Pasukan Iran di dekat perbatasan Afganistan. (AP / radiofarda.com) |
Afganistan adalah nama dari sebuah negara di Asia yang tidak memiliki wilayah laut. Sepanjang perjalanan sejarahnya, perang menjadi hal yang tidak terpisahkan dari negara ini. Pasalnya selain dilanda perang saudara, Afganistan juga pernah beberapa kali menjadi sasaran invasi bangsa asing. Pada tahun 1998, Iran menjadi salah satu negara yang nyaris saja turut melakukan invasi ke Afganistan.
Keinginan Iran untuk menginvasi Afganistan dipicu oleh insiden yang terjadi di kota Mazari Sharif, Afganistan utara, pada bulan Agustus 1998. Dalam insiden tersebut, sebanyak 9 warga negara Iran dibunuh oleh anggota Taliban, kelompok bersenjata yang pada waktu sedang menguasai sebagian besar wilayah Afganistan. Akibatnya, timbullah krisis internasional yang nyaris saja berujung pada timbulnya perang antara Iran & Afganistan.
LATAR BELAKANG
Afganistan di masa Perang Dingin merupakan negara republik yang mengusung ideologi komunis & memiliki hubungan dekat dengan Uni Soviet. Namun menyusul runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, rezim komunis Afganistan turut mengalami keruntuhan pada tahun 1992 usai mengalami kekalahan dalam perang saudara melawan kelompok-kelompok pemberontak anti-komunis.
Pasca runtuhnya rezim komunis, kelompok-kelompok bersenjata di Afganistan kini mulai terlibat konflik 1 sama lain. Satu dari sekian banyak kelompok tersebut adalah Taliban yang keanggotaannya didominasi oleh etnis Pashtun & menganut aliran Islam Sunni versi ekstrim. Berkat dukungan persenjataan dari Pakistan, Taliban pun dalam perkembangannya berhasil menguasai ibukota Kabul pada tahun 1994, sekaligus mengukuhkan status mereka sebagai penguasa baru Afganistan.
Peta Iran & Afganistan. |
Keberhasilan Taliban menguasai Kabul tidak serta merta membuat perang saudara di Afganistan berakhir. Milisi-milisi Afganistan yang tidak mau berada di bawah kendali Taliban memutuskan untuk melanjutkan pemberontakan dari wilayah Afganistan utara. Oleh karena itulah, para milisi tersebut juga dikenal dengan sebutan "Aliansi Utara" (Northern Alliance).
Etnis Hazara merupakan salah satu golongan yang tergabung dalam Aliansi Utara. Mereka menentang pemerintahan Taliban karena banyak orang Hazara yang menganut agama Islam sekte / mazhab Syiah, sementara Taliban menganggap Syiah sebagai aliran sesat. Karena alasan yang terakhir pulalah, Aliansi Utara mendapat dukungan dari Iran, negara tetangga Afganistan di sebelah barat yang mayoritas penduduknya juga menganut mazhab Syiah.
Salah satu kota di Afganistan yang masih berada di bawah kendali Aliansi Utara adalah Mazari Sharif / Mazar, Afganistan utara. Di kota itu pulalah, Iran menempatkan para diplomatnya supaya bisa menjalin komunikasi dengan Aliansi Utara. Hingga kemudian pada tahun 1998, kota Mazar menjadi arena pertempuran antara pasukan Taliban melawan pasukan Aliansi Utara.
TERJADINYA INSIDEN DI MAZAR
Tanggal 8 Agustus 1998, kota Mazar akhirnya berhasil direbut oleh pasukan Taliban. Setelah berhasil menguasai Mazar, pasukan Taliban kemudian melakukan penembakan membabi buta kepada penduduk Mazar. Sesudah itu, milisi-milisi Taliban melakukan razia dari rumah ke rumah untuk mencari orang-orang dari etnis non-Pashtun yang masih tinggal di kota tersebut.
Sebanyak puluhan hingga ratusan pemuda Hazara dipaksa keluar dari rumahnya & kemudian dieksekusi supaya mereka tidak bisa membalas dendam kepada Taliban di kemudian hari. Dalam peristiwa eksekusi massal ini, Taliban juga membunuh 8 orang diplomat Iran & seorang wartawan Iran.
Peta lokasi Mazar / Mazar-e-Sharif. (geopolitica.ru) |
Menurut perkiraan PBB, ada setidaknya 4.000 warga sipil Mazar yang tewas saat Taliban mengambil alih kota tersebut. Selain melakukan eksekusi massal, pasukan Taliban juga melakukan penangkapan massal kepada ribuan orang & mengirim mereka ke luar Mazar. Sebagian di antara mereka kemudian dijadikan sandera oleh Taliban.
Pasca insiden di Mazar, pemerintah Iran meminta kejelasan mengenai nasib warga negaranya di Mazar yang mendadak tidak terdengar lagi kabarnya. Sebulan kemudian, Mullah Muhammad Omar selaku pemimpin tertinggi Taliban akhirnya mengakui kalau ada warga negara Iran yang tewas saat pasukannya berhasil menguasai Mazar. Omar berkata kalau eksekusi tersebut dilakukan bukan atas perintahnya, melainkan inisiatif dari milisi Taliban sendiri.
Munculnya pengakuan dari Omar langsung membuat pemerintah & rakyat Iran merasa marah. Para petinggi militer & politikus Iran berjanji kalau Iran akan membalaskan kematian warga negaranya. Untuk menunjukkan keseriusan sikap tersebut, pada awal September 1998 sebanyak 70.000 tentara Iran melakukan latihan perang di dekat perbatasan kedua negara.
Kegusaran Iran kepada Taliban hanya semakin bertambah karena Taliban menolak menuruti permintaan Iran untuk menyerahkan para personilnya yang bersalah melakukan eksekusi. Iran ingin supaya para pelaku eksekusi diadili di Iran. Namun Taliban bersikeras kalau mereka hanya akan diadili di Afganistan.
Lukisan dinding yang menampilkan para korban tewas dalam insiden Mazar. (ifpnews.com) |
PEMBICARAAN DAMAI & SESUDAHNYA
Waktu berlalu, puluhan ribu tentara Iran masih bersiaga di dekat perbatasan kedua negara. Pasukan Taliban juga sudah bersiap jika pasukan Iran benar-benar menginvasi Afganistan. Supaya perang di antara kedua negara tidak sampai meletus, PBB pun memutuskan untuk turun tangan. Atas mediasi PBB, Taliban setuju untuk membebaskan sejumlah orang yang sedang mereka sandera.
Bulan Februari 1999, perwakilan Iran & Taliban melakukan perundingan damai lebih jauh di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Alasan kenapa Dubai yang digunakan sebagai tempat untuk menggelar pertemuan adalah karena UEA merupakan 1 dari 3 negara yang mengakui Taliban sebagai pemerintahan sah Afganistan. Dua negara lainnya yang juga mengakui rezim Taliban adalah Pakistan & Arab Saudi.
Seusai pertemuan tersebut, Iran tidak lagi berniat menginvasi Afganistan. Namun hubungan antara Iran & Afganistan tetap tidak membaik. Untuk mengenang para korban tewas di Mazar, tanggal 8 Agustus kini diperingati setiap tahunnya di Iran sebagai "Hari Jurnalis Nasional". Wartawan yang tewas dalam insiden tersebut diketahui bernama Mahmoud Saremi & bekerja untuk kantor berita Islamic Republic of Iran's News Agency (IRNA).
Tahun 2001, pasukan koalisi NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) melakukan invasi ke Afganistan yang berujung pada tumbangnya rezim Taliban. Invasi itu sendiri dilakukan karena Al-Qaeda dianggap sebagai pelaku di balik tragedi runtuhnya gedung kembar World Trade Center di AS, sementara Al-Qaeda saat itu menggunakan wilayah Afganistan sebagai markasnya atas izin dari Taliban.
Prajurit Taliban. (cfr.org) |
Runtuhnya rezim Taliban kemudian diikuti dengan munculnya rezim baru di Afganistan yang mendapat dukungan dari dunia internasional, termasuk Iran. Menariknya, sejak AS & sekutunya menempatkan pasukannya di Afganistan, Iran justru memberikan bantuan persenjataan secara diam-diam kepada Taliban. Pasalnya Iran curiga kalau AS nantinya bakal memanfaatkan wilayah Afganistan untuk menginvasi Iran secara langsung.
Pada awal tahun 2021, perwakilan Taliban bahkan melakukan kunjungan ke Tehran, ibukota Iran. Peristiwa tersebut tak pelak menuai kecaman luas dari dalam Iran. Namun pemerintah Iran membela diri dengan menyatakan bahwa untuk mengupayakan berdirinya negara Afganistan yang lebih stabil pasca mundurnyan pasukan NATO, Iran harus melakukan pembicaraan dengan semua kelompok berpengaruh di Afganistan, termasuk dengan Taliban. - © Rep. Eusosialis Tawon
REFERENSI
Human Rights Watch. 1998. "Afghanistan: The Massacre in Mazar-i Sharif".
(www.hrw.org/legacy/reports98/afghan/Afrepor0.htm)
IFP. 2021. "‘Talks with Taliban Don’t Mean Iran Has Forgotten Killing of Its Diplomats’".
(ifpnews.com/talks-with-taliban-dont-mean-iran-has-forgotten-killing-of-its-diplomats)
Jehl, D.. 1998. "For Death of Its Diplomats, Iran Vows Blood for Blood".
(www.nytimes.com/1998/09/12/world/for-death-of-its-diplomats-iran-vows-blood-for-blood.html?pagewanted=all)
Mehr News Agency. 2014. "Iran marks National Journalists' Day".
(en.mehrnews.com/news/103564/Iran-marks-National-Journalists-Day)
Reuters. 1999. "Taliban, Iran hold talks".
(edition.cnn.com/WORLD/meast/9902/03/afghan.iran.01/index.html)
Weinbaum, M.G.. 2008. "Afghanistan". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
"Musuh dari musuh adalah teman". Peribahasa tersebut sepertinya cocok untuk menggambarkan hubungan antara Iran, Thaliban Afghanistan dan Amerika Serikat.
BalasHapus