Seekor lenyai di atas tanah. (Alan Cressler / discoverlife.org)

Lenyai (Orphnaeus brevilabiatus) adalah nama dari sejenis kelabang dengan kemampuan unik. Hewan berkaki banyak ini bisa mengeluarkan cairan bercahaya. Cairan tersebut berasal lubang-lubang kecil yang terletak pada ruas tubuh lenyai. Karena cahaya yang dipancarkannya nampak seperti kilatan api, hewan ini di negara-negara berbahasa Inggris dikenal dengan nama "fire centipede" (kelabang api).

Cairan yang dikeluarkan oleh lenyai bukanlah darah, melainkan cairan yang mengandung zat luciferin & luciferase. Zat-zat itulah yang menjadi penyebab mengapa cairan yang dikeluarkan oleh lenyai nampak bersinar dalam gelap.

Saat baru dikeluarkan dari tubuhnya, cairan tadi nampak tidak berwarna. Namun begitu cairan tersebut bersentuhan dengan udara, cairan yang bersangkutan nampak memancarkan cahaya berwarna hijau atau biru.

Fungsi dari cairan bercahaya tersebut adalah sebagai alat pertahanan diri. Ketika tertangkap oleh musuhnya, lenyai bakal langsung mengeluarkan cairan bercahaya tadi. Harapannya adalah manusia atau hewan yang melihat cahaya tersebut langsung merasa panik atau kebingungan. Selain bercahaya, cairan tersebut juga memancarkan bau menyengat.

Lenyai saat mengeluarkan cairan bercahaya. (whatsthatbug.com)

Saat musuhnya sedang kebingungan, lenyai memanfaatkan momen tersebut untuk melarikan diri ke tempat yang aman. Karena cairan tersebut bisa tetap bersinar selama beberapa detik, lenyai yang baru saja mengeluarkan cairannya kerap meninggalkan jejak kaki bercahaya.

Lenyai memerlukan alat pertahanan diri macam itu karena lenyai tergolong sebagai hewan yang kecil & rentan. Hewan ini bisa tumbuh hingga sepanjang 6 cm, namun ukuran rata-rata mereka biasanya hanya sekitar 2 cm.

Selebihnya, lenyai memiliki ciri-ciri fisik yang serupa dengan spesies kelabang pada umumnya. Tubuhnya panjang dengan sepasang kaki pada masing-masing ruas. Warnanya bervariasi mulai dari cokelat, jingga, merah, hingga ungu.



SI MUNGIL YANG MENDUNIA

Lenyai tergolong sebagai hewan dengan persebaran yang luas karena mereka bisa ditemukan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Oseania, Afrika, Amerika Utara, & Amerika Tengah. Lenyai alias O. brevilabiatus bukanlah satu-satunya spesies kelabang yang mengeluarkan cairan bercahaya. Namun selain lenyai & kelabang spesies Otostigmus aculeatus, tidak ada lagi spesies kelabang bercahaya yang habitat aslinya berada di Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri, lenyai memiliki banyak nama. Selain dikenal dengan nama lenyai / leunyai, hewan yang bersangkutan juga dikenal dengan nama lena, reno, rena, serta kelemayar. Beragamnya nama yang dimiliki oleh lenyai tidak lepas dari fakta bahwa masing-masing daerah memiliki bahasa & istilahnya sendiri untuk menyebut hewan ini.

Lenyai yang berasal dari Polinesia Perancis, gugus kepulauan di Samudera Pasifik. (Sylvain Charlat / gbif.org)

Lenyai merupakan hewan dengan pola hidup nokturnal alias aktif pada malam hari. Pada siang hari, hewan ini lebih banyak bersembunyi di tempat-tempat gelap & terlindung. Alasan kenapa lenyai aktif pada malam hari adalah karena lenyai sangat mudah mengalami dehidrasi jika berada di tempat yang suhunya terlalu tinggi.

Tidak diketahui perilaku reproduksi dari lenyai mengingat hewan ini amat sulit diamati di habitat aslinya. Kalau melihat pola hidup spesies kelabang lainnya, lenyai mungkin memiliki pola hidup keibuan saat berkembang biak.

Sesudah kawin & bertelur, lenyai betina akan melindungi telur-telur tersebut hingga menetas. Lenyai betina mungkin melindungi telur-telurnya dengan cara melingkarkan badannya di sekeliling telur & menyerang hewan lain yang mencoba mendekati telurnya.



SPESIALIS PEMAKAN SERANGGA KECIL

Lenyai adalah hewan karnivora alias pemakan daging. Makanannya mencakup serangga & hewan-hewan kecil. Untuk melumpuhkan mangsanya, lenyai menggunakan sepasang taring beracun yang aslinya merupakan kaki depannya.

Bagi manusia, racun lenyai tidaklah mematikan walaupun tetap terasa menyakitkan. Lenyai sendiri jarang menggunakan racunnya untuk membela diri karena ia lebih suka melarikan diri atau mengeluarkan cairan bercahaya jika berpapasan dengan musuhnya.

Lenyai merupakan hewan yang bermanfaat bagi manusia berkat kebiasaannya memakan hama serangga kecil. Oleh karena itulah, lenyai sebaiknya tidak dibunuh jika tidak mengganggu. Namun karena lenyai memiliki wujud yang terkesan menakutkan & kerap meninggalkan jejak bercahaya, manusia pun kerap merasa panik saat berpapasan dengan lenyai.

Lenyai sendiri biasanya hanya akan muncul di dalam rumah manusia karena merasa tertarik akan kondisi rumah yang lembab & banyak dihuni oleh serangga-serangga kecil makanannya. Jika kebetulan di atas kasur terdapat banyak serangga kecil (misalnya kutu & larva ngengat baju), maka lenyai kadang-kadang akan menampakkan diri di sana.

Jika kebetulan anda tidak ingin lenyai muncul di rumah anda, maka ruangan rumah anda harus berada dalam kondisi kering & memiliki pencahayaan yang terang. Bagian atas & kolong perabotan juga harus sering-sering dibersihkan supaya tidak ada serangga kecil yang tinggal di sana, sehingga lenyai merasa tidak betah & akhirnya pergi dengan sendirinya.   -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Chilopoda
Ordo : Geophilomorpha
Famili : Oryidae
Genus : Orphnaeus
Spesies : Orphnaeus brevilabiatus (Newport, 1845)



REFERENSI

A. Clarke & D. Merritt. "Non-Glowing Sticky Worms and Glowing Centipedes".
(www.ackma.org/journal/79/NonGlowing%20Sticky%20Worms%20And%20Glowing%20Centipedes%20-%20David%20Merritt%20and%20Arthur%20Clarke.pdf)

GBIF. "Orphnaeus brevilabiatus Newport, 1845".
(www.gbif.org/species/2232677)

H.H. Lin, dkk.. "Centipede".
(www.sciencedirect.com/topics/immunology-and-microbiology/centipede)

J. Rosenberg & V.B. Meyer-Rochow. 2009. "Luminescent Myriapoda".
(www.researchgate.net/publication/262686079_Luminescent_myriapoda_a_brief_review)

Kamus Besar Bahasa Indonesia. "Kelemayar".
(kbbi.web.id/kelemayar)

Orkin. "Fire Centipede".
(www.orkin.com/other/centipedes/fire-centipede/)

Walker, S.. "6 Clever Ways To Keep Centipedes Out of Bed".
(homeardent.com/ways-keep-centipedes-out-bed/)

Y. Oba, dkk.. 2011. "The Terrestrial Bioluminescent Animals of Japan".
(bioone.org/journals/zoological-science/volume-28/issue-11/zsj.28.771/The-Terrestrial-Bioluminescent-Animals-of-Japan/10.2108/zsj.28.771.full)