CARI

Sejarah Perang Dunia I di Front Eropa



Pasukan Inggris dalam Pertempuran Somme. (express.co.uk)

Perang merupakan hal yang lazimnya bakal coba dihindari oleh manusia. Pasalnya sekali perang meletus, nyawa manusia seakan menjadi tidak ada harganya. Sementara mereka yang masih hidup namun terjebak di medan perang bakal kesulitan melanjutkan hidupnya secara normal.

Ketika perang berakhir, mereka yang tinggal di bekas lokasi perang masih harus bekerja keras untuk membangun kembali wilayahnya. Sementara mereka yang selamat tidak jarang harus hidup dalam bayang-bayang trauma, dendam, & cacat fisik.

Walaupun perang terbukti banyak membawa kerugian, kenyataan justru menunjukkan kalau perang merupakan hal yang amat sering terjadi dalam perjalanan sejarah umat manusia. Pasalnya perang kerap dianggap sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan masalah antar golongan. Satu dari sekian banyak perang yang pernah terjadi dalam sejarah manusia adalah Perang Dunia Pertama / Perang Dunia I (PDI; World War One) yang berlangsung pada tahun 1914 hingga 1918.

Perang ini dipicu oleh tewasnya putra mahkota Austria-Hongaria akibat dibunuh oleh anggota kelompok ekstrimis Serbia. Begitu Austria menyatakan perang kepada Serbia, negara-negara Eropa lainnya ikut menyatakan perang satu sama lain sehingga pecahlah perang yang kemudian turut menjalar hingga keluar Eropa.

Walaupun PDI memang memiliki cakupan global karena negara-negara peserta perang memiliki daerah koloni & jajahan yang tersebar di banyak benua, perang ini bukanlah perang berskala global pertama yang pernah terjadi.

Pada permulaan abad ke-19 misalnya, pernah terjadi Perang Napoleon antara koalisi Perancis melawan koalisi Inggris di mana pertempuran-pertempuran di antara keduanya juga turut mengambil tempat di benua lain. Atas dasar itulah, selain dikenal dengan nama "Perang Dunia I", publik Inggris juga menyebut perang ini dengan nama "Perang Besar" (Great War).



LATAR BELAKANG

PDI tercipta akibat sengitnya rivalitas antara negara-negara besar Eropa pada masa itu yang industri & militernya sedang bertumbuh pesat. Supaya tidak dianggap lebih inferior dari negara lainnya, masing-masing negara pun memiliki ambisi untuk memiliki wilayah kekuasaan seluas mungkin.

Di Eropa bagian barat misalnya, Jerman & Italia sedang giat-giatnya mencari wilayah jajahan baru supaya bisa bersaing dengan Inggris & Perancis yang sudah lebih dulu memiliki banyak wilayah jajahan di benua lain.

Fenomena serupa juga dapat dijumpai di Eropa bagian timur. Rusia berupaya menjadikan wilayah Balkan berada di bawah pengaruhnya supaya Rusia memiliki akses ke Laut Mediterania yang berbatasan langsung dengan 3 benua & airnya tidak pernah membeku sepanjang tahun.

Untuk menggapai tujuannya tersebut, Rusia pun mencitrakan dirinya sebagai pelindung etnis Slav & komunitas Kristen Ortodoks di Balkan. Ambisi Rusia tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari Austria-Hongaria & Ottoman yang kebetulan memiliki wilayah di Balkan.

Peta Eropa di tahun 1914.

Situasi tersebut lantas membuat masing-masing negara senantiasa merasa khawatir kalau-kalau wilayahnya bakal dicaplok oleh negara rival saat sedang berada dalam kondisi tidak siap. Sebagai solusinya, negara-negara tadi lantas membangun aliansi / persekutuan dengan harapan negara sekutunya akan membantu jika kebetulan negaranya sedang bermasalah dengan negara rival.

Tahun 1882 contohnya, Jerman, Austria-Hongaria, & Italia membentuk Triple Alliance sebagai antisipasi kalau-kalau salah satu di antara mereka terlibat konflik dengan Perancis. Di pihak yang berseberangan, pada tahun 1907 Perancis, Inggris, & Rusia membentuk Triple Entente karena ketiganya sama-sama merasa terancam dengan keberadaan Jerman.

Dibuatnya Triple Entente sedikit banyak dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di Maroko pada tahun 1904. Saat itu, Perancis berencana menjadikan Maroko berada di bawah kendalinya. Namun Jerman yang tidak ingin melihat Perancis bertambah kuat langsung mengeluarkan pernyataan kalau Maroko harus menjadi negara merdeka.

Peristiwa yang dikenal sebagai "Krisis Maroko Pertama" tersebut untungnya tidak sampai berujung perang setelah pada tahun 1906, Jerman bersedia membiarkan Perancis menguasai sebagian wilayah Maroko selama kepentingan ekonomi Jerman di Afrika Utara tidak diusik.

Peristiwa yang terjadi Maroko bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan rentetan peristiwa yang terjadi di Balkan sejak permulaan abad ke-20. Pada tahun 1908, Jerman & Austria-Hongaria nyaris terlibat perang dengan Rusia karena Austria-Hongaria & Serbia - negara yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia - sama-sama ingin menjadikan wilayah Bosnia berada di bawah kendalinya.

Perang akhirnya batal terjadi setelah Rusia mengalah & membiarkan Austria-Hongaria menguasai Bosnia. Namun di Serbia, kegagalan mendapatkan wilayah Bosnia membuat golongan nasionalis Serbia merasa murka sehingga mereka kini menyimpan dendam kepada Austria-Hongaria.

Ilustrasi penembakan Franz Ferdinand. (pbs.org)

Bulan Juni 1914, Franz Ferdinand selaku putra mahkota Austria melakukan kunjungan ke Sarajevo, Bosnia. Momen tersebut lantas dimanfaatkan oleh Crna Ruka - kelompok ekstrimis nasionalis Serbia - untuk membunuh Ferdinand. Petinggi Crna Ruka berharap kalau tewasnya Ferdinand akan membuat Austria menyatakan perang kepada Serbia, sehingga Rusia terpaksa ikut mengirimkan pasukan untuk melindungi Serbia & membantu Serbia mencaplok wilayah Bosnia dalam prosesnya.

Rencana pembunuhan Ferdinand akhirnya benar-benar terlaksana setelah Gavrilo Princip menembak Ferdinand hingga tewas pada tanggal 28 Juni 1914. Sebulan kemudian, Austria menganggap Serbia bersalah atas tewasnya Ferdinand & kemudian mengirimkan ultimatum kepada mereka.

Karena ultimatum tersebut dianggap sebagai upaya pihak Austria untuk menjadikan Serbia berada di bawah pengaruhnya, Serbia pun menolak ultimatum tersebut. Austria lantas meresponnya dengan menyatakan perang kepada Serbia pada tanggal 28 Juli.

Bak barisan domino yang bertumbangan, deklarasi perang Austria tersebut kemudian memicu reaksi berantai di Eropa. Rusia menanggapi pernyataan perang Austria dengan cara memobilisasi pasukannya sendiri. Jerman lantas merespon tindakan Rusia tersebut dengan cara menyatakan perang kepada Rusia pada awal bulan Agustus.

Jerman juga menyatakan perang kepada Perancis tidak lama kemudian karena Jerman menduga kalau Perancis nantinya bakal membantu Rusia saat perang tengah berlangsung. Keluarnya rentetan deklarasi perang tersebut sekaligus menandai dimulainya Perang Dunia I antara Blok Sentral (Jerman & sekutunya) melawan Blok Sekutu / Entente (Perancis & sekutunya).


Gambar karikatur yang mengilustrasikan bagaimana negara-negara Eropa menyatakan perang satu sama lain. Dari kiri ke kanan adalah Serbia, Austria, Rusia, Jerman, Perancis, & Inggris. (Sumber)


1914 : DIMULAINYA PERANG DI DARAT & LAUT

Karena wilayah Jerman berbatasan langsung dengan Perancis di sebelah barat, Jerman menganggap bahwa mereka harus melumpuhkan Perancis terlebih dahulu supaya Jerman sesudah itu bisa fokus memerangi Rusia. Ibukota Paris menjadi sasaran utama yang diincar oleh pihak Jerman.

Namun upaya Jerman melakukan serangan kilat ke Paris terkendala oleh fakta bahwa pasukannya harus melewati wilayah Belgia jika ingin mencapai Paris secepat mungkin. Masalahnya adalah jika pasukan Jerman nekat menerobos wilayah Belgia, maka Jerman secara otomatis dianggap menyatakan perang kepada Belgia.

Alih-alih gentar, Jerman lebih memilh untuk mengambil resiko tersebut. Tanggal 4 Agustus 1914, pasukan Jerman menerobos masuk ke dalam wilayah Belgia & Luxemburg. Namun di luar dugaan pihak Jerman, militer Belgia yang enggan membiarkan wilayahnya dimasuki pasukan asing langsung memberikan perlawanan sengit.

Sebagai akibatnya, pasukan Jerman tidak bisa memasuki wilayah Perancis secepat rencana awal. Sementara di pihak yang berseberangan, tertahannya Jerman di Belgia menyebabkan pasukan Perancis memiliki tambahan waktu untuk bersiap.

Tindakan nekat Jerman menginvasi Belgia juga membawa konsekuensi lain. Karena Belgia adalah negara netral yang urusan keamanannya ditanggung oleh negara-negara besar Eropa, Inggris langsung menyatakan perang kepada Jerman.

Seolah itu belum cukup, pasukan Rusia yang dimobilisasi sudah tiba di Jerman timur pada akhir Agustus. Saat menyerang Jerman, Rusia memecah pasukannya menjadi 2 yang menyerang dari arah timur & selatan supaya Jerman kebingungan saat harus menghentikan pergerakan pasukan Rusia.

Rencana tersebut sayangnya tidak berjalan sesuai harapan akibat minimnya koordinasi antara komandan masing-masing pasukan Rusia & lambatnya pergerakan pasukan Rusia. Pada awalnya Jerman mengkonsentrasikan pasukannya untuk menumpas pasukan Rusia yang menyerang dari arah selatan.

Sesudah itu, giliran pasukan Rusia di sebelah timur yang digilas oleh pasukan Jerman. Akibat pertempuran yang juga dikenal dengan nama Pertempuran Tannenberg ini, Rusia harus kehilangan 250.000 prajurit & lebih dari 400 meriam.

Pertempuran Tannerberg sendiri bukanlah bencana sepenuhnya bagi pihak Sekutu. Pasalnya berkat serangan pasukan Rusia tersebut, invasi Jerman ke Perancis tidak bisa dilakukan dengan kekuatan penuh. Meskipun begitu, pada permulaan September pasukan Jerman sudah berhasil menguasai wilayah timur laut Perancis.

Pasukan Jerman di kota Brussels, Belgia. (britannica.com)

Untuk mencegah pasukan Jerman semakin dekat ke arah Paris, pasukan Perancis & Inggris kemudian melakukan serangan besar-besaran ke sebelah utara Sungai Marne yang sedang dikuasai oleh pasukan Jerman.

Pasukan Perancis & Inggris pada akhirnya gagal mengusir pasukan Jerman keluar Perancis. Namun mereka berhasil memaksa pasukan Jerman mundur hingga sejauh 50 km. Untuk mempertahankan sisa-sisa wilayah taklukannya di Perancis & Belgia, Jerman kemudian membangun parit-parit perlindungan di sepanjang garis depan.

Perancis tidak mau kalah & turut membangun parit perlindungan serupa di seberang baratnya. Karena parit-parit tersebut senantiasa dijaga oleh pasukan yang dilengkapi dengan senapan mesin & meriam artileri, pasukan infantri dari kedua belah pihak tidak bisa lagi melakukan penyerbuan secara leluasa karena mereka beresiko kehilangan ribuan tentara sekaligus.

Perang antara Blok Sekutu & Sentral bukan hanya terjadi di darat. Di perairan utara Eropa, angkatan laut Inggris melakukan blokade supaya pasokan sumber daya ke Jerman menjadi terhambat. Sebagai akibatnya, jalur dagang laut antara Jerman & dunia luar menjadi terputus.

Tidak mau menyerah pada nasib, Jerman lantas membalasnya dengan cara mengerahkan kapal-kapal perangnya - khususnya kapal selam (U-boat) - untuk menyerang kapal-kapal dagang yang berlayar dari & menuju Inggris. Kapal dagang Inggris yang bernama Glitra menjadi korban pertama U-boat Jerman pada tanggal 20 Oktober 1914.

Jika Jerman sejauh ini cukup berhasil menunjukkan kedigdayaannya di medan tempur, maka tidak demikian halnya dengan Austria selaku negara sekutu Jerman. Saat pasukan Austria melakukan invasi ke Warsawa (sekarang menjadi ibukota Polandia) pada akhir Agustus, Austria harus menderita kekalahan & bahkan kehilangan 130.000 prajuritnya!

Di sebelah selatan, kondisinya tidak kalah mengenaskan. Pasukan Austria baru bisa menaklukkan Beograd - ibukota negara Serbia - pada akhir November setelah melancarkan invasi berulang kali. Dan kesukesan itupun sifatnya hanya sementara karena pada bulan Desember, pasukan Serbia berhasil merebut kembali kota Beograd.

Pasukan Austria saat bersiaga di parit perlindungan. (austro-hungarian-army.co.uk)

Buruknya performa yang ditunjukkan oleh pasukan Austria di medan perang tidak lepas dari kondisi mereka yang memang memprihatinkan jika dibandingkan dengan militer negara-negara maju Eropa yang lain. Pasukan mereka tidak dilengkapi dengan stok persenjataan & logistik yang memadai.

Kemudian dari sekian banyak personil yang menyusun komposisi pasukan Austria, sebanyak 3/4 di antaranya berasal dari kawasan yang dihuni etnis Slav. Sebagai akibatnya, banyak dari mereka yang hanya bertempur setengah hati karena mereka enggan bertarung melawan sesama etnis Slav.

Sudah disinggung sebelumnya kalau selain dengan Austria, Jerman juga memiliki perjanjian aliansi dengan Italia. Namun saat perang sudah benar-benar meletus, Italia justru lebih memilih untuk bersikap netral. Beruntung bagi Jerman, pihaknya berhasil meresmikan perjanjian aliansi dengan Ottoman pada bulan Agustus karena keduanya sama-sama bermusuhan dengan Rusia.

Jerman lantas menggunakan perjanjian baru tersebut untuk menyerang wilayah Rusia di pesisir Laut Hitam. Begitu Rusia sadar kalau Ottoman sengaja membiarkan wilayahnya digunakan sebagai pangkalan kapal-kapal perang Jerman, Rusia & sekutunya kemudian beramai-ramai menyatakan perang kepada Ottoman pada bulan November.

Di bulan yang sama dengan keluarnya pernyataan perang tersebut, pasukan Rusia melakukan invasi ke wilayah Armenia Ottoman di Kaukasus, sebelah utara Iran. Namun karena invasi tersebut dilancarkan saat musim dingin sudah tiba, invasi tersebut berakhir dengan kegagalan.

Meskipun begitu, kondisi yang tidak kalah mengenaskan juga harus dialami oleh Ottoman. Pasalnya karena pasukan mereka tidak dilengkapi dengan perbekalan yang memadai, Ottoman harus kehilangan lebih dari 170.000 prajuritnya akibat sakit & kelaparan.



1915 : MEMBELOTNYA ITALIA & BERGABUNGNYA BULGARIA

Bulan Januari ditandai dengan serangan udara pertama pasukan Jerman di tanah Inggris. Empat bulan kemudian, giliran ibukota London yang menjadi sasaran pemboman. Serangan-serangan tersebut semuanya dilakukan dengan memakai zeppelin, sejenis balon udara raksasa berbentuk lonjong yang bisa terbang lebih tinggi dibandingkan pesawat pada masa itu.

Hal tersebut tidak berlanjut setelah pada tahun 1916, militer Inggris menciptakan pesawat yang bisa terbang lebih tinggi & dilengkapi peluru khusus yang bisa membakar gas hidrogen dalam balon zeppelin. Menyusul terbongkarnya kelemahan zeppelin, sejak tahun 1917 Jerman mulai beralih menggunakan pesawat sayap ganda untuk keperluan pemboman.

Bulan Februari, pasukan gabungan Inggris & Perancis memulai invasinya ke Semenanjung Gallipoli (sekarang terletak di Turki barat) dengan harapan mereka bisa memanfaatkan semenanjung tersebut untuk menginvasi ibukota Konstantinopel / Istanbul secara langsung. Namun akibat cuaca buruk & gigihnya perlawanan pasukan Ottoman yang dipimpin oleh Mustafa Kemal, invasi tersebut berakhir dengan kegagalan.

Selama beberapa bulan berikutnya, pasukan Sekutu berulang kali mencoba menguasai Gallipoli. Namun selama itu pula mereka selalu mengalami kegagalan. Karena dianggap sia-sia, pada tahun 1916 pasukan Sekutu memutuskan untuk tidak lagi mencoba menduduki Gallipoli.

Pasukan Sekutu saat mendarat di Gallipoli, Turki. (nzhistory.govt.nz)

Sementara itu di Eropa Barat, berlalunya musim dingin membuat perang darat kembali berkecamuk. Dalam Pertempuran Ypres di Belgia pada bulan April 1915, pasukan Jerman melepaskan gas klorin ke arah pasukan Sekutu & sukses menimbulkan kepanikan di pihak lawan.

Sebanyak hampir 70.000 tentara Sekutu dilaporkan tewas akibat serangan ini, di mana mayoritasnya adalah tentara Inggris. Namun karena Jerman tidak menduga kalau serangan ini bisa demikian efektif, pasukan Jerman tidak menyiapkan pasukan cadangan yang cukup dalam pertempuran ini & situasi di garis depan tetap tidak banyak berubah.

Kengerian yang ditunjukkan oleh gas klorin lantas mendorong pihak Inggris untuk ikut menggunakannya. Pada bulan September, pasukan Inggris yang didukung oleh meriam artileri & 5.100 tabung gas klorin melakukan invasi ke Loos, Perancis utara.

Namun akibat lambatnya pengiriman pasukan cadangan & buruknya kualitas topeng gas yang dipakai oleh tentara Inggris, pertempuran ini malah berakhir naas bagi pihak Inggris. Dalam pertempuran ini, sebanyak kurang lebih 50.000 tentara Inggris dilaporkan tewas, sementara korban tewas di pihak Jerman diperkirakan "hanya" separuhnya.

Perang antara Inggris & Jerman juga masih berlanjut di front laut. Bahkan kini taktik militer yang digunakan oleh AL Jerman cenderung semakin membabi buta karena kapal-kapal dagang dari negara netral turut menjadi korbannya. Bulan Januari 1915 misalnya, kapal perang Jerman menyerang 2 kapal niaga berbendera Jepang.

Namun tindakan AL Jerman yang tidak membeda-bedakan target militer & sipil akhirnya mulai jadi bumerang setelah pada tanggal 7 Mei, kapal selam mereka menenggelamkan kapal penumpang Inggris yang bernama Lusitania & menewaskan lebih dari 1.000 orang penumpangnya.

Karena sebanyak 128 korban tewas dalam insiden Lusitania adalah warga negara AS, penduduk AS beramai-ramai mengecam tindakan Jerman & bahkan meminta pemerintah negaranya segera menyatakan perang kepada Jerman. Namun karena pemerintah AS masih enggan melibatkan negaranya dalam perang, mereka hanya sekedar melayangkan protes resmi kepada pihak Jerman.

Sadar kalau AS suatu hari nanti bakal benar-benar menyatakan perang jika tidak ada perubahan yang diambil, pemerintah Jerman pada bulan September memutuskan untuk menghentikan sementara operasi militernya di perairan sebelah barat Inggris.

Saat perang masih sengit-sengitnya berlangsung, hal yang tidak diduga-duga kemudian terjadi. Italia yang pada awalnya diharapkan bisa menjadi anggota Blok Sentral justru malah menyatakan perang kepada Blok Sentral (kepada Austria di bulan Mei & kepada Jerman di bulan Agustus). Membelotnya Italia ke Blok Sekutu sendiri terjadi karena Italia dijanjikan bakal mendapat wilayah Austria selatan & pantai barat Kroasia (Dalmatia) jika bersedia membantu pihak Sekutu.

Keluarnya deklarasi perang Italia lalu diikuti dengan invasi pasukan Italia ke Sungai Isonzo (sekarang terletak di sebelah timur Italia utara) pada bulan Juni. Namun akibat minimnya pengalaman tempur pasukan Italia & adanya perbentengan kuat milik Austria di sepanjang sungai, invasi tersebut berakhir dengan kekalahan Italia.

Peta Front Eropa Timur di tahun 1915. (omniatlas.com)

Di Eropa Timur, performa buruk yang ditunjukkan oleh pasukan Austria membuat Jerman memutuskan untuk bertindak lebih aktif di front ini. Pada bulan Mei, pasukan gabungan Jerman & Austria melakukan serangan ke wilayah barat Rusia. Hasilnya, hanya dalam rentang waktu 2 minggu pasukan gabungan keduanya sudah berhasil menerobos masuk hingga sejauh 200 km.

Sukses mendorong mundur garis depan pasukan Rusia sedemikian jauh, pasukan Jerman & Austria kemudian melakukan serangan ke arah utara (Warsawa) & sukses merebut kota tersebut pada bulan Agustus. Sebulan kemudian, giliran kota Riga di pesisir utara Eropa yang menjadi sasaran penyerbuan pasukan Jerman. Di Semenanjung Balkan, pasukan Austria yang kali ini dibantu oleh pasukan Jerman kembali melakukan invasi ke wilayah Serbia pada tanggal 7 Oktober.

Keduanya berharap jika invasi ini berhasil, mereka bisa terhubung langsung dengan wilayah Ottoman di sebelah tenggara. Sepekan kemudian, Bulgaria setuju untuk bergabung dengan Blok Sentral & ikut menginvasi Serbia karena Bulgaria berharap bisa mendapatkan sebagian wilayah Serbia seusai perang. Diserang dari segala penjuru, pasukan Serbia terpaksa mundur ke Albania di sebelah barat & membiarkan pasukan Blok Sentral menguasai wilayah Serbia.



1916 : DEBUT TANK DI MEDAN PERANG

Merasa kalau pihaknya tidak bisa menembus garis depan dengan taktik biasa, Jerman kemudian memutuskan untuk memancing pasukan Perancis menyerang & mengorbankan tentaranya sebanyak mungkin.

Harapannya, saat jumlah tentara Perancis yang tewas sudah terlampau banyak, maka Perancis tidak bisa lagi melawan saat Jerman melancarkan serangan pamungkas untuk menembus garis depan. Maka, pada bulan Februari pasukan Jerman melakukan serangan besar-besaran untuk menguasai benteng kota Verdun di Perancis timur laut.

Pasukan Sekutu di Verdun yang sedang memakai topeng gas. (gazettevandetroit.com)

Sesuai dugaan Jerman, Perancis langsung mengirimkan pasukannya untuk memukul mundur Jerman karena benteng tersebut terletak di sebelah timur ibukota Paris. Namun Jerman juga salah menduga. Setelah beberapa bulan berlalu, Perancis ternyata masih enggan mengendurkan serangannya ke kota Verdun & sekitarnya.

Jerman lantas memutuskan untuk beralih ke taktik defensif sejak bulan Juli. Memasuki bulan November, pasukan Perancis akhirnya berhasil merebut kembali kompleks perbentengan di Verdun & sekitarnya. Namun akibat pertempuran ini, Perancis harus kehilangan lebih dari setengah juta tentaranya. Korban tewas yang tak kalah banyak juga harus diderita oleh Jerman, di mana mereka kehilangan lebih dari 400.000 tentaranya.

Pertempuran Verdun bukanlah satu-satunya pertempuran yang merenggut begitu banyak korban jiwa di Front Barat. Pada bulan Juli, pasukan gabungan Perancis & Inggris melakukan serangan artileri ke arah pasukan Jerman di Sungai Somme, Perancis utara.

Peta lokasi Somme (kotak hitam).

Kurang lebih sepekan pasca serangan artileri tersebut, pasukan infantri Inggris & Perancis kemudian beramai-ramai menyerbu garis depan pasukan Jerman. Namun bak laron yang terbang ke arah api, pasukan Jerman langsung "menyambut" gelombang serangan pasukan Inggris & Perancis dengan berondongan senapan mesin.

Sadar kalau garis depan pasukan Jerman tidak bisa ditembus dengan cara biasa, pada bulan September militer Inggris untuk pertama kalinya menerjunkan tank di medan perang. Namun karena jumlah tank yang mereka kerahkan terlalu sedikit, tidak terjadi perubahan yang signifikan di garis depan.

Masalah bagi Inggris & Perancis semakin bertambah setelah pada bulan Oktober, terpaan hujan menyebabkan pasukan infantri mereka terjebak di lautan lumpur setiap kali melakukan penyerbuan. Dampaknya, pada bulan November Inggris & Perancis secara berturut-turut harus kehilangan 420.000 & 195.000 tentaranya, dengan hanya berhasil mendorong mundur garis depan Jerman sejauh 8 km.

Perang antara Inggris & Jerman juga masih berlangsung di front laut. Tepatnya di Jutland, sebelah barat Denmark. Pertempuran laut yang terjadi pada akhir Mei ini bermula ketika kapal-kapal perang Inggris mengejar kapal Jerman yang sedang kembali ke armada utamanya. Begitu kapal Inggris yang melakukan pengejaran tadi sadar kalau mereka sedang dipancing, mereka pun kembali ke armadanya & sekarang ganti dikejar oleh armada Jerman.

Begitu armada kedua negara saling berhadapan, pertempuran pun pecah. Saat jumlah kapal yang tenggelam semakin banyak, armada kedua negara sama-sama mundur secara bertahap & pertempuran tersebut berakhir tanpa pemenang yang jelas.

Di Front Timur, dengan memanfaatkan tersitanya konsentrasi pasukan Jerman & Austria-Hongaria yang sedang sibuk meladeni negara-negara Sekutu di front lain, pasukan Rusia melakukan invasi langsung ke wilayah Austria-Hongaria pada bulan Juni. Invasi tersebut awalnya berjalan sangat sukses, di mana Rusia dalam prosesnya berhasil menerobos jauh hingga ke Pegunungan Carpathia bagian utara & menahan 200.000 tentara Austria.

Namun di tengah-tengah keberhasilan tersebut, penyakit lama militer Rusia kembali kambuh. Adanya persaingan antar komandan & buruknya sistem komunikasi menyebabkan Jerman memiliki cukup waktu untuk mengirimkan bala bantuan & menahan laju pasukan Rusia.

Pasukan artileri Rusia. (marxist.org)

Di Semenanjung Balkan, jumlah anggota Blok Sekutu semakin bertambah setelah pada bulan Agustus, pemerintah Rumania menyatakan perang kepada Austria-Hongaria sebelum kemudian melakukan invasi ke arah barat. Rumania berharap bisa mencaplok wilayah timur Austria-Hongaria saat konsentrasi negara-negara anggota Blok Sentral tengah sibuk di front lain.

Namun bak air yang terciprat ke muka sendiri, negara-negara anggota Blok Sentral langsung melancarkan serangan balik secara besar-besaran ke wilayah Rumania. Akibatnya, pada bulan Desember wilayah selatan Rumania (termasuk ibukota Bukares) berhasil ditaklukkan oleh pasukan Blok Sentral & pemerintah Rumania terpaksa mengungsi ke sebelah utara negaranya.



1917 - 1918 : TUMBANGNYA MONARKI-MONARKI EROPA

Semakin berlarut-larutnya perang & masih berlanjutnya blokade laut yang dilakukan oleh Inggris membuat Jerman merasa semakin terdesak. Buntutnya, sejak permulaan tahun 1917 Jerman mengumumkan kalau kapal-kapal selamnya akan menyerang kapal apapun yang sedang berada di zona perang.

Kapal-kapal AS yang kebetulan sedang berada di perairan sekitar Eropa turut menjadi korban dari kebijakan Jerman ini. Pada bulan Maret saja, ada setidaknya 4 kapal AS yang tenggelam akibat serangan kapal selam Jerman.

Kapal selam Jerman. (nationalinterest.org)

Jerman sendiri sadar akan kemungkinan kalau AS cepat atau lambat bakal benar-benar menyatakan perang kepada Jerman. Maka, pada bulan Januari Jerman secara diam-diam meminta Meksiko untuk menyatakan perang kepada AS sambil menjanjikan bantuan logistik kepada Meksiko.

Sial bagi Jerman, pesan rahasia yang mereka kirimkan kepada Meksiko ternyata berhasil disadap oleh Inggris yang kemudian membocorkannya kepada pemerintah AS. Sekarang, pesan tersebut dikenal dengan nama "Catatan Zimmermann" karena pesan tersebut dikirimkan oleh Menteri Luar Negeri Jerman, Arthur Zimmermann.

Beredarnya kabar kalau Jerman mencoba memprovokasi negara tetangga AS untuk menyatakan perang tak pelak membuat pemerintah AS merasa murka. Dikombinasikan dengan banyaknya kapal-kapal AS yang tenggelam akibat serangan kapal selam Jerman, pemerintah AS pun pada bulan April menyatakan perang kepada Jerman, sekaligus menandai dimulainya keikusertaan AS dalam PDI sebagai anggota Blok Sekutu.

Namun baru pada bulan Juni, pasukan infantri AS mulai tiba di daratan Eropa. AS juga menempatkan 35 kapal perusaknya di Pulau Irlandia sejak bulan Juli supaya kapal-kapal angkut Blok Sekutu aman dari serangan kapal selam Jerman.

Inggris juga sadar akan bahaya yang ditunjukkan oleh kapal-kapal selam Jerman. Maka, pada bulan Juli pasukan darat Inggris pun kemudian melancarkan penyerbuan ke Ypres, Belgia barat laut, supaya mereka bisa menghancurkan pangkalan laut Jerman yang ada di pantai Belgia. Setelah menghujani garis depan dengan artileri selama 10 hari lamanya, pasukan infantri & tank Inggris kemudian melakukan serangan susulan secara besar-besaran.

Tank Mark IV Inggris. (culture24.org.uk)

Namun alam lagi-lagi tidak berpihak kepada Inggris. Hujan deras yang menerpa Belgia menyebabkan medan tempur berubah menjadi lautan lumpur. Tank-tank Inggris yang diharapkan bisa menembus barikade pertahanan Jerman malah terjebak dalam lumpur. Melihat hal tersebut, militer Inggris memutuskan untuk melakukan perubahan taktik. Alih-alih melakukan penyerbuan besar-besaran secara frontal, kini militer Inggris lebih memilih untuk menguasai wilayah di sekitar Ypres sejengkal demi sejengkal.

Saat pasukan Inggris semakin dekat dengan Ypres, pasukan Jerman pun kemudian menggunakan gas mustard yang bisa melepuhkan kulit untuk membendung laju pasukan Inggris. Hasilnya, pasukan Inggris gagal mencapai pangkalan laut Jerman, namun berhasil menguasai desa Passchendaele yang letaknya berada tepat di sebelah timur Ypres. Akibat pertempuran di sekitar Ypres ini, jumlah korban tewas di kedua belah pihak dilaporkan mencapai lebih dari setengah juta jiwa.

Sementara itu nun jauh di sebelah timur, krisis ekonomi & rentetan kekalahan yang dialami oleh militer Rusia membuat pamor Tsar / Kaisar Rusia semakin anjlok di mata rakyatnya sendiri. Dampaknya, timbul demontrasi besar di ibukota Petrograd (sekarang St. Petersburg) sehingga Tsar Nicholas II terpaksa turun dari singgasananya pada bulan Maret, sekaligus menandai bubarnya Kekaisaran Rusia.

Namun masalah baru langsung timbul karena badan pemerintahan baru yang dibentuk pasca bubarnya kekaisaran kini dilanda konflik internal. Sebagian dari mereka ingin supaya Rusia tetap ikut serta dalam PDI, sementara sebagian lainnya yang berhaluan sosialis ingin supaya Rusia mundur dari perang & fokus membangun ulang negerinya.

Saat perbedaan pendapat tersebut semakin berlarut-larut, konflik antara keduanya pun pecah menjadi apa yang dikenal sebagai "Perang Sipil Rusia". Di saat yang sama, pasukan Rusia juga masih tetap terlibat dalam PDI. Namun memasuki bulan November, kubu sosialis Bolshevik berhasil menguasai ibukota Petrograd sehingga kini pucuk pemerintahan Rusia berada di tangan Bolshevik.

Pasca keberhasilan tersebut, Bolshevik langsung menyerukan gencatan senjata dengan Blok Sentral & terlibat perundingan damai hingga beberapa bulan berikutnya. Hasilnya, pada bulan Maret 1918 via Traktat Brest-Litovsk, Rusia setuju untuk membiarkan wilayah baratnya dikuasai oleh negara-negara Blok Sentral.

Peta wilayah Rusia yang harus diserahkan ke Jerman &Austria-Hongaria berdasarkan Traktat Brest-Litovsk. (mrdowling.com)

Mundurnya Rusia dari PDI seharusnya bisa membuat beban Jerman menjadi lebih ringan karena kini Jerman bisa fokus memerangi pasukan Sekutu di sebelah barat. Namun ikut bergabungnya AS ke Blok Sekutu menyebabkan hal tersebut tidak terjadi.

Pasalnya selain menerjunkan pasukannya, AS juga menyediakan bantuan logistik & finansial untuk negara-negara anggota Blok Sekutu yang lain. Dampaknya, pada bulan Oktober 1918 pasukan Sekutu berhasil menguasai kembali sebagian wilayah Perancis & Belgia yang sebelumnya diduduki oleh Jerman.

Kondisi serupa juga dapat dijumpai di sebelah timur. Pada akhir September, Bulgaria terpaksa mengibarkan bendera putih setelah pasukan Sekutu berhasil menduduki wilayah Makedonia yang sebelumnya dikuasai oleh Bulgaria.

Menyerahnya Bulgaria pada gilirannya membuat Ottoman merasa semakin tersudut karena selama ini, Ottoman memanfaatkan wilayah Bulgaria sebagai jalur penghubung wilayahnya dengan wilayah Jerman. Dampaknya, pada tanggal 30 Oktober perwakilan Ottoman setuju untuk mengakui kekalahannya dalam perundingan di pelabuhan Mudros, Pulau Lemnos (sekarang termasuk wilayah Yunani).

Jika musuh dari luar masih belum cukup, Jerman & sekutunya juga diguncang oleh gejolak dari dalam negerinya masing-masing. Pasalnya perang yang tidak jelas kapan berakhirnya menyebabkan perekonomian negara merosot & rakyat semakin muak. Kondisi demikian utamanya paling terasa di Austria-Hongaria yang wilayahnya terdiri dari beragam suku bangsa.

Pada bulan Oktober & November, daerah-daerah penyusun Austria-Hongaria yang mencakup Cekoslovakia, Austria Jerman, Hongaria, & Yugoslavia beramai-ramai mengumumkan kemerdekaannya supaya tidak perlu lagi ikut terlibat dalam perang. Rangkaian peristiwa tersebut sekaligus menandai tamatnya riwayat Kekaisaran Austria-Hongaria yang sudah berdiri sejak abad ke-19.

Gejolak domestik juga turut dirasakan oleh Jerman. Pada akhir Oktober, para personil AL Jerman di kota Kiel, Jerman utara, beramai-ramai menolak perintah atasannya untuk bertempur di Laut Utara. Pembangkangan tersebut kemudian dengan cepat menyebar ke kota-kota lain di Jerman, di mana kini kaum pekerja & tentara dari angkatan lain juga turut memberontak.

Saat kondisi domestik Jerman semakin tidak terkendali, Kaisar William II terpaksa meletakkan mahkotanya pada tanggal 9 November & kemudian mengungsi ke Belanda. Pasca lengsernya William, pemerintahan Jerman yang baru kemudian meminta gencatan senjata kepada Blok Sekutu, sekaligus menandai berakhirnya PDI dengan kekalahan Blok Sentral.


Peta Eropa sesudah Perang Dunia I. (estarte.me)


KONDISI PASCA PERANG

PDI merupakan perang yang amat dahsyat jika ditinjau dari segi korban jiwa. Untuk wilayah Eropa saja, jumlah korban tewas akibat perang ini diperkirakan mencapai hampir 40 juta jiwa. Jumlah tersebut sekaligus menjadikan PDI sebagai salah satu perang paling berdarah yang pernah terjadi dalam sejarah manusia.

Tingginya korban tewas salah satunya disebabkan oleh maraknya taktik perang parit (trench warfare) yang mengharuskan para tentara untuk berlari langsung ke wilayah musuh yang notabene dilindungi oleh pagar berduri, senapan, & meriam. Selain tewas akibat terbunuh di medan perang, tidak sedikit dari mereka yang meninggal akibat kelaparan, penyakit, & cuaca buruk.

PDI juga memiliki dampak besar atas berubahnya tatanan geopolitik Eropa. Di pihak Sekutu, perang ini menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Rusia & munculnya negara-negara komunis cikal bakal Uni Soviet di bekas wilayah Rusia. Di tahun terakhir PDI, Rusia sebenarnya diharuskan menyerahkan wilayah baratnya kepada Blok Sentral.

Namun menyusul berakhirnya perang dengan kekalahan Blok Sentral, negara-negara baru yang merdeka pun kemudian bermunculan di wilayah ini. Negara-negara tersebut adalah Estonia, Latvia, Lithuania, & Polandia. Finlandia yang wilayahnya ada di sebelah utara juga ikut menjadi negara merdeka pasca runtuhnya Kekaisaran Rusia.

Korban selamat PDI yang harus menjalani amputasi. (bbc.co.uk)

Perubahan yang lebih masif dapat dijumpai di Blok Sentral. Austria-Hongaria runtuh menjadi negara-negara baru yang terdiri dari Austria, Cekoslovakia, Hongaria, & Yugoslavia. Sementara wilayah sisanya dicaplok oleh Italia & Rumania. Dalam perkembangannya, Rumania & Hongaria kelak terlibat konflik susulan akibat memperebutkan wilayah. Bulgaria, Jerman, & Ottoman sama-sama diharuskan menyerahkan sebagian wilayahnya kepada negara-negara Sekutu.

Jika semua itu masih belum cukup, ketiga negara tadi juga diwajibkan membayar ganti rugi perang & memangkas jumlah personil militernya. Karena isi perjanjian tersebut dianggap memalukan bagi pihak-pihak yang kalah perang, kelompok-kelompok nasionalis ekstrim lantas bermunculan di negara-negara bekas anggota Blok Sentral.

Di Turki, golongan nasionalis yang dipimpin oleh Mustafa Kemal melakukan pemberontakan & sukses mengalahkan negara-negara Sekutu. Pasca berhasilnya pemberontakan tersebut, Kemal kemudian membubarkan Ottoman & mendirikan Republik Turki.

Di Jerman, muncul partai politik NSDAP / Nazi yang kelak bakal menjadi partai paling dominan di Jerman setelah partai tersebut berjanji bakal memulihkan kejayaan Jerman & mengatasi pengangguran yang sedang membludak di negara tersebut.

Di pihak yang berseberangan, begitu tingginya korban jiwa & material akibat PDI memaksa negara-negara anggota Sekutu berpikir keras untuk memastikan peristiwa serupa tak terulang di masa depan. Maka, dalam konferensi yang digelar di Paris pada tahun 1919, negara-negara Sekutu mendirikan Liga Bangsa-Bangsa (LBB; League of Nations) yang perannya kurang lebih serupa dengan PBB di masa kini.

Namun dalam perkembangannya, LBB dianggap tidak efektif karena gagal mengatasi masalah-masalah internasional seperti invasi Jepang ke Cina, invasi Italia ke Ethiopia, & invasi Jerman ke Austria serta Cekoslovakia. Tidak berdayanya LBB dalam mengatasi dalam mengatasi masalah-masalah tersebut lantas menjadi salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia II di tahun 1939.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



DAFTAR ANGGOTA BLOK SEKUTU / ENTENTE

- Amerika Serikat (1917 - 1918)
- Belgia (1914 - 1918)
- Inggris (1914 - 1918)
- Italia (1915 - 1918)
- Montenegro (1914 - 1918)
- Perancis (1914 - 1918)
- Rumania (1916 - 1918)
- Rusia (1914 - 1917)
- Serbia (1914 - 1918)
- Yunani (1917 - 1918)



DAFTAR ANGGOTA BLOK SENTRAL

- Austria-Hongaria (1914 - 1918)
- Bulgaria (1915 - 1918)
- Jerman (1914 - 1918)
- Ottoman (1914 - 1918)



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1914 - 1918
-  Lokasi : Eropa

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  negara-negara Blok Sekutu
         melawan
(Negara)  -  negara-negara Blok Sentral

Hasil Akhir
-  Kemenangan Blok Sekutu
-  Bubarnya Kekaisaran Austria-Hongaria
-  Jerman & Rusia berubah menjadi negara republik
-  Wilayah Jerman, Ottoman, & Bulgaria mengalami penyusutan
-  Wilayah negara-negara Blok Sekutu bertambah luas
-  Munculnya negara-negara baru di Eropa Tengah & Timur
-  Timbulnya konflik susulan di Rusia, Turki, & Semenanjung Balkan

Korban Jiwa
Sekitar 37 juta jiwa



REFERENSI

 - . 2008. "Moroccan crises". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Bjelajac, M.. "Serbia".
(encyclopedia.1914-1918-online.net/article/serbia)

Duffy, M.. 2009. "Battles - The Third Battle of Ypres, 1917".
(www.firstworldwar.com/battles/ypres3.htm)

History.com. "The United States officially enters World War I".
(www.history.com/this-day-in-history/america-enters-world-war-i)

History on the Net. "World War One - Causes".
(www.historyonthenet.com/world-war-one-causes-2)

History on the Net. "World War One Timeline".
(www.historyonthenet.com/world-war-one-timeline)

Klein, C.. 2014. "London’s World War I Zeppelin Terror".
(www.history.com/news/londons-world-war-i-zeppelin-terror)

Royde-Smith, J.G.. 2008. "Table 4 Armed Forces Mobilized and Casualties in World War I". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Royde-Smith, J.G.. 2008. "World War I". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Z. Beauchamp, dkk.. 2014. "40 maps that explain World War I".
(www.vox.com/a/world-war-i-maps)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



8 komentar:

  1. yang ironis juga sebenarnya para raja-raja di Eropa saat itu masih punya hubungan keluarga seperti contohnya kaisar Jerman Wilhelm ii, raja Inggris George v dan Tsar Rusia Nicholas ii dimana tiga-tiganya punya hubungan saudara sepupu tapi sayangnya tidak menghalangi tiga negara itu untuk berperang

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin gegara udah beda aliran, ingris katolik, german protestan, tsar orthodox hahaa

      Hapus
  2. Sangat bermanfaat, semoga penulis semakin rajin dalam menulis karya2nya diblog ini..

    BalasHapus
  3. Keikutsertaan Ottoman dalam Perang Dunia I justru menamatkan riwayat negeri kekhilafahan tersebut pasca kekalahan dengan negara-negara sekutu.

    BalasHapus
  4. admin R.E.T bisa jelasin lebih detail lagi nggak tentang invasi Gallipoli yang berujung pada kekalahan pasukan sekutu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud anda artikel baru yang fokus membahas soal Pertempuran Gallipoli? Kapan-kapan akan saya coba buat, kalau saya sedang ada minat & waktu luang.

      Tapi singkatnya sih, pasukan Ottoman bisa menang di Gallipoli karena mereka berperang di tanahnya sendiri. Pasukan Sekutu harus diangkut lebih dulu memakai kapal ke garis depan & mereka rawan dibombardir musuh begitu tiba di dekat pantai, sementara pasukan Ottoman bisa leluasa mengirim bala bantuan lewat jalur darat.

      Saat perangnya semakin berkepanjangan, Inggris & Perancis tidak mau melanjutkan invasi ini karena mereka masih harus meladeni pasukan Jerman di Eropa Barat. Sementara pasukan Rusia tidak bisa ikut membantu karena mereka habis kehilangan banyak tentara di Tannenberg & Kaukasus.

      Hapus
  5. kok ottoman cuma sendirian yak, yg lain2 kerajaan islam dari daerah afrika, timur-tengah smacam sekarang daerah irak iran afghanistan pada gak ikutan min?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Afrika waktu itu hampir seluruhnya masih dikuasai oleh negara-negara Eropa. Irak & Jazirah Arab pada waktu itu masih menjadi wilayah Ottoman.

      Iran / Persia posisinya netral dalam Perang Dunia I, soalnya Iran sejak sebelum Perang Dunia sudah sering terlibat konflik dengan Rusia & Ottoman akibat masalah perebutan wilayah. Afganistan juga netral, karena posisinya diapit Iran, Rusia, & koloni Inggris di India.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.