Sotong flamboyan di dasar lautan yang berpasir. (Raeky / wikipedia.org) |
Sotong flamboyan (flamboyant cuttlefish; Metasepia pfefferi) adalah nama dari sejenis hewan laut yang memperoleh nama demikian berkat penampilannya yang memang nampak flamboyan alias mempesona. Seperti halnya spesies sotong lainnya, sotong flamboyan memiliki tubuh memanjang dengan sirip yang membentang mulai dari ujung ekor hingga lehernya. Di bagian kepalanya, sotong flamboyan juga memiliki sepasang mata besar, lengan pendek berjumlah 8, & tentakel panjang yang jumlahnya juga sepasang.
Sotong flamboyan hanya dapat ditemukan di perairan Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, & Australia. Habitatnya terletak di kedalaman antara 3 hingga 86 meter. Selain hanya dapat ditemukan di perairan dangkal & bersuhu hangat, sotong flamboyan juga menyukai perairan yang dasar lautnya penuh dengan pasir atau lumpur. Karena penampilannya yang unik & lokasi tinggalnya yang mudah diakses itulah, sotong ini merupakan salah satu fauna bawah laut yang banyak dicari oleh para penyelam & pecinta keindahan bawah laut.
Apa yang membuat sotong flamboyan berbeda dari spesies-spesies sotong lainnya adalah sotong flamboyan memiliki tonjolan berjumlah 6 yang menyerupai duri lunak di bagian punggung & atas matanya. Tonjolan tersebut bernama "papilae" & memiliki fungsi untuk membantu sotong flamboyan berkamuflase dengan lingkungan sekitarnya. Berkat keberadaan papilae tersebut, sotong flamboyan pun nampak menyerupai onggokan batu atau tanaman laut saat dilihat dari kejauhan.
Sotong flamboyan juga terkenal karena hewan ini bisa berjalan di dasar laut dengan cara merangkak memakai lengannya. Berbeda dengan sotong pada umumnya yang biasanya bergerak dengan cara berenang sambil mengombakkan siripnya.
Kemampuan sotong flamboyan untuk merangkak di dasar laut lantas menyebabkan sotong flamboyan memiliki cara bergerak yang serupa dengan gurita. Sejauh ini, sotong flamboyan diketahui sebagai satu-satunya spesies sotong yang memiliki cara bergerak demikian.
Sotong flamboyan yang sedang berjalan di dasar laut. (diving-indo.com) |
Sotong flamboyan memang bisa berenang. Namun karena ia tidak bisa berenang cepat dalam jangka waktu yang terlalu lama, sotong flamboyan pun lebih suka berjalan di dasar laut dengan memakai lengannya. Alasan kenapa sotong flamboyan tidak memiliki kemampuan berenang sebaik sotong lainnya adalah karena sotong flamboyan hanya memiliki cangkang dalam / tulang yang ukurannya terlalu kecil untuk membantunya berenang dengan baik.
Cangkang dalam sotonh memiliki bentuk menyerupai perisai kecil & kerap digunakan oleh mereka yang memelihara burung sebagai sumber kalsium bagi burung peliharaannya. Bagi sotong sendiri, cangkang dalam memiliki fungsi yang serupa dengan gelembung renang pada ikan. Karena bagian dalam cangkang sotong penuh dengan bilik-bilik kecil, sotong yang bersangkutan bisa mengisi cangkangnya dengan udara untuk mengubah-ubah daya apungnya.
BUNGLON LAUTAN YANG BERACUN
Layaknya hewan bunglon yang hidup di darat, sotong flamboyan juga memiliki kemampuan untuk mengubah warnanya dengan cepat berkat keberadaan sel-sel kromatofor di kulitnya. Dalam keadaan biasa, sotong ini biasanya memiliki kulit berwarna cokelat tua. Namun sotong ini bisa mengubah-ubah warna kulitnya dengan cepat untuk menyesuaikan perubahan kondisi di sekitarnya. Sotong flamboyan bisa mengubah warnanya menjadi putih, kuning, hingga hitam.
Sotong flamboyan adalah hewan diurnal yang berarti hewan ini aktif mencari makan pada siang hari. Sotong flamboyan merupakan hewan karnivora yang makanannya mencakup ikan & Crustacea. Supaya ia bisa mendekati mangsanya sebelum mangsanya sempat melarikan diri, sotong flamboyan akan mengubah warna tubuhnya lebih dulu hingga menyerupai lingkungan sekitarnya.
Sotong flamboyan menemukan mangsanya dengan mengandalkan indra penglihatannya yang tajam. Begitu hewan mangsanya sudah berada dalam jangkauannya, sotong flamboyan akan langsung menembakkan tentakelnya yang panjang ke arah mangsa.
Jika mangsanya berhasil tertangkap, sotong flamboyan akan menarik kembali tentakelnya & kemudian memegangi mangsanya dengan memakai lengannya yang berjumlah banyak. Sotong flamboyan selanjutnya akan mencabik-cabik daging mangsanya dengan memakai paruhnya sebelum kemudian menelannya.
Sotong flamboyan ketika menjulurkan tentakelnya. (mean-guign-photography.tumblr.com) |
Sotong flamboyan tidak bisa menelan makanan yang berukuran terlalu besar karena kerongkongannya terletak tepat di sebelah otaknya. Jika sotong flamboyan nekat menelan makanan yang berukuran terlalu besar, ia bisa mati karena otaknya tergencet oleh makanan yang ditelannya sendiri.
Fenomena demikian bukan hanya berlaku pada sotong, tetapi juga pada cumi-cumi & gurita. Khusus untuk gurita, hewan tersebut mengakalinya dengan cara melelehkan daging mangsanya dengan racun sebelum kemudian menelannya.
Bicara soal racun, sotong flamboyan ternyata merupakan salah satu hewan Cephalopoda paling beracun di dunia. Kadar racun yang dimilikinya konon tidak kalah dibandingkan gurita cincin biru, sejenis gurita kecil berwarna mencolok yang racunnya cukup kuat untuk membunuh manusia.
Fungsi utama racun tersebut adalah untuk pertahanan diri karena racunnya terletak di dalam jaringan tubuhnya. Untuk memperingatkan musuhnya supaya tidak sampai memakannya, sotong flamboyan juga bisa mengubah warna kulitnya menjadi lebih mencolok.
Sotong flamboyan bukan hanya bisa menggunakan racun & mengubah warna kulitnya untuk menakut-nakuti musuhnya. Supaya dirinya tidak sampai terbunuh oleh hewan-hewan yang belum tahu kalau sotong ini mengandung racun, sotong flamboyan juga bisa menyemprotkan tinta berwarna gelap ke arah musuhnya. Saat musuhnya sedang kebingungan akibat terjebak dalam kabut tinta yang pekat, sotong flamboyan akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melarikan diri ke tempat yang lebih aman.
PERKAWINAN YANG PENUH WARNA
Saat musim kawin sudah tiba, sotong flamboyan jantan akan menarik perhatian betina dengan cara mengubah-ubah warna kulitnya menjadi lebih berwarna warni. Jika betina menyukainya, betina kemudian akan kawin dengan pejantan tersebut. Menariknya, sejumlah pejantan kadang-kadang mengubah warna kulitnya menjadi serupa betina supaya ia bisa mendekati betina tanpa diserang oleh pejantan lain yang lebih agresif.
Seekor sotong flamboyan betina bisa melakukan perkawinan dengan beberapa pejantan khusus. Pejantan kadang-kadang sengaja menyemrpotkan air ke dalam lubang kelamin betina untuk menghilangkan sperma dari pejantan lain yang sudah lebih dulu kawin dengannya. Pembuahan sel telur & sperma sotong flamboyan terjadi secara internal alias di dalam tubuh betina. Saat sudah melakukan perkawinan, betina kemudian akan segera pergi mencari tempat untuk menaruh telur-telurnya.
Bayi sotong flamboyan di samping jari manusia. (kamayeth / pinterest.com) |
Betina menaruh telur-telurnya di tempat yang terlindung supaya aman dari pemangsa. Entah itu retakan batu, celah terumbu karang, atau di bawah tempurung kelapa. Sesudah selesai menaruh telur-telurnya, betina kemudian akan pergi meninggalkan telur-telur tersebut sehingga bayi sotong yang baru menetas nantinya sudah harus hidup mandiri.
Telur sotong flamboyan pada awalnya berwarna putih. Namun saat hendak menetas, cangkang telurnya berubah menjadi transparan sehingga bayi sotong di dalamnya bisa terlihat. Bayi sotong yang baru menetas sudah memiliki kemampuan untuk mengubah-ubah warna kulitnya. Seekor sotong flamboyan bisa tumbuh hingga sepanjang 8 cm & diperkirakan bisa hidup hingga usia 2 tahun di alam liar.
Berkat penampilannya yang terkesan unik sekaligus cantik, sotong flamboyan pun mulai banyak dipelihara oleh penikmat akuarium air asin. Hewan ini sendiri tidak disarankan untuk dipelihara karena hewan ini mengandung racun yang berpotensi membunuh manusia.
Bukan hanya itu, sotong flamboyan juga tergolong sebagai hewan yang mudah stress & jarang bertahan hidup dalam tangkapan. Selebihnya, masih belum banyak yang diketahui oleh manusia mengenai hewan ini, termasuk mengenai apakah populasi sotong ini di habitat liarnya masih melimpah / sudah mulai terancam punah. - © Rep. Eusosialis Tawon
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Sepiida
Famili : Sepiidae
Genus : Metasepia
Spesies : Metasepia pfefferi
REFERENSI
C. Patel & M. Smith. 2011. "Metasepia pfefferi".
(animaldiversity.org/accounts/Metasepia_pfefferi/)
MarineBio. "Pfeffer's Flamboyant Cuttlefishes, Metasepia pfefferi".
(www.marinebio.org/species/pfeffers-flamboyant-cuttlefishes/metasepia-pfefferi/)
Ross, R.. 2010. "Aquarium Invertebrates: Metasepia pfefferi – the aptly named Flamboyant Cuttlefish".
(reefs.com/magazine/aquarium-invertebrates-metasepia-pfefferi-the-aptly-named-flamboyant-cuttlefish/)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar