah tersebut ternyata hanyalah trik dari Archibald karena pada bulan Desember, pasukan Skotlandia yang masih loyal kepada Raja David II menyerang Balliol di Annan, Skotlandia selatan.
Balliol sukses meloloskan diri dari serangan di Annan & kemudian meminta bantuan kepada Raja Edward III. Edward III lantas meresponnya dengan cara mengirimkan pasukannya untuk menyerang Berwick pada bulan Maret 1333. Empat bulan berlalu, pasukan Skotlandia yang dipimpin langsung oleh Archibald mencoba membebaskan kembali Berwick, namun gagal & Archibald harus gugur di medan tempur. Jatuhnya Berwick ke tangan Inggris lantas diikuti dengan pendudukan sebagian besar wilayah Skotlandia oleh militer Inggris, sementara David II sendiri mengungsi ke Perancis.
Lukisan mengenai pengepungan Berwick oleh pasukan Inggris. (Sumber) |
Tahun 1337, Inggris menginvasi Perancis sekaligus memantik pecahnya "Perang 100 Tahun" (Hundred Years War) karena Edward III merasa memiliki klaim tahta atas Perancis. Dasar klaimnya adalah karena ibu dari Edward III adalah saudara perempuan Charles IV, raja Perancis yang wafat pada tahun 1328. Tindakan Edward III tersebut di sisi lain membuat konsentrasinya terpecah karena selain harus mengawasi jalannya invasi di Perancis, dia juga harus memastikan kalau Skotlandia tidak mencoba memberontak. Situasi makin rumit bagi Edward III karena pada tahun 1341, David II yang kini sudah berusia 18 tahun kembali ke Skotlandia untuk memimpin pemberontakan.
Di bawah pimpinan David, pasukan Skotlandia beberapa kali melakukan serangan sporadis ke wilayah Inggris. Memasuki bulan Oktober 1346, atas permintaan dari Philip IV yang sedang kewalahan dengan sepak terjang pasukan Inggris di Perancis, David memerintahkan pasukannya untuk merebut Durham, Inggris timur laut. Namun sebelum tiba di Durham, pasukan Skotlandia dicegat oleh pasukan Inggris & pertempuran sengit pun terjadi. Pertempuran tersebut dikenal dengan nama "Pertempuran Salib Neville" & berakhir dengan kemenangan pasukan Inggris. Pasca pertempuran, David ditangkap oleh pasukan Inggris & dipenjara di dalam Menara London.
Tertangkapnya David lalu coba dimanfaatkan oleh Balliol untuk kembali menggenggam tahta Skotlandia lewat jalur militer. Namun upayanya mendapat perlawanan sengit dari para bangsawan Skotlandia yang masih loyal kepada David. Frustrasi, Balliol kemudian memilih untuk melepas klaim tahtanya pada tahun 1356. Setahun kemudian, giliran perwakilan Skotlandia & Inggris yang berhasil meraih kesepakatan damai di Berwick. Dalam kesepakatan / traktat tersebut, Inggris setuju untuk membebaskan David & berhenti memerangi Skotlandia. Sebagai gantinya, Skotlandia harus membayar 100.000 merk (koin perak) ke pihak Inggris. Diresmikannya Traktat Berwick sekaligus menjadi akhir dari Perang Kemerdekaan Skotlandia yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Istana Stirling. (Sumber) |
KONDISI PASCA PERANG
Perang kemerdekaan Skotlandia membawa kerusakan yang sangat masif bagi negara yang bersangkutan. Banyak kota di Skotlandia yang kondisinya luluh lantak seusai perang. Dikombinasikan dengan uang yang harus dibayar Skotlandia ke Inggris, Skotlandia pun sempat memasuki periode krisis ekonomi. Pemerintah Skotlandia lantas mengakalinya dengan cara menaikkan pajak kepada rakyatnya sendiri sehingga rakyat Skotlandia yang masih harus menanggung sisa-sisa kerugian akibat perang pun ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Beruntung bagi Skotlandia, ketika Edward III wafat pada tahun 1377, raja Inggris penerusnya tidak memaksa Skotlandia melunasi kewajibannya kendati Skotlandia aslinya masih berhutang 24.000 merk.
Di luar dampak negatif tadi, perang kemerdekaan Skotlandia juga membawa dampak positif. Dampak yang paling terasa jelas, Skotlandia yang sempat menjadi negara bawahan Inggris sejak permulaan abad ke-14 akhirnya bisa mendapatkan kembali statusnya sebagai negara merdeka. Hubungan Skotlandia & Inggris pasca perang sendiri banyak diwarnai pasang surut karena ketika terjadi gejolak politik di salah satu negara, raja di negara yang satu akan mencoba memanfaatkan gejolak di negara tetangganya untuk memperkuat kerajaannya sendiri. Sebagai contoh, ketika Inggris dilanda perang saudara antara Dinasti Lancester & York pada abad ke-15, Skotlandia sempat mengirimkan pasukannya untuk menguasai Berwick.
Riwayat Skotlandia sebagai negara merdeka sendiri tidak berlangsung selamanya. Tahun 1603, Ratu Elizabeth I selaku pemimpin Kerajaan Inggris meninggal tanpa sempat meninggalkan keturunan biologis. James VI selaku Raja Skotlandia & suami dari putri Raja Inggris di awal abad ke-16 lalu dianugerahi tahta Kerajaan Inggris karena selepas wafatnya Ratu Elizabeth I, tidak ada lagi orang yang dianggap bisa mewarisi tahta Inggris selain James. Kendati secara de facto James kini berstatus sebagai pemimpin Skotlandia sekaligus Inggris, baru pada tahun 1707 parlemen masing-masing negara sepakat untuk meresmikan penyatuan kedua negara menjadi "Kerajaan Britania Raya" (Kingdom of Great Britain). - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1296 - 1328, 1332 - 1357
- Lokasi : Pulau Britania
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Skotlandia, Perancis
melawan
(Negara) - Inggris
(Grup) - Disinherited
Hasil Akhir
- Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas
- Inggris mengakui kemerdekaan Skotlandia
Korban Jiwa
Tidak diketahui
REFERENSI
BBC - Scotland's History - The Wars of Independence
Historic UK - The Anglo-Scottish Wars or Wars of....
Wikipedia - Second War of Scottish Independence
Cameron, E. A.. 2008. "Scotland". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
J. F. Tout & J.R.L. Highfield. 2008. "Edward III". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Ralat dikit Master Tawon, Braveheart dirilis bukan tahun 2001, tapi tahuh 1995.
BalasHapusAh, iya. Terima kasih untuk koreksinya.
HapusSama-sama Master Tawon.
HapusBrusan nonton braveheart untuk yang ke sekian kalinya, trus ambil hp buat ngepoin skotlandia. Eh... Sampai kesini... Makasih artikelnya, nambah ilmu...
BalasHapusDari kesimpulan sejarah Skotlandia... rakyat jelata yg banyak dimanfaatkan dan dikorbankan... akibat intrik dan perebutan kekuasaan kaum bangsawan...
BalasHapusRobert The Bruce juga si braveheart
BalasHapusBarusan nonton filmnya Outlaw King, bisa dianggap sbg lanjutan Braveheart
HapusTks buat nambah pengetahuan tentang Negara scotlandia
BalasHapus