Kala cemeti dari spesies Damon diadema. (Acrocynus~commonswiki / wikipedia.org) |
Kala cemeti adalah nama dari sejenis hewan yang penampilannya mirip seperti campuran antara laba-laba, kalajengking, & kepiting. Seperti halnya laba-laba (khususnya laba-laba serigala), kala cemeti memiliki kaki panjang berjumlah 8, mata berjumlah banyak, & tubuh berbentuk pipih. Namun seperti halnya kalajengking, kala cemeti memiliki anggota badan menyerupai capit & abdomen yang beruas-ruas. Dan layaknya kepiting, kala cemeti bisa berjalan secara menyamping.
Kala cemeti sendiri aslinya memang masih berkerabat dengan laba-laba & kalajengking karena dalam tangga klasifikasi ilmiah, mereka semua sama-sama tergabung dalam kelas Arachnida. Meskipun mirip, kala cemeti tetap dianggap sebagai hewan yang berbeda dari laba-laba & kalajengking karena kala cemeti memiliki ciri fisiknya sendiri yang khas.
Contoh paling mudah adalah dengan melihat 2 kaki depan kala cemeti yang berbentuk amat panjang & tipis layaknya pecut / cemeti. Kemudian tidak seperti laba-laba, kala cemeti tidak memiliki kelenjar racun maupun kelenjar sutra.
Kala cemeti juga dikenal dengan nama "tailless whip scorpion" (kalajengking cambuk yang tak berekor) karena hewan ini memiliki penampilan yang serupa dengan kalajengking cambuk / ketonggeng. Bedanya adalah jika kala cemeti tidak memiliki ekor, maka ketonggeng memiliki ekor yang panjang & tipis seperti kawat (lihat foto).
Kala cemeti yang sedang memakan serangga. (Cahyo Rahmadi / nationalgeographic.com) |
Ada lebih dari 150 spesies kala cemeti yang sudah diketahui oleh manusia & mereka semua digolongkan dalam ordo Amblypygi. Ukuran mereka bervariasi mulai dari yang "hanya" sepanjang 5 cm hingga yang panjangnya mencapai 45 cm (termasuk kaki).
Kala cemeti dapat ditemukan di kawasan tropis seluruh dunia, termasuk Indonesia. Mereka dapat hidup di habitat apapun, entah itu gurun, hutan, atau bahkan di dalam gua. Berkat tubuhnya yang pipih, kala cemeti bisa bersembunyi di tempat-tempat sempit & terlindung. Misalnya di bawah batu, di celah akar, atau di dalam rongga kayu.
Kala cemeti memiliki perilaku nokturnal yang berarti mereka baru aktif pada malam hari. Kendati memiliki 8 kaki, kala cemeti hanya berjalan dengan memakai 6 kaki. Sementara 2 kaki terdepannya yang berbentuk panjang & tipis berfungsi sebagai alat peraba, pencium, sekaligus perasa.
Karena bentuknya yang mirip antena pulalah, kaki depan kala cemeti tersebut dikenal dengan sebutan "antenniform". Saat sedang berkeliaran untuk mencari makan, kala cemeti akan meraba-raba kondisi sekitarnya dengan memakai antenniform / kaki antena miliknya. Kurang lebih seperti orang buta yang sedang berjalan sambil menggunakan tongkatnya.
Seperti halnya laba-laba & kalajengking, kala cemeti adalah hewan karnivora alias pemakan daging. Makanannya terdiri dari serangga, invertebrata, & bahkan vertebrata kecil semisal burung kolibri. Saat kaki antena kala cemeti menyentuh hewan mangsanya, kala cemeti akan mendekati mangsanya tersebut secara perlahan-lahan.
Begitu kala cemeti sudah berada pada jarak yang cukup dekat dengan mangsanya, hewan ini secara tiba-tiba akan menerkam mangsanya dengan memakai chelicera / taringnya yang bentuknya menyerupai capit berduri. Sesudah itu, yang perlu dilakukan kala cemeti adalah memakan mangsanya tersebut.
Kepala kala cemeti dilihat dari dekat. (Wikimedia / pinterest.com) |
BERTARUNG DEMI WILAYAH
Kala cemeti adalah hewan soliter (penyendiri) yang memiliki wilayah kekuasaannya masing-masing. Saat 2 kala cemeti berpapasan, keduanya akan saling ancam dengan cara mengangkat kaki antenanya masing-masing & menggoyangkannya di dekat kaki antena milik lawannya.
Jika kedua kala cemeti sama-sama tidak mau mengalah, keduanya akan bertarung hingga salah satu mati. Kala cemeti yang keluar sebagai pemenang kemudian akan memakan bangkai lawannya. Namun spesies tertentu semisal Damon variegatus diketahui bisa hidup bersama-sama secara rukun selama tempat mereka hidup memiliki pasokan makanan yang melimpah.
Saat melakukan perkawinan, kala cemeti jantan & betina akan melakukan ritual kawin yang bisa berlangsung hingga 8 jam lamanya. Setelah menyentuh tubuh betina dengan memakai kaki antenanya secara berulang-ulang, pejantan akan menaruh kantong spermanya di atas tanah. Betina kemudian akan memungut kantong sperma tersebut & menggunakannya untuk membuahi sel-sel telurnya sendiri. Kala cemeti betina umumnya berukuran lebih besar dibandingkan pejantan.
Kala cemeti betina kemudian akan bepergian sambil menggendong bayi-bayinya hingga mereka melakukan pergantian kulit keduanya pada usia 1 minggu. Sesudah itu, anak-anak kala cemeti akan meninggalkan induknya & sudah harus melanjutkan hidupnya secara mandiri. Kala cemeti dari spesies Damon variegatus diketahui mengalami kematangan seksual pada usia 1 tahun.
Kala cemeti betina yang sedang menggendong bayinya. (Jordan Cadiot / dailymail.co.uk) |
Di habitat liarnya, kala cemeti rentan dimangsa oleh hewan-hewan pemakan serangga seperti kalajengking, kelelawar & kadal besar. Sebagai bentuk pertahanan diri yang paling dasar, kala cemeti akan bersembunyi di tempat-tempat yang sempit & terlindung saat sedang beristirahat.
Kala cemeti juga bisa melarikan diri dengan amat cepat saat merasakan adanya bahaya. Jika dirinya sudah terlanjur terpojok / tertangkap, kala cemeti masih bisa membela diri dengan cara menggigit musuhnya memakai taringnya yang menyerupai capit.
Kadang-kadang, kala cemeti menampakkan diri di dalam rumah manusia. Kala cemeti yang hidup di dalam rumah sebaiknya dibiarkan saja karena hewan ini tidak beracun & ia membantu membasmi serangga hama semisal kecoa.
Belakangan, penampilannya yang unik menyebabkan hewan ini mulai banyak dipelihara oleh manusia sebagai hewan peliharaan eksotik. Kala cemeti sendiri tergolong sebagai hewan yang mudah dipelihara, namun hewan ini idealnya dipelihara dalam kandang yang berbentuk tinggi karena kala cemeti memiliki kebiasaan bertengger di permukaan tegak. - © Rep. Eusosialis Tawon
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Amblypygi
REFERENSI
Bates, M.. 2017. "Meet the Arachnid That May Add a New Chapter to the Book on Sensory Biology".
(www.the-scientist.com/notebook/meet-the-arachnid-that-may-add-a-new-chapter-to-the-book-on-sensory-biology-30173)
Harvey, M.S.. 2013. "Whip spiders of the World".
(museum.wa.gov.au/catalogues-beta/whip-spiders)
Lizotte, R.. "Tailless Whipscorpions & Sun Spiders".
(www.desertmuseum.org/books/nhsd_whipscorpions.php)
Oakland Zoo. "Tailless Whip Scorpion".
(oaklandzoo.org/animals/tailless-whip-scorpion)
R. Gurley & C. Brough. "Tanzanian Giant Tailless Whipscorpion".
(animal-world.com/encyclo/reptiles/whipscorpions/TanzanianGiantTaillessWhipScorpion.php)
Rahmadi, C.. 2010. "Kala-cemeti jenis baru dari kegelapan gua Kalimantan".
(lipi.go.id/berita/kala-cemeti-jenis-baru-dari-kegelapan-gua-kalimantan/4821)
T. Bartlet,, dkk.. 2004. "Order Amblypygi - Tailless Whipscorpions".
(bugguide.net/node/view/4603)
Wolpert, S.. 2016. "Whip spiders only look terrifying, UCLA biologist reports".
(newsroom.ucla.edu/releases/whip-spiders-only-look-terrifying-ucla-biologist-reports)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Sip mantap
BalasHapusSip👍🏻
BalasHapus