Lukisan yang menggambarkan hancurnya kota Kartago. |
Tunisia adalah nama dari sebuah negara yang terletak di Afrika Utara. Di negara inilah, pernah berdiri negara kuno bernama Kartago (Carthage) yang pusat pemerintahannya berada di Tunisia, namun wilayah kekuasaannya membentang hingga Spanyol & pantai utara Afrika. Namun akibat meletusnya Perang Punisia Ketiga, negara Kartago yang dulunya begitu disegani sekarang hanya tinggal sejarah.
Perang Punisia Ketiga (Third Punic War) adalah konflik bersenjata yang terjadi antara Republik Romawi melawan negara Kartago pada tahun 149 - 146 SM. Perang ini merupakan perang terakhir antara Romawi melawan Kartago. Jika dibandingkan dengan Perang Punisia Pertama & Kedua, Perang Punisia Ketiga berlangsung dalam rentang waktu & skala yang lebih kecil karena lokasi perangnya yang hanya berlangsung di ibukota Kartago & sekitarnya.
LATAR BELAKANG
Kartago awalnya memiliki wilayah kekuasaan yang membentang mulai dari Spanyol hingga Libya. Namun menyusul timbulnya Perang Punisia Kedua yang berakhir dengan kekalahan Kartago, Kartago harus kehilangan sebagian besar wilayahnya lewat perjanjian damai yang diresmikan pasca Perang Punisia Kedua. Kartago juga diharuskan meminta izin kepada Romawi terlebih dahulu jika hendak berperang dengan negara lain.
Meskipun Kartago dipreteli habis-habisan oleh Romawi pasca Perang Punisia Kedua, negara tersebut berhasil memulihkan diri dengan cepat berkat posisinya yang strategis dalam jalur dagang Laut Mediterania. Hubungan Kartago dengan Romawi secara berangsur-angsur juga membaik karena Romawi kerap mengimpor gandum & barley (sejenis tanaman berbiji bahan baku bir) dari Kartago.
Meskipun begitu, Kartago tetap merasa tidak nyaman karena sektor militernya begitu dibatasi oleh Romawi. Pasalnya di sebelah barat wilayah Kartago, terdapat negara Numidia yang sedang giat-giatnya mengalami perluasan wilayah. Numidia merasa begitu nyaman melakukan perluasan wilayah karena negara tersebut berstatus sebagai negara sekutu Romawi & pernah membantu pasukan Romawi mengalahkan pasukan Kartago dalam Perang Punisia Kedua.
Tahun 150 SM, sebagai respon atas tindakan Numidia yang menyerang kota milik Kartago yang bernama Oroscopa, Kartago kemudian mengirimkan pasukan berkekuatan 31.000 personil untuk memerangi Numidia. Namun tindakan Kartago tersebut langsung menimbulkan efek berantai karena Romawi menganggap kalau Kartago sudah melanggar isi perjanjian damai yang disepakati pasca Perang Punisia Kedua. Romawi lantas menyatakan perang kepada Kartago sehingga dimulailah Perang Punisia Ketiga .
Peta Romawi & Kartago sebelum Perang Punisia Ketiga. (Agata brr / wikipedia.org) |
BERJALANNYA PERANG
Kartago sebenarnya sempat mengirimkan perwakilan ke kota Roma untuk menjelaskan alasan kenapa mereka mengirimkan pasukan tanpa meminta izin kepada Romawi terlebih dahulu. Namun alasan tersebut tidak diterima oleh pemerintah Romawi karena banyak tokoh di dewan pemerintahan Romawi yang merasa kalau Kartago harus diperangi hingga runtuh. Sentimen yang mungkin timbul karena di masa lampau, Romawi & Kartago pernah 2 kali terlibat perang berkepanjangan.
Pasukan Romawi yang terdiri dari 80.000 infantri & 4.000 kavaleri kemudian dikirim ke Afrika Utara. Sadar kalau memerangi Romawi hanya akan membahayakan keselamatan mereka sendiri, kota Utica yang berlokasi tidak jauh di sebelah utara kota Kartago memutuskan untuk membelot ke pihak Romawi. Romawi kemudian memanfaatkan kota Utica sebagai markas sementara sebelum melancarkan invasi ke kota Kartago.
Sebelum invasi dilancarkan, Romawi meminta supaya Kartago membubarkan militernya, menyerahkan semua persenjataannya, & membebaskan semua tahanannya. Romawi juga meminta supaya penduduk kota Kartago meninggalkan kota tersebut & pindah ke lokasi baru yang lokasinya minimal berjarak 16 km dari lokasi kota Kartago.
Pemerintah Kartago menolak untuk mematuhi semua persyaratan tersebut karena menganggapnya sebagai akal-akalan Romawi untuk membubarkan Kartago tanpa harus menempuh jalur perang. Maka, penduduk kota Kartago yang jumlahnya mencapai ratusan ribu kemudian mempersenjatai diri mereka & bersiap untuk mempertahankan kota mereka dari serbuan pasukan Romawi.
Kartago merasa percaya diri kalau pihaknya tetap bisa bertahan dari serangan pasukan Romawi karena kota tersebut dilindungi oleh sistem pertahanan berlapis. Di luar kota Kartago, terdapat beberapa lapis tembok & parit pelindung. Lokasi Kartago juga berbatasan langsung dengan laut sehingga penduduk kota Kartago bisa memperbarui perbekalan mereka dengan memanfaatkan kapal-kapal dagang yang berlabuh di kota Kartago.
Kota Kartago dilihat dari ketinggian. (behance / pinterest.com) |
Dugaan tersebut pada awalnya terbukti benar. Saat pasukan Romawi mengepung kota Kartago, pasukan Romawi tidak berhasil menembus sistem perbentengan yang melindungi kota tersebut. Saat pasukan Romawi merasa frustrasi, pasukan Kartago kemudian melancarkan serangan balik. Di laut, mereka mengirimkan kapal-kapal api untuk membakar kapal Romawi. Kemudian di darat, pasukan Kartago menghancurkan sejumlah mesin perang milik Romawi.
Kondisi pasukan Romawi semakin memburuk setelah pada tahun 148 SM, pemukiman pasukan Romawi dilanda wabah penyakit akibat cuaca panas. Melihat hal tersebut, pemerintah Romawi kemudian mengambil tindakan drastis. Publius Cornelius Scipio Aemilianus ditunjuk menjadi pemimpin baru pasukan Romawi di Kartago.
Publius sadar bahwa selama pelabuhan Kartago masih beroperasi, maka selama itu pula kota tersebut tidak akan bisa ditaklukkan. Maka, Publius pun memerintahkan pasukan Romawi untuk fokus menyerang pelabuhan. Menara-menara berjalan (siege wall) dibangun di dekat lokasi pelabuhan Kartago. Kemudian di sebelah selatan kota Kartago, pasukan Romawi membangun tembok laut untuk memblokir akses di sekeliling pelabuhan.
Taktik tersebut mulai membuahkan hasil. Karena jalur logistik mereka tertutup, pasukan Kartago secara perlahan-lahan melemah akibat kelaparan. Pasukan Romawi di lain pihak terus menggencarkan serangannya ke lokasi di dekat pelabuhan Kartago. Tahun 146 SM, pasukan Romawi akhirnya berhasil menerobos masuk ke dalam kota & pertempuran sengit kemudian berlangsung di dalamnya hingga sepekan kemudian. Jatuhnya kota Kartago ke tangan Romawi sekaligus menandai berakhirnya Perang Punisia Ketiga.
Reruntuhan kota Kartago di masa modern. (wikipedia.org) |
KONDISI PASCA PERANG
Setelah berhasil menguasai kota Kartago, penduduk Kartago yang masih hidup kemudian dijadikan budak. Sejumlah tentara Romawi yang kurang disiplin juga melakukan penjarahan di seantero kota untuk mengumpulkan harta rampasan sebanyak mungkin. Sesudah itu, pasukan Romawi menghancurkan kota Kartago dengan cara membakar semua bangunannya & melarang siapapun untuk menghuni kembali kota tersebut.
Dengan runtuhnya kota Kartago, sisa-sisa wilayah negara tersebut kini menjadi wilayah bawahan Romawi. Kota Utica yang membelot ke pihak Romawi di awal-awal Perang Punisia Ketiga dijadikan pusat pemerintahan Romawi untuk wilayah Afrika Utara. Penduduk kota Utica juga dibebaskan dari kewajiban membayar pajak sebagai balas jasa karena penduduk kota tersebut bersedia membiarkan pasukan Romawi menggunakan Utica sebagai markas.
Meskipun kota Kartago pada awalnya dilarang untuk dihuni kembali oleh manusia, sikap pemerintah Romawi dalam perkembangannya secara berangsur-angsur berubah. Di abad pertama Sebelum Masehi, kota ini dibangun kembali oleh pemerintah Romawi.
Sesudah itu, kota Kartago sempat ditaklukkan silih berganti hingga akhirnya terbengkalai menjadi seperti sekarang. Reruntuhan kota Kartago sekarang menjadi obyek wisata sejarah yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari dalam & luar Tunisia. - © Rep. Eusosialis Tawon
DAFTAR PERANG PUNISIA
- Perang Punisia I
- Perang Punisia II
- Perang Punisia III (artikel ini)
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 149 - 146 SM
- Lokasi : (mayoritasnya di) kota Kartago
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Romawi
melawan
(Negara) - Kartago
Hasil Akhir
- Kemenangan pihak Romawi
- Negara Kartago mengalami keruntuhan
Korban Jiwa
Lebih dari 445.000 jiwa
REFERENSI
- . 2008. "Carthage". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Cartwright, M.. 2016. "Second Punic War".
(www.worldhistory.org/Second_Punic_War/)
Cartwright, M.. 2016. "Third Punic War".
(www.worldhistory.org/Third_Punic_War/)
White, M.. 2011. "Body Count of the Roman Empire".
(necrometrics.com/romestat.htm)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Mantap ni artikelnya, menambah pengetahuan
BalasHapusthird punic war : exist
BalasHapusUtica : Im gonna do what called a pro gamer move