Demonstran Anglophone di Bamenda, Kamerun barat, yang sedang menggunakan ketapel raksasa untuk menyerang polisi. (allafrica.com) |
Kamerun (Cameroon) adalah nama dari sebuah negara yang terletak di Teluk Guinea, pantai barat Benua Afrika. Negara ini pada awalnya dikenal sebagai salah satu negara paling stabil di Afrika jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya yang kerap dilanda perang. Namun citra positif tersebut tidak lagi berlaku menyusul timbulnya Perang Ambazonia sejak tahun 2017 silam.
Perang Ambazonia (Ambazonia War; Guerre d'Ambazonie) adalah nama dari konflik bersenjata yang berlangsung di wilayah Kamerun barat antara pasukan pemerintah Kamerun melawan gerakan separatis yang ingin mendirikan negara bernama Ambazonia. Konflik ini timbul karena wilayah Kamerun barat yang mayoritas penduduknya berbahasa Inggris ingin melepaskan diri dari negara Kamerun yang mayoritas penduduknya berbahasa Perancis.
Perang Ambazonia sudah meletus sejak tahun 2017 & masih berlangsung hingga sekarang. Selain dengan nama "Perang Ambazonia", konflik ini juga dikenal dengan nama "Krisis Anglophone" (Anglophone Crisis; Crise Anglophone) serta "Perang Saudara Kamerun" (Cameroonian Civil War; Guerre Civile Camerounaise).
Akibat Perang Ambazonia, sebanyak lebih dari 4.000 orang harus kehilangan nyawanya. Sementara sebanyak 800.000 lainnya yang masih hidup terpaksa mengungsi meninggalkan tempat tinggalnya selama ini. Jumlah tersebut masih sangat mungkin akan terus bertambah karena perang ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Perang Ambazonia juga berdampak pada lumpuhnya aktivitas belajar mengajar di zona konflik akibat banyaknya sekolah yang diserang & bahkan dibakar oleh kawanan pemberontak. Fenomena tersebut bisa terjadi karena di mata kelompok pemberontak, sekolah merupakan alat bagi pemerintah Kamerun untuk mencuci otak warganya.
LATAR BELAKANG
1. Perbedaan Bahasa Mayoritas di Masing-Masing Wilayah
Berdasarkan bahasa mayoritas yang digunakannya, wilayah Kamerun bisa dibagi ke dalam 2 wilayah : wilayah yang mayoritas penduduknya berbahasa Perancis (Francophone) & wilayah yang mayoritas penduduknya berbahasa Inggris (Anglophone). Jika wilayah Francophone mencakup wilayah Kamerun tengah & timur, maka wilayah Anglophone mencakup wilayah Kamerun barat.
Berbedanya komposisi bahasa mayoritas di Kamerun tidak lepas dari perjalanan sejarah negara tersebut. Kamerun pada awalnya merupakan wilayah jajahan Jerman. Menyusul timbulnya Perang Dunia I, wilayah Kamerun kemudian diinvasi oleh pasukan Inggris, Perancis, & Belgia. Kebetulan ketiga negara tadi memang bermusuhan dengan Jerman semasa Perang Dunia I.
Menyusul berakhirnya Perang Dunia I dengan kekalahan Jerman & sekutunya, wilayah Kamerun kemudian dipecah menjadi 2. Wilayah sebelah barat berada di bawah pengelolaan Inggris, sementara wilayah sisanya berada di bawah pengelolaan Perancis. Sejak periode inilah, bahasa Inggris & Perancis mulai menjadi bahasa resmi yang dominan di masing-masing wilayah.
Peta Kamerun beserta bahasa mayoritas di masing-masing wilayah. |
Di sebelah barat Kamerun, terdapat wilayah Nigeria yang pada waktu itu juga berstatus sebagai wilayah jajahan Inggris. Oleh karena itulah, wilayah Kamerun Inggris pada awalnya dikelola sebagai bagian dari koloni Nigeria.
Tahun 1960, Perancis memberikan kemerdekaan pada wilayah Kamerun. Inggris kemudian menggelar referendum di wilayah Kamerun Inggris untuk mencari tahu apakah wilayah tersebut ingin merdeka sebagai bagian dari Nigeria atau Kamerun.
Referendum yang dimaksud akhirnya digelar pada tahun 1961. Hasilnya, wilayah utara Kamerun Inggris memilih untuk bergabung dengan Nigeria. Sementara wilayah selatan memilih untuk bergabung dengan Kamerun. Wilayah selatan tersebut namanya kemudian diubah menjadi "Kamerun Barat" (Western Cameroon).
Secara geografis, wilayah Anglophone / Kamerun Barat memang terletak di bagian barat wilayah Kamerun. Namun karena wilayah tersebut di masa lampau juga berstatus sebagai wilayah bagian selatan Kamerun Inggris, golongan separatis lebih suka menyebut wilayah Kamerun Barat dengan nama "Kamerun Selatan" (Southern Cameroon).
2. Adanya Tuduhan Kesenjangan Sosial di Wilayah Anglophone
Karena penduduk penduduk berbahasa Inggris di wilayah Kamerun jumlahnya kalah jauh dibandingkan penduduk bahasa Perancis, sempat timbul kekhawatiran kalau penduduk berbahasa Inggris nantinya hanya akan menjadi warga kelas 2 di Kamerun.
Untuk menghilangkan ketakutan tersebut, pemerintah pusat Kamerun memberikan otonomi khusus untuk wilayah Kamerun Barat yang mayoritas penduduknya berasal dari golongan berbahasa Inggris.
Bendera negara Kamerun pada awalnya juga menampilkan 2 simbol bintang di pojok kiri atas bendera. Kedua simbol bintang tersebut dimaksudkan untuk menyimbolkan posisi golongan berbahasa Inggris & Perancis yang setara.
Namun memasuki dekade 1970-an, kondisi tersebut secara berangsur-angsur mulai berubah. Pemerintah pusat Kamerun mencoba menghilangkan otonomi luas yang selama ini dimiliki oleh wilayah berbahasa Inggris.
Dengan alasan kalau pemerintah daerah Kamerun Barat gagal mensejahterakan daerahnya sendiri, pemerintah pusat Kamerun mencabut otonomi khusus yang dimiliki oleh wilayah tersebut pada tahun 1972. Sesudah itu, wilayah Kamerun Barat dipecah menjadi 2 provinsi baru : Provinsi Barat Laut & Provinsi Barat Daya.
Masih di tahun 1972, Kamerun yang awalnya berstatus sebagai republik federal diubah menjadi republik dengan sistem negara kesatuan. Kemudian pada tahun 1975, bendera negara Kamerun yang tadinya menampilkan 2 simbol bintang diubah menjadi hanya menampilkan 1 simbol bintang.
Bendera Kamerun hingga tahun 1975. |
Bendera Kamerun sejak tahun 1975. |
Seiring berjalannya waktu, bayang-bayang ketakutan kalau komunitas Anglophone di Kamerun bakal ditelantarkan oleh pemerintah pusat nampak semakin nyata. Sebagai contoh, berdasarkan data tahun 2019, hanya 3 dari 70 jabatan penting di kabinet pemerintahan Kamerun yang ditempati oleh tokoh Anglophone. Padahal populasi penduduk Anglophone mencapai 20 persen dari populasi total penduduk Kamerun.
Hal serupa dapat dijumpai pada sektor ekonomi & infrastruktur. Berdasarkan data anggaran pemerintah Kamerun di tahun 2017, wilayah Anglophone hanya diberi dana pembangunan sebesar 76 juta dollar. Sementara wilayah Kamerun yang lain mendapatkan jatah dana pembangunan sebesar 225 juta dollar.
Di sektor bahasa, pemerintah Kamerun secara resmi memang masih mengakui bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa resmi Kamerun. Namun dalam praktiknya, banyak dokumen pemerintah yang hanya diterbitkan dalam bahasa Perancis. Sebagai akibatnya, peluang penduduk dari golongan Anglophone untuk mendapatkan pekerjaan di lembaga pemerintahan menjadi lebih rendah.
3. Respon Keras Pemerintah Kamerun Terhadap Aktivis Anglophone
Tahun 1993, komunitas Anglophone Kamerun mendirikan organisasi bernama Southern Cameroons National Council (SCNC; Dewan Nasional Kamerun Selatan). Tujuan pembentukan SCNC adalah untuk mengupayakan supaya wilayah Kamerun bagian barat kembali mendapatkan otonomi khusus seperti pada dekade 1960-an.
Kemunculan SCNC dengan cepat menarik perhatian pemerintah pusat Kamerun yang menuduh kelompok tersebut sebagai kelompok separatis. Sebagai akibatnya, banyak anggota SNSC yang ditangkap oleh aparat Kamerun. Sementara mereka yang masih bebas merasa khawatir dalam menjalankan aktivitasnya akibat senantiasa dimata-matai oleh aparat Kamerun.
Bulan November 2016, sejumlah tokoh Anglophone Kamerun menggelar aksi protes di Bamenda, Kamerun barat. Aksi protes tersebut dimaksudkan untuk mengkritik semakin banyaknya kampus & kantor pengadilan di wilayah Anglophone Kamerun yang hanya bersedia menerima tenaga kerja berbahasa Perancis.
Peta lokasi Bamenda. (bbc.com) |
Pemerintah Kamerun lantas menanggapi aksi protes tersebut dengan cara menerjunkan aparatnya untuk membubarkan aksi protes secara paksa. Namun karena aksi protes tersebut memiliki dukungan luas dari penduduk setempat, kerusuhan pun timbul antara polisi & para demonstran.
Sebanyak 6 orang tewas dikabarkan tewas akibat ditembak. Sementara lebih dari 100 orang lainnya ditangkap oleh polisi. Untuk meredam kemungkinan perlawanan lebih jauh, pemerintah pusat Kamerun sejak bulan Januari 2017 mematikan jaringan internet di wilayah Kamerun barat selama 3 bulan. Helikopter pengintai milik pemerintah juga semakin sering berseliweran di atas kota Bamenda.
Kombinasi dari hal-hal tadi nyatanya tetap tidak berhasil membungkan gelombang perlawanan yang ditunjukkan oleh golongan Anglophone. Pada bulan September 2017, sebanyak peuluhan ribu penduduk Kamerun barat beramai-ramai menggelar aksi protes menuntut kemerdekaan wilayahnya. Di kota Buea & Ekona, para demonstran beramai-ramai menurunkan bendera Kamerun di kantor polisi setempat.
Tanggal 1 Oktober 2017, tokoh Anglophone setempat yang bernama Sisiku Ayuk mengumumkan kemerdekaan wilayah Kamerun barat & memproklamasikan berdirinya negara Ambazonia. Nama "Ambazonia" diambil dari kata "Ambozes", sebutan warga lokal untuk Teluk Ambas di Kamerun barat. Proklamasi tersebut sekaligus menandai dimulainya Perang Ambazonia antara pasukan pemerintah Kamerun melawan golongan pendukung kemerdekaan.
Massa di London, Inggris, yang sedang menggelar aksi protes sambil membentangkan bendera Ambazonia. (SCNC_UK / twitter.com) |
4. Masuknya Aliran Senjata Ilegal dari Nigeria
Kamerun berbatasan dengan Nigeria di sebelah barat. Meskipun Nigeria merupakan salah satu negara terkaya di Afrika berkat cadangan minyak buminya yang melimpah, Nigeria juga merupakan salah satu negara yang kondisi domestiknya paling tidak stabil akibat maraknya kesenjangan sosial & panasnya hubungan antar golongan.
Wilayah utara Nigeria menjadi lokasi pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis Boko Haram. Sementara di kawasan perkotaan, banyak geng bersenjata yang melakukan aksi-aksi kriminal seperti penculikan & perampokan. Kemudian di kawasan Delta Niger di sebelah selatan, terdapat kelompok militan yang kerap melakukan aksi-aksi penyerangan ke kilang minyak setempat.
Maraknya konflik di Nigeria lantas turut dirasakan dampaknya di Kamerun. Banyak anggota Boko Haram yang memasuki wilayah Nigeria untuk merekrut anggota baru & menyelundupkan senjata. Dampaknya, jumlah senjata api ilegal yang beredar di Kamerun menjadi semakin meningkat. Jika pada tahun 2013 hanya ada 25.000 pucuk senjata ilegal yang beredar di Kamerun, pada tahun 2020 jumlahnya meroket menjadi 120.000 pucuk.
Banyaknya senjata api ilegal yang beredar di Kamerun lantas dimanfaatkan oleh golongan pendukung kemerdekaan Ambazonia untuk mempersenjatai diri mereka. Sebagai akibatnya, konflik antara golongan separatis Ambazonia dengan pemerintah pusat Kamerun pun kini berlanjut ke fase konflik bersenjata.
BERJALANNYA PERANG
Konflik yang Menjalar Hingga Negara Tetangga
Tidak lama setelah keluarnya deklarasi kemerdekaan Ambazonia, massa di wilayah Anglophone Kamerun terlibat bentrokan dengan polisi. Akibatnya, sebanyak 17 orang dikabarkan tewas dalam bentrokan tersebut. Pemerintah Kamerun juga memberlakukan hukum darurat militer & mematikan kembali jaringan internet di wilayah Anglophone.
Untuk menghindari kesan kalau pemerintah Kamerun hanya mengedepankan jalur kekerasan semata, para anggota parlemen Kamerun di ibukota Yaounde berkumpul di Monumen Reunifikasi & meminta supaya komunitas Anglophone serta Francophone tetap hidup rukun. Namun upaya tersebut malah menjadi arena timbulnya perpecahan baru karena adanya boikot dari tokoh parlemen yang berasal dari golongan Anglophone.
Polisi anti huru-hara Kamerun yang sedang berpatroli di kota Buea, Kamerun barat. (AFP / voanews.com) |
Semakin kacaunya kondisi keamanan di Kamerun menyebabkan militer Kamerun pada akhirnya ikut turun tangan. Selain terlibat konflik dengan milisi-milisi Ambazonia, pasukan Kamerun juga disiagakan di perbatasan dengan Nigeria supaya tidak ada milisi & penyelundup senjata dari wilayah Nigeria yang bisa memasuki wilayah Kamerun barat.
Memasuki bulan Desember 2017, duta besar Nigeria mengecam Kamerun setelah pasukan Kamerun memasuki wilayah timur Nigeria tanpa izin saat mengejar pasukan Ambazonia. Namun tudingan tersebut langsung dibantah oleh juru bicara pemerintah Kamerun. Petinggi militer Kamerun justru balik menuduh kalau pemerintah Nigeria secara diam-diam membiarkan pasukan Ambazonia bersembunyi di wilayah Nigeria.
Untuk menunjukkan kalau pemerintah Nigeria tidak memiliki niat mendukung para pemberontak Ambazonia, pemerintah Nigeria pada bulan Januari 2018 menangkap 69 anggota pemberontak Ambazonia & menyerahkannya ke pihak Kamerun.
Sejak bulan yang sama, sasaran penyerang milisi Ambazonia juga semakin meluas. Jika pada awalnya yang menjadi sasaran utama mereka adalah konvoi & bangunan milik aparat Kamerun, pasukan Ambazonia kini mulai menyerang tokoh-tokoh adat setempat yang bekerja sama dengan militer Kamerun.
Bulan Maret 2018, pasukan Ambazonia melakukan serangan tiba-tiba ke konvoi truk militer di Batibo, Kamerun Barat Laut. Akibat serangan tersebut, sebanyak 70 tentara Kamerun dilaporkan tewas. Bagi militer Kamerun, serangan ini sekaligus menjadi peristiwa serangan paling mematikan di bulan-bulan awal perang.
Simpang Siur di Kubu Pemberontak
Memasuki bulan April, pasukan Kamerun berhasil membebaskan 12 warga negara asing & 6 warga Kamerun yang sedang disandera oleh sekelompok milisi di wilayah Kamerun barat. Ambazonian Defence Forces (ADF; Pasukan Pertahanan Ambazonia) selaku kelompok pemberontak utama yang aktif di wilayah Kamerun barat membantah kalau pihaknya melakukan penyanderaan tersebut.
Ambazonian Defence Forces, salah satu kelompok pemberontak yang aktif di Ambazonia / Kamerun barat. (africandefence.net) |
Jika klaim ADF tersebut memang benar adanya, maka peristiwa penyanderaan tersebut menunjukkan kalau pemberontak Ambazonia aslinya terdiri dari banyak faksi yang tidak benar-benar kompak.
Kendati mereka sama-sama memusuhi pemerintah Kamerun & ingin mengupayakan kemerdekaan Ambazonia, banyaknya faksi pemberontak yang aktif berpotensi menimbulkan konflik antara sesama pemberontak jika mereka sampai terlibat perbedaan pandangan, atau melakukan tindakan yang tidak diizinkan oleh faksi lainnya.
Di pihak Kamerun, semakin banyaknya tentara Kamerun yang gugur dalam konflik di Kamerun barat menyebabkan pasukan Kamerun semakin sering melakukan taktik "bakar lumbung untuk basmi tikus". Setiap kali ada tentara Kamerun yang tewas terbunuh, pasukan Kamerun akan langsung membakar desa-desa yang dicurigai menjadi sarang pemberontak.
Menurut laporan CHRDA (organisasi yang menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di Afrika), pasukan Kamerun hingga bulan Agustus 2018 dikabarkan sudah melakukan pembakaran terhadap lebih dari 100 desa di wilayah Kamerun barat.
Tahun berganti, wilayah yang menjadi arena konflik semakin bertambah luas. Kawasan Francophone yang kebetulan berbatasan dengan kawasan Anglophone kini juga turut menjadi arena konflik. Pada bulan April 2019 contohnya, pasukan Ambazonia melakukan penyerangan ke pos-pos militer di Penda Mboko, Provinsi Littoral (provinsi di Kamerun barat yang termasuk dalam zona Francophone).
Bulan Oktober 2019 menandai periode rumit dalam Perang Ambazonia. Pada bulan tersebut, di saat pemerintah pusat Kamerun menggelar dialog akbar di ibukota Yaounde untuk menemukan solusi mengakhiri konflik, massa & polisi terlibat bentrokan hebat di wilayah Kamerun barat. Bentrokan yang menewaskan 9 orang tersebut terjadi saat massa tengah memperingati 2 tahun deklarasi "kemerdekaan" Ambazonia.
Di bulan yang sama, seorang komandan pemberontak Ambazonia yang bernama Polycarp Ekeom mengumumkan kalau dirinya tidak mau lagi mengangkat senjata supaya bisa melanjutkan hidupnya secara damai. Namun hanya berselang beberapa jam setelah Ekeom membuat pernyataan tersebut, Ekeom ditemukan tewas dengan tubuh yang sudah terpotong-potong.
Warga Sipil Melawan Balik
Ekeom sendiri ternyata bukanlah satu-satunya tokoh dari golongan Anglophone yang ingin supaya wilayah tersebut kembali damai. Pada bulan Januari 2020, warga sipil di wilayah Anglophone beramai-ramai menyerang sejumlah markas milik kelompok pemberontak. Serangan tersebut dilakukan karena mereka merasa muak atas tindakan pemberontak yang melakukan penculikan & pemalakan kepada warga lokal.
Meskipun begitu, tindakan tersebut tidak lantas menunjukkan kalau penduduk di wilayah Anglophone mendukung pemerintah pusat Kamerun. Bagi mereka, pasukan pemberontak & pemerintah tidak ada bedanya karena sama-sama gemar melakukan penindasan kepada warga sipil.
Warga sipil Kamerun yang sedang mengungsi ke Nigeria. (vaticannews.va) |
Menanggapi peristiwa penyerangan tersebut, salah seorang tokoh pemberontak yang bernama Tapang Ivo Tanku lantas mengumumkan kalau anggota pemberontak yang melakukan penganiayaan kepada warga sipil bakal ditangkap & dijatuhi hukuman. Ia juga menuduh kalau ada tentara pemerintah yang sengaja menyamar & berbuat onar kepada warga sipil supaya kelompok pemberontak yang disalahkan.
Bulan Februari 2020, terjadi ledakan bom di ibukota Yaounde. Akibat ledakan tersebut, sebanyak 9 orang mengalami luka-luka. Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Namun ada dugaan kalau ledakan tersebut didalangi oleh anggota pemberontak Ambazonia supaya pemerintah pusat Kamerun merasa semakin tertekan.
Saat Turnamen Sepak Bola Ikut Terkena Imbasnya
Tahun 2021 & 2022 menjadi momen penting bagi publik sepak bola Kamerun. Pasalnya di tahun 2021, Kamerun bakal menggelar turnamen Piala Nasional Afrika / CHAN (turnamen antar negara yang hanya boleh diikuti oleh pemain-pemain dari liga domestik masing-masing negara). Kemudian pada tahun 2022, giliran turnamen Piala Afrika yang bakal dilangsungkan di negara tersebut.
Dilangsungkannya turnamen berskala internasional di Kamerun lantas coba dimanfaatkan oleh pasukan pemberontak Ambazonia untuk menjalankan aksinya sambil menarik perhatian dunia internasional. Hanya 2 hari sebelum pertandingan pembuka Piala Nasional Afrika digelar, terjadi ledakan bom di luar Stadion Omnisport Limbe.
Tidak ada korban tewas dalam insiden tersebut, namun sejumlah mobil mengalami kerusakan akibat ledakan. Lepas dari insiden tersebut, Piala Nasional Afrika pada akhirnya tetap dilangsungkan sesuai dengan jadwal awal, termasuk di Stadion Omnisport Limbe.
Pasukan Kamerun yang sedang bersiaga. (AFP / thedefensepost.com) |
Setahun kemudian, kota Limbe kembali menjadi lokasi timbulnya peristiwa yang tidak mengenakkan. Pada bulan Januari 2022, para pemain tim nasional Mali batal menjalani latihan setelah mereka mendengar sayup-sayup tembakan senjata api.
Belakangan diketahui kalau tidak jauh dari lokasi tersebut, terjadi peristiwa baku tembak antara pasukan pemerintah & pasukan pemberontak. Dalam aksi baku tembak tersebut, sebanyak 2 orang dikabarkan tewas & 5 orang lainnya mengalami luka-luka.
Dengan melihat peristiwa-peristiwa tadi, Perang Ambazonia nampaknya masih belum akan berakhir dalam waktu dekat. Memberikan kemerdekaan pada wilayah Ambazonia pun belum tentu bakal langsung mengakhiri konflik, karena ada peluang kalau faksi-faksi pemberontak di Ambazonia nantinya malah saling memerangi akibat masalah perebutan kekuasaan. Masa depan wilayah Anglophone Kamerun nampak masih suram & sulit ditebak... - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG (HINGGA JANUARI 2022)
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 2017 - sekarang
- Lokasi : (mayoritasnya di) Kamerun barat
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Kamerun
melawan
(Daerah) - Ambazonia
Hasil Akhir
Belum diketahui, konflik masih berlangsung hingga sekarang
Korban Jiwa
Lebih dari 4.000 jiwa
REFERENSI
Abah, I.. 2018. "4000 persons in Batibo displaced after deadly clashes between gunmen and security forces".
(www.journalducameroun.com/en/4000-persons-batibo-displaced-deadly-clashes-gunmen-security-forces/)
AFP & Reuters. 2017. "Several killed in Cameroon as anglophones declare ‘independent Ambazonia’".
(www.euractiv.com/section/languages-culture/news/several-killed-in-cameroon-as-anglophones-declare-independent-ambazonia/)
Africanews. 2020. "Cameroon: nine injured in artisanal bomb blast in Yaounde".
(www.africanews.com/2020/11/02/cameroon-nine-injured-in-artisanal-bomb-blast-in-yaounde//)
Africans Elections Databse. 2011. "Sub-National Referendums in Sub-Saharan Africa".
(africanelections.tripod.com/referenda.html#1961_British_Cameroons_Plebiscite)
Ajumane, F.. 2018. "Local chief murdered in Mundemba by separatists".
(www.journalducameroun.com/en/local-chief-murdered-mundemba-separatists/)
Andozongo, S.. 2017. "Trial over Cameroon's Anglophone protests exposes national divide".
(www.reuters.com/article/us-cameroon-protests/trial-over-cameroons-anglophone-protests-exposes-national-divide-idUSKBN15S1UH)
Atabong, A.B.. 2017. "Cameroon’s “Anglophone” crisis has reached a boiling point as security forces kill 17 protesters".
(qz.com/africa/1092006/cameroon-anglophone-crisis-police-kill-15-southern-cameroons-independence-protestors/)
BBC. 2016. "Bamenda protests: Mass arrests in Cameroon".
(www.bbc.com/news/world-africa-38078238)
BBC. 2018. "Cameroon frees European hostages taken in Anglophone area".
(www.bbc.com/news/world-africa-43640886)
Chimtom, N.K.. 2021. "Fleeing the conflict at home: Refugees from Cameroon in Nigeria".
(www.dw.com/en/fleeing-the-conflict-at-home-refugees-from-cameroon-in-nigeria/av-58671092)
DeLancey, M.W.. 2008. "Cameroon, history of". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Deutsche Welle. 2017. "English speakers protest in Cameroon, demand equal rights amid calls for secession".
(www.dw.com/en/english-speakers-protest-in-cameroon-demand-equal-rights-amid-calls-for-secession/a-40649852)
Ekah, E.R.. 2019. "The Anglophone Crisis in Cameroon: A Geopolitical Analysis".
(eujournal.org/index.php/esj/article/download/12603/12314)
GlobalSecurity.org. "Southern Cameroons National Council (SCNC)".
(www.globalsecurity.org/military/world/para/scnc.htm)
H. Cynthia, dkk.. 2020. "Cameroon Conflict Insight".
(media.africaportal.org/documents/Cameroon-Conflict-Insights-vol-1.pdf)
I. Mules & J.M.N. Song. 2020. "Cameroon: Schools targeted in Anglophone crisis".
(www.dw.com/en/cameroon-schools-targeted-in-anglophone-crisis/a-55521637)
Immigration and Refugee Board of Canada. 2014. "Cameroon: The Southern Cameroons National Council (SCNC) and the Southern Cameroons Youth League (SCYL); organizational structures; leaders; activities; membership cards; treatment of their members by government authorities (2010-February 2014)".
(www.refworld.org/docid/5373373d6.html)
Journal du Cameroun. 2018. "Villagers flee Zhoa after arson attacks".
(www.journalducameroun.com/en/villagers-flee-zhoa-arson-attacks/)
Journal du Cameroun. 2019. "Cameroon:Three gendarmes injured as suspected Ambazonia fighters attack Littoral region again".
(www.journalducameroun.com/en/cameroon-three-gendarmes-injured-as-suspected-ambazonia-fighters-attack-littoral-region-again/)
Kindzeka, M.E.. 2019. "Cameroon Separatists Celebrate 'Independence' as Dialogue is Held".
(www.voanews.com/a/africa_cameroon-separatists-celebrate-independence-dialogue-held/6176893.html)
Kindzeka, M.E.. 2020. "African Governments Encourage Surrender of Illegal Weapons".
(www.voanews.com/a/africa_african-governments-encourage-surrender-illegal-weapons/6197368.html)
Kindzeka, M.E.. 2020. "Cameroon Anglophone Villagers Attack Separatist Camps Over Abuse".
(www.voanews.com/a/africa_cameroon-anglophone-villagers-attack-separatist-camps-over-abuse/6182281.html)
Li, J.. 2021. "The Anglophone Crisis in Cameroon".
(borgenproject.org/anglophone-crisis/)
Ojewale, O.. 2021. "Cameroon alone can’t stop illicit arms flooding into the country".
(issafrica.org/iss-today/cameroon-alone-cant-stop-illicit-arms-flooding-into-the-country)
P. Carsten & A. Ross. 2017. "Exclusive: Cameroonian troops entered Nigeria without seeking authorization, sources in Nigeria say".
(www.reuters.com/article/us-cameroon-separatists-nigeria/exclusive-cameroonian-troops-entered-nigeria-without-seeking-authorization-sources-in-nigeria-say-idUSKBN1EE2II)
Sang, K.. 2021. "Chan 2021: Explosions at Limbe stadium days before Tanzania opener - Reports".
(www.goal.com/en-au/news/chan-2021-explosions-at-limbe-stadium-days-before-tanzania/wykggnf5tmrf1d5jsxdpchlha)
Schofield, W.. 2022. "Mali suspend training at AFCON after gun battle breaks out close by 'with two killed'".
(www.dailystar.co.uk/sport/football/mali-tunisia-afcon-training-suspended-25925820)
Xinhua. 2019. "Key separatist commander killed after dropping weapons in Cameroon's troubled Anglophone region".
(www.xinhuanet.com/english/2019-10/17/c_138480115.htm)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Semoga bisa ditemui solusi akhir, sehingga bisa menghentikan konflik yang tak berkesudahan
BalasHapus