Meja bundar yang menampilkan simbol NATO. (stock.adobe.com) |
Uni Soviet & Amerika Serikat (AS) dikenal memiliki hubungan yang kurang harmonis. Adanya persaingan dari masing-masing negara untuk menjadi negara paling dominan di dunia menjadi penyebab utamanya. Persaingan tersebut lantas menjadi penyebab timbulnya Perang Dingin (Cold War) yang memecah negara-negara di dunia menjadi kubu pro-AS (Blok Barat) & kubu pro-Soviet (Blok Timur).
Sebagai cara untuk membendung pengaruh Uni Soviet & negara-negara komunis sekutunya, AS beserta sejumlah negara sekutunya lantas membentuk organisasi militer yang bernama NATO pada tahun 1949. Menariknya, kendati NATO pada awalnya didirikan untuk mengantisipasi konflik melawan Uni Soviet, Uni Soviet sendiri ternyata pernah menawarkan diri untuk bergabung dengan NATO.
BERMUSUHAN SEJAK PERANG SAUDARA RUSIA
Sejak negara Uni Soviet didirikan pada dekade 1920-an, pendirian negara tersebut sudah lama ditentang oleh oleh AS & negara-negara Eropa Barat. Pasalnya Uni Soviet merupakan negara yang mengusung ideologi komunis, sementara ideologi komunis menekankan kesejahteraan bersama & kontrol penuh negara atas sektor-sektor ekonomi.
Hal tersebut pada gilirannya mengundang rasa tidak suka dari golongan menengah ke atas yang ada di AS & negara-negara Eropa Barat. Mereka khawatir bahwa jika ideologi komunis sampai menjalar masuk ke wilayah negara-negara tadi, mereka bakal kehilangan sumber pemasukan & kehidupan nyamannya selama ini. Mereka juga khawatir bakal menjadi sasaran pembantaian massal oleh golongan kelas bawah yang mendukung revolusi komunis.
Atas pertimbangan itulah, saat Rusia dilanda perang saudara antara kubu komunis Bolshevik melawan kubu anti-komunis, AS & sejumlah negara Eropa Barat turut mengirimkan pasukannya ke wilayah Rusia pada tahun 1918 untuk membantu kubu anti-komunis. Namun upaya mereka tidak berjalan seusai harapan karena kubu Bolshevik pada akhirnya berhasil memenangkan perang & kemudian mendirikan negara Uni Soviet.
Peta lokasi AS & Uni Soviet. |
Pasca kegagalan tersebut, negara-negara Barat memandang Uni Soviet dengan penuh kewaspadaan. Rasa tidak suka mereka kepada Uni Soviet hanya semakin bertambah ketika pada tahun 1939, Uni Soviet bekerja sama dengan rezim Nazi Jerman untuk bersama-sama menginvasi Polandia, sekaligus menandai dimulainya Perang Dunia II.
Hubungan baik antara Jerman dengan Uni Soviet tidak berlangsung lebih jauh setelah pada tahun 1941, Jerman secara tiba-tiba menginvasi wilayah Uni Soviet. Sejak itulah, Uni Soviet ganti menjalin persekutuan dengan negara-negara Barat anggota Blok Sekutu karena mereka sama-sama bermusuhan dengan Jerman.
Persekutuan tersebut terbukti berbuah manis. Jerman yang pada awalnya nampak superior kini semakin kepayahan karena harus bertempur melawan banyak musuh sekaligus. Tahun 1945, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman. Seusai perang, wilayah Jerman bagian barat diduduki oleh pasukan AS, Inggris & Perancis. Sementara wilayah Jerman bagian timur diduduki oleh pasukan Uni Soviet.
KRISIS DI EROPA TENGAH & TERBENTUKNYA NATO
Pasca berakhirnya Perang Dunia II, rasa saling curiga antara Uni Soviet dengan negara-negara Barat kembali timbul. Uni Soviet ingin supaya pasukan negara-negara Barat segera pergi meninggalkan kota Berlin. Namun negara-negara Barat enggan menuruti keinginan Uni Soviet karena Berlin merupakan ibukota Jerman. Meninggalkan Berlin berarti membiarkan Uni Soviet menguasai Jerman seutuhnya.
Melihat hal tersebut, Uni Soviet pun melakukan blokade di sekeliling kota Berlin pada tahun 1948 supaya penduduknya kelaparan sehingga mereka bersedia mengakui kekuasaan Uni Soviet. Namun negara-negara Barat tidak mau kalah. Mereka mengirimkan perbekalan dari udara secara berkala sehingga penduduk setempat terhindar dari bahaya kelaparan.
Memasuki tahun 1949, Uni Soviet akhirnya melunak & menghentikan blokadenya di sekeliling Berlin. Masih di tahun yang sama, wilayah Jerman juga dipecah menjadi 2 negara. Kedua negara tersebut adalah Jerman Barat yang berhaluan pro-Barat, serta Jerman Timur yang berhaluan komunis.
Peta Jerman Barat & Jerman Timur. |
Uni Soviet sebenarnya lebih suka jika Jerman tetap menjadi 1 negara. Namun keinginan Uni Soviet tersebut lagi-lagi ditentang oleh negara-negara Barat. Mereka khawatir bahwa jika Jerman tetap dibiarkan menjadi 1 negara, maka Jerman kelak bakal berubah menjadi negara komunis seutuhnya lewat kudeta yang didukung oleh Uni Soviet.
Ketakutan negara-negara Barat tersebut bukanlah ketakutan yang tidak beralasan. Pada bulan Februari 1948, kelompok komunis di Cekoslovakia melakukan kudeta sehingga Cekoslovakia sejak itu berubah menjadi negara komunis.
Peristiwa yang terjadi di Cekoslovakia tersebut lantas mengundang kekhawatiran dari negara-negara Barat. Wacana supaya negara-negara Barat membentuk aliansi militer bersama pun diapungkan supaya tidak ada lagi negara Eropa yang berubah menjadi negara komunis.
Atas pertimbangan itulah, pada bulan April 1949, AS, Kanada, & sejumlah negara Eropa Barat meresmikan aliansi militer baru yang bernama North Atlantic Treaty Organization (NATO; Organisasi Traktat Atlantik Utara). Dalam perkembangannya, negara-negara di Eropa bagian timur yang tidak berhaluan komunis seperti Yunani & Turki kelak juga bergabung menjadi anggota NATO.
NATO didirikan atas prinsip "serangan ke 1 negara anggota berarti serangan ke semua negara anggota". Jadi, jika ada negara anggota NATO yang terlibat konflik dengan Uni Soviet, maka negara-negara anggota NATO yang lain bakal langsung mengirimkan pasukannya untuk membantu negara tersebut. Dengan begitu, Uni Soviet diharapkan tidak akan berani menyebarkan paham komunisme lebih jauh lagi di kawasan Eropa.
Perwakilan negara-negara Barat saat meresmikan traktat pendirian NATO. (historytoday.com) |
UNI SOVIET SEBAGAI ANGGOTA NATO?
Karena NATO dibentuk oleh negara-negara Barat untuk membendung pengaruh Uni Soviet, maka sulit rasanya untuk membayangkan Uni Soviet menjadi anggota NATO. Meskipun terdengar mustahil, nyatanya Uni Soviet memang pernah menawarkan diri untuk bergabung dengan NATO.
Semuanya bermula ketika pada bulan Maret 1954, Vyacheslav Molotov selaku Menteri Luar Negeri Uni Soviet mengusulkan pembentukan aliansi militer baru yang keanggotaannya mencakup seluruh negara Eropa.
Molotov juga mengusulkan supaya Jerman Barat & Timur dilebur menjadi 1 negara, namun tanpa memiliki militernya sendiri. Sebagai gantinya, urusan pertahanan Jerman menjadi tanggung jawab negara-negara anggota aliansi ini.
Karena aliansi militer usulan Molotov ini dimaksudkan sebagai aliansi khusus Eropa, maka AS secara teoritis tidak berhak menjadi anggota aliansi. Namun untuk menarik simpati AS & negara-negara Eropa Barat, Molotov memperbolehkan AS menjadi anggota aliansi ini selama AS hanya berstatus sebagai anggota pengamat alias tidak memiliki hak suara dalam aliansi ini.
Alih-alih menyambut baik tawaran Molotov, perwakilan negara-negara Barat justru malah beramai-ramai menertawakan usulan Molotov. Namun Molotov masih belum menyerah. Ia kembali mengajukan usulan baru.
Dalam usulan terbarunya, AS diperbolehkan menjadi anggota dengan kewenangan penuh dalam aliansi militer bentukan Soviet. Namun sebagai gantinya, NATO harus bersedia menerima Uni Soviet sebagai anggota barunya. Molotov juga mengirimkan surat permohonan kepada NATO supaya diterima menjadi anggota baru organsisasi tersebut.
Vyacheslav Molotov. (whitehousehistory.org) |
Seperti usulan pertamanya, usulan terbaru Molotov lagi-lagi ditanggapi secara negatif. Pada bulan Mei 1954, NATO menyatakan kalau mereka tidak bisa menerima Uni Soviet sebagai anggota baru karena negara-negara anggota NATO ingin supaya wilayah Eropa Barat bebas dari pengaruh Uni Soviet. NATO juga merasa bahwa sistem pemerintahan Uni Soviet yang otoriter tidak cocok dengan standar demokrasi negara-negara Barat anggota NATO.
Molotov sendiri aslinya sudah menduga kalau NATO tidak akan menerima Uni Soviet menjadi anggota barunya. Maka, Molotov pun lantas memanfaatkan momen penolakan tersebut untuk menunjukkan bahwa NATO didirikan bukan untuk melindungi negara-negara anggotanya, tetapi untuk mengucilkan Uni Soviet & negara-negara komunis sekutunya.
Lepas dari penolakan tersebut, adalah hal yang tetap menarik untuk membayangkan bagaimana jadinya kondisi dunia jika Uni Soviet benar-benar menjadi anggota NATO. Karena Uni Soviet merupakan negara terbesar di dunia, maka Uni Soviet secara otomatis bakal menjadi salah satu negara yang paling berpengaruh dalam keanggotaan NATO.
Uni Soviet juga memiliki wilayah yang membentang hingga ke ujung timur Benua Asia. Dengan memanfaatkan kondisi geografis Uni Soviet tersebut, NATO secara teoritis bisa memanfaatkan Uni Soviet sebagai ujung tombak untuk menjaga stabilitas di kawasan Asia, sehingga gejolak yang terjadi di kawasan Asia bisa diredam sebelum menjalar lebih jauh ke wilayah Eropa & Amerika Utara.
Sejarawan Inggris yang bernama Jeffrey Roberts meyakini bahwa tujuan utama Uni Soviet bergabung dengan NATO bukanlah untuk mengakhiri konflik ideologi antara Blok Barat & Blok Timur, tetapi untuk melemahkan NATO dari dalam. Dengan menjadi anggota NATO, Uni Soviet bisa ikut menentukan kebijakan-kebijakan yang hendak diambil NATO & memanfaatkan sumber daya yang sudah dilimpahkan oleh AS untuk NATO.
KONDISI PASCA PENOLAKAN
Tanggal 9 Mei 1955, negara Jerman Barat diterima menjadi anggota NATO yang baru & diperbolehkan memiliki tentaranya sendiri. Uni Soviet lantas menanggapi perkembangan situasi tersebut dengan cara membuat aliansi militer tandingan. Pada tanggal 14 Mei 1955, Uni Soviet & negara-negara komunis Eropa sekutunya membentuk aliansi militer baru yang bernama "Pakta Warsawa" (Warsaw Pact).
Pakta Warsawa dibentuk supaya negara-negara Blok Timur Eropa bisa mengimbangi pengaruh NATO di kawasan Eropa. Namun dalam praktiknya, Pakta Warsawa malah lebih sering digunakan oleh Uni Soviet untuk memperkuat pengaruhnya di Eropa Timur. Pada tahun 1968 misalnya, negara-negara anggota Pakta Warsawa beramai-ramai menginvasi Cekoslovakia menyusul terjadinya upaya reformasi politik di negara tersebut.
Pasukan tank Uni Soviet saat menginvasi Cekoslovakia. (Bill Ray / theatlantic.com) |
Tahun 1989, negara-negara Eropa Timur beramai-ramai meninggalkan ideologi komunisnya. Hanya berselang 2 tahun kemudian, Pakta Warsawa dinyatakan bubar. Bubarnya Pakta Warsawa diikuti dengan runtuhnya Uni Soviet di tahun yang sama. Pasca bubarnya Uni Soviet & Pakta Warsawa, sejumlah negara bekas komunis di Eropa Timur beramai-ramai diterima menjadi anggota baru NATO.
Rusia menjadi salah satu negara Eropa Timur yang menyatakan minatnya untuk bergabung dengan NATO pasca runtuhnya Uni Soviet. Pada tahun 2001, Vladimir Putin selaku presiden Rusia menyatakan kalau NATO seharusnya memperbolehkan Rusia bergabung dengan organisasi tersebut. Namun seperti halnya usulan keanggotaan Uni Soviet di tahun 1954, sejumlah tokoh di negara Barat juga merasa curiga dengan niat asli Rusia untuk menjadi anggota baru NATO.
Wacana keanggotaan Rusia dalam organisasi NATO pada akhirnya harus terkubur dalam-dalam setelah pada tahun 2014, negara-negara Barat menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Sanksi itu sendiri dijatuhkan karena daerah Crimea melepaskan diri secara sepihak dari Ukraina untuk bergabung dengan Rusia. Sementara negara-negara Barat menganggap kalau Crimea adalah wilayah sah milik Ukraina - © Rep. Eusosialis Tawon
REFERENSI
AP. 2001. "Putin wants NATO to let Russia join".
(www.deseret.com/2001/7/18/19596959/putin-wants-nato-to-let-russia-join)
H.A. Turner, Jr. & J.J. Sheehan. 2008. "Germany". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Hewitt, N.. 2019. "Britain’s Russian fiasco: the Allied intervention in the Russian civil war".
(www.historyextra.com/period/20th-century/britain-russian-fiasco-allied-intervention-russian-civil-war-white-russians/)
History.com. 2009. "West Germany joins NATO".
(www.history.com/this-day-in-history/west-germany-joins-nato)
History.com. 2010. "NATO".
(www.history.com/topics/cold-war/formation-of-nato-and-warsaw-pact)
Hughes, T.A.. 2008. "World War II". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Kartsev, D.. 2019. "NATO was born 70 years ago today. Moscow has always viewed it as a threat, but that hasn't prevented three attempts to join the alliance."
(meduza.io/en/feature/2019/04/04/nato-was-born-70-years-ago-today-moscow-has-always-viewed-it-as-a-threat-but-that-hasn-t-prevented-three-attempts-to-join-the-alliance)
Roberts, G.. "Molotov's Proposal that the USSR Join NATO, March 1954".
(www.wilsoncenter.org/publication/molotovs-proposal-the-ussr-join-nato-march-1954)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar