Gajah perang Seleucid (kiri) saat menyerang gajah perang Ptolemaik. (doe3000 / pinterest.com) |
Palestina merupakan wilayah di Timur Tengah yang kerap menjadi arena konflik hingga sekarang. Lokasinya yang strategis & adanya tempat-tempat yang disucikan oleh penganut agama Samawi menjadi penyebab kenapa wilayah ini tidak pernah sepi dari pergolakan. Sebagai contoh, pada abad ke-20 negara-negara Arab pernah beberapa kali terlibat perang melawan Israel akibat masalah sengketa Palestina.
Kalau kita mundur hingga ke masa Sebelum Masehi, Palestina juga pernah menjadi lokasi terjadinya Pertempuran Rafah, pertempuran yang terjadi pada tahun 217 SM antara pasukan Kerajaan Ptolemaik Mesir melawan pasukan Kerajaan Seleucid Asia Barat.
Sesuai dengan namanya, Pertempuran Rafah memang berlangsung di Rafah yang sekarang termasuk dalam wilayah Jalur Gaza, Palestina barat. Adapun selain dengan nama Pertempuran Rafah, pertempuran ini juga dikenal dengan nama Pertempuran Raphia (Battle of Raphia) di mana "Raphia" merupakan sebutan orang Yunani Kuno untuk Rafah.
Peta lokasi Rafah di masa kini. (bbc.com) |
Pertempuran Rafah juga dikenang karena pertempuran ini merupakan satu-satunya konflik bersenjata di mana gajah Afrika & gajah Asia pernah bertarung satu sama lain. Jika Kerajaan Ptolemaik menerjunkan gajah Afrika, maka Kerajaan Seleucid menggunakan gajah Asia sebagai bagian dari pasukannya.
LATAR BELAKANG
Aleksander Agung adalah nama dari pemimpin Kekaisaran Makedonia Kuno yang bertahta pada tahun 336 hingga 323 SM. Di bawah kepemimpinannya, wilayah Makedonia membentang mulai dari Eropa hingga Afrika Utara & Asia Barat.
Aleksander meninggal pada tahun 323 SM tanpa sempat menunjuk seseorang untuk mewarisi tahtanya. Sebagai akibatnya, para diadochi / jenderal bawahan Aleksander kini mulai terlibat cekcok karena mereka tidak bisa sepakat mengenai siapa yang sebaiknya menjadi penerus Aleksander.
Perbedaan pendapat tersebut lantas berujung pada pecahnya Makedonia menjadi kerajaan-kerajaan yang lebih kecil. Dua dari sekian banyak kerajaan tersebut adalah Kerajaan Ptolemaik (wilayah kekuasaannya mencakup Mesir & sekitarnya) serta Kerajaan Seleucid (wilayah kekuasaannya mencakup Asia Barat).
Peta Kerajaan Ptolemaik (Ptolemic) & Seleucid di tahun 200 SM. (worldhistorymaps.info) |
Dalam perkembangannya, Ptolemaik & Seleucid kemudian terlibat perang karena sama-sama ingin menguasai wilayah Suriah (Coele Syria). Suriah memiliki nilai strategis yang amat penting bagi kedua belah pihak karena Suriah berlokasi tepat di persimpangan Benua Afrika, Asia, & Eropa.
Wilayah Suriah pada awalnya berada di bawah kekuasaan Seleucid. Namun sejak tahun 241 SM, wilayah Suriah ganti dikuasai oleh Ptolemaik. Theodotus kemudian ditunjuk oleh raja Ptolemaik untuk menjadi gubernur wilayah Suriah.
Tahun 223 SM, Antiochus III dilantik menjadi raja baru Seleucid. Sejak mulai bertahta, Antiochus memendam ambisi untuk memulihkan kembali wilayah-wilayah Seleucid di sebelah barat yang menghilang. Maka, Antiochus pun kemudian menyiapkan pasukannya untuk menginvasi wilayah Suriah & merebut kembali wilayah tersebut dari tangan Ptolemaik.
Gayung bersambut karena Theodotus ternyata sedang memiliki hubungan yang kurang baik dengan pemerintah pusat Ptolemaik. Maka, begitu ia mendengar kabar kalau pasukan Seleucid sedang menginvasi Suriah, ia langsung membelot ke pihak Seleucid. Berkat bantuan Theodotus, pasukan Seleucid berhasil menguasai kota-kota di pesisir Suriah tanpa kesulitan berarti.
Di lain pihak, Ptolemy IV selaku raja Ptolemaik merasa begitu panik begitu mendengar kabar kalau pasukan Seleucid sudah berada di Suriah. Pasalnya wilayah Suriah berjarak tidak jauh dari ibukota Ptolemaik. Supaya pihaknya memiliki cukup waktu untuk mengumpulkan pasukan, Ptolemy pun kemudian mengirimkan bawahannya untuk berunding dengan Seleucid sambil mengulur-ulur waktu.
Kepingan uang logam emas yang menampilkan sosok raja Ptolemaik, Ptolemy IV. (Theodore M. Davis / metmuseum.org) |
Perundingan tersebut pada akhirnya gagal menghasilkan kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Namun pada tahap ini, Ptolemy sudah memiliki pasukan yang ia perlukan untuk menjegal laju pasukan Seleucid. Rencananya, Ptolemy & pasukannya bakal menghadang pasukan Seleucid di Rafah, Suriah selatan.
Sehari sebelum pertempuran dimulai, Theodotus secara diam-diam menyelinap ke perkemahan milik pasukan Ptolemaik dengan maksud ingin membunuh Ptolemy. Namun sesampainya ia di tenda Ptolemy, ternyata Ptolemy tidak ada di dalam tenda tersebut. Dengan gagalnya percobaan pembunuhan tersebut, meletusnya Pertempuran Rafah pun hanya tinggal masalah waktu.
PERBANDINGAN GAJAH PTOLEMAIK & GAJAH SELEUCID
Pertempuran Rafah dikenang dalam sejarah karena pertempuran ini merupakan satu-satunya pertempuran di mana gajah Afrika & Asia pernah bertempur satu sama lain di medan perang. Awal mula penggunaan gajah oleh Ptolemaik & Seleucid sendiri bisa ditelusuri sejak masa di mana pendiri kedua kerajaan tersebut masih berperang sebagai bagian dari pasukan Makedonia.
Saat Aleksander Agung masih hidup, pasukan Makedonia pada awalnya tidak mengenal penggunaan gajah di medan perang karena tidak ada gajah yang hidup di Eropa. Baru saat mereka terlibat perang melawan pasukan Achaemenid Persia, untuk pertama kalinya mereka bertatap muka langsung dengan pasukan gajah.
Pasukan gajah Persia dalam pertempuran melawan pasukan Makedonia. (battlesandcampaigns.wordpress.com) |
Karena gajah memiliki ukuran yang amat besar & suara raungan yang menakutkan, pasukan infantri Makedonia pada awalnya merasa gentar saat harus berhadapan dengan pasukan gajah Achaemenid. Pasukan berkuda / kavaleri Makedonia juga turut merasa gentar karena gajah memiliki bau yang membuat kuda merasa panik & sulit dikendalikan.
Beruntung bagi pasukan Makedonia, mereka dipimpin oleh Aleksander Agung yang terkenal amat lihai dalam membaca situasi & menentukan taktik yang tepat. Dengan memanfaatkan sifat gajah yang mudah panik jika merasa lelah / terluka terlalu parah, pasukan Makedonia berhasil mengalahkan pasukan gajah milik Achaemenid. Gajah-gajah yang masih hidup sesudah itu ganti menjadi milik pasukan Makedonia.
Usai berhadapan langsung dengan gajah, jenderal-jenderal bawahan Aleksander menyadari kalau gajah bisa menjadi senjata yang berbahaya di medan perang. Pasalnya gajah bisa digunakan untuk menginjak-injak tentara musuh, membuat panik pasukan berkuda musuh, mendobrak pintu benteng yang tebal, atau sekedar untuk membuat pasukan musuh merasa ketakutan & kehilangan semangat tempurnya.
Atas pertimbangan itulah, saat Makedonia terpecah menjadi kerajaan-kerajaan yang lebih kecil, Ptolemaik & Seleucid mencoba memperkuat diri mereka masing-masing dengan cara merekrut gajah sebanyak mungkin untuk digunakan dalam pasukannya.
Karena wilayah kekuasaan Ptolemaik berada di Afrika Utara, gajah-gajah yang direkrut oleh Ptolemaik adalah jenis gajah Afrika. Menariknya, menurut catatan Polybius yang mendokumentasikan Pertempuran Rafah, gajah yang digunakan oleh pasukan Ptolemaik ukurannya justru lebih kecil dibandingkan gajah Asia yang digunakan oleh Seleucid.
Koin dari masa Ptolemaik yang menampilkan sosok gajah (kiri). Gajah dalam koin tersebut nampak memiliki daun telinga lebar layaknya gajah Afrika (kanan). (cngcoins.com) (concordiensis.com) |
Hal tersebut lantas memunculkan pertanyaan. Gajah Afrika normalnya berukuran lebih besar dibandingkan gajah Asia. Lantas, mengapa menurut catatan Polybius, gajah Afrika yang digunakan oleh Ptolemaik ukurannya lebih kecil dibandingkan gajah Asia milik Seleucid?
Menurut salah satu teori, gajah Afrika yang digunakan oleh Ptolemaik mungkin aslinya bukanlah spesies gajah Afrika (Loxodonta africana), melainkan spesies gajah belukar Afrika (Loxodonta cyclotis).
Tidak seperti gajah Afrika yang tergolong sebagai hewan darat terbesar di dunia, gajah belukar Afrika ukurannya tidak berbeda jauh dibandingkan gajah Asia. Permasalahan teori ini adalah gajah belukar Afrika habitat aslinya bukanlah di Afrika Utara, melainkan di Afrika Tengah & Afrika Barat.
Kalau menurut teori kedua, gajah Afrika yang digunakan oleh Ptolemaik mungkin aslinya adalah gajah Afrika Utara (Loxodonta africana pharaoensis), subspesies gajah Afrika yang ukurannya lebih kecil & sekarang sudah punah. Di masa Sebelum Masehi, kerajaan-kerajaan Afrika Utara seperti Ptolemaik & Kartago memang diketahui kerap menjinakkan gajah untuk keperluan perang.
Kalau menurut teori terakhir, mungkin saja Polybius aslinya hanya sekedar salah lihat & salah mendeskripsikan ukuran gajah dalam tulisannya. Namun karena tidak ada orang lain yang membuat catatan dokumentasi serupa, catatan buatan Polybius lantas tetap dipercaya oleh banyak orang hingga sekarang.
Koin dari masa Seleucid yang menampilkan sosok gajah (kiri). Gajah
dalam koin tersebut nampak memiliki daun telinga kecil layaknya gajah
Asia (kanan). (journals.openedition.org) (lazoo.org) |
Jika Ptolemaik menggunakan gajah Afrika dalam pasukannya, maka Seleucid menggunakan jenis gajah Asia. Gajah-gajah tersebut didapat dengan cara diimpor dari India. Pada tahun 305 SM, raja Seleucid dikabarkan sengaja menyerahkan wilayah timur kerajaannya kepada Kerajaan Maurya India supaya bisa mendapatkan 500 ekor gajah.
Dalam Pertempuran Rafah, Seleucid dilaporkan menerjunkan pasukan gajah yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan Ptolemaik. Jika pasukan Seleucid diperkuat oleh 103 ekor gajah Asia, maka Ptolemaik hanya diperkuat oleh 73 ekor gajah Afrika. Selain unggul dalam hal jumlah, gajah Asia yang diterjunkan oleh Seleucid ukurannya juga lebih besar dibandingkan gajah Afrika milik Ptolemaik.
BERJALANNYA PERTEMPURAN
Formasi Pasukan Menjelang Pertempuran
Tanggal 22 Juni 217 SM, pasukan Ptolemaik & Seleucid akhirnya berhadapan satu sama lain di Rafah. Kedua pasukan dipimpin langsung oleh rajanya masing-masing. Jika pasukan Ptolemaik dipimpin oleh raja Ptolemy, maka pasukan Seleucid dipimpin oleh raja Antiochus.
Pasukan Ptolemaik berjumlah total 65.000 personil (sumber lain menyebut kalau jumlah prajurit Ptolemaik mencapai 75.000 personil) dengan komposisi yang terdiri dari 25.000 prajurit infantri phalanx, 6.000 penunggang kuda, 73 ekor gajah Afrika Utara, & ribuan prajurit infantri dengan aneka macam persenjataan ringan.
Di pihak yang berseberangan, pasukan Seleucid diperkuat oleh sekitar 66.000 personil. Komposisi pasukan Seleucid terdiri dari 30.000 infantri phalanx, 6.000 penunggang kuda, 103 ekor gajah Asia, & 30.000 tentara bayaran dengan persenjataan yang bervariasi.
Karena Kerajaan Ptolemaik & Seleucid sama-sama didirikan oleh bekas jenderal Makedonia, pasukan dari masing-masing kerajaan pun sama-sama menggunakan taktik yang prinsip dasarnya serupa dengan taktik pasukan Makedonia.
Formasi pasukan Seleucid & Ptolemaik menjelang dimulainya Pertempuran Rafah. |
Dalam Pertempuran Rafah, pasukan Ptolemaik & Seleucid sama-sama ditata dalam formasi memanjang. Bagian tengah formasi diisi oleh pasukan infantri phalanx yang membawa tombak panjang & tameng besar. Sementara bagian kiri & kanannya ditempati oleh pasukan tentara bayaran & pasukan dengan persenjataan ringan.
Bagian sayap / bagian paling ujung dari formasi masing-masing pasukan ditempati oleh pasukan berkuda, pasukan dengan gerakan yang paling lincah. Kemudian di depan pasukan berkuda tersebut, terdapat pasukan gajah.
Rencana dari pemimpin kedua belah pihak adalah pasukan gajah akan diperintahkan maju lebih dulu untuk menjebol bagian sayap formasi pasukan lawannya. Saat formasi lawan sudah jebol, pasukan berkuda kemudian diperintahkan untuk berlari ke sisi belakang formasi pasukan lawan.
Pasukan infantri phalanx & infantri ringan di bagian tengah kemudian diperintahkan untuk maju ke arah depan. Akibatnya, pasukan musuh kini terjepit dari segala arah : oleh pasukan infantri phalanx dari bagian depan, oleh pasukan gajah & pasukan infantri ringan dari bagian samping, & oleh pasukan berkuda dari bagian belakang.
Kalau sudah terjepit seperti itu, pasukan musuh sesudah itu bisa digempur dari segala arah hingga akhirnya habis tak bersisa. Namun karena sejumlah alasan, berjalannya pertempuran jarang berlangsung sampai ke tahap ini. Misalnya karena pasukan di pihak yang kalah buru-buru membubarkan diri & kabur dari medan perang sebelum benar-benar dijepit oleh formasi pasukan lawan.
Dimulainya Pertempuran
Pertempuran Rafah dimulai ketika pasukan Seleucid menggerakkan pasukan gajah di sisi kanan formasi untuk menyerang sisi kiri pasukan Ptolemaik. Pasalnya di sisi itulah, Ptolemy memimpin langsung pasukan Ptolemaik. Antiochus di lain pihak memimpin pasukan berkuda di sisi kanan formasi pasukan Seleucid.
Karena gajah Asia milik Seleucid ukurannya lebih besar & jumlahnya lebih banyak dibandingkan gajah Afrika milik Ptolemaik, pasukan gajah Seleucid berhasil mengalahkan pasukan gajah Ptolemaik. Sesudah itu, pasukan gajah Seleucid terus melanjutkan lajunya menuju pasukan Ptolemaik yang berada di sisi kiri formasi.
Pasukan gajah Asia Seleucid saat mengalahkan pasukan gajah Afrika Ptolemaik. (doe3000 / pinterest.com) |
Pasukan Ptolemaik yang ada di sisi tersebut terdiri dari pasukan berkuda & pasukan elit yang mengawal raja Ptolemaik. Supaya aman dari serangan pasukan gajah & pasukan berkuda Seleucid yang berada di belakangnya, pasukan Ptolemaik di sisi kiri memutuskan untuk mundur sambil tetap menjaga supaya formasinya tetap berada dalam kondisi rapat.
Sementara itu di sisi sebaliknya, pasukan Ptolemaik mencoba melawan balik dengan cara memerintahkan pasukan gajah di sisi kanan untuk maju menerjang pasukan gajah Seleucid. Namun karena gajah-gajah Afrika milik Ptolemaik merasa ketakutan saat melihat gajah-gajah Asia milik Seleucid yang ukurannya lebih besar, pasukan gajah Ptolemaik mendadak mogok bertarung & berhenti di tengah jalan.
Pasukan Seleucid di sisi kiri terdiri dari pasukan berkuda, pasukan tentara bayaran, & infantri dengan senjata ringan (misalnya tombak pendek). Mereka memanfaatkan pasukan gajah Asia di depannya untuk melindungi diri mereka dari ancaman pasukan berkuda & pasukan gajah Afrika milik Ptolemaik.
Karena merasa terlalu yakin saat melihat pasukan gajah musuh menolak untuk maju, pasukan Seleucid di sisi kiri menjadi lengah & tidak melihat kalau pasukan berkuda Ptolemaik di sisi kanan ternyata sudah memulai serangannya.
Pasukan berkuda Ptolemaik membelok ke arah kanan menjauhi pasukan gajah mereka sendiri sebelum kemudian membelok secara tiba-tiba ke arah kiri - menuju lokasi pasukan sisi kiri Seleucid.
Ilustrasi pasukan berkuda Ptolemaik saat menyerang pasukan berkuda lawannya. (deadliestblogpage.wordpress.com) |
Karena diserang dalam kondisi tidak siap, pasukan Seleucid di sisi kiri mengalami kekalahan & terpaksa beramai-ramai meninggalkan posisinya. Saat pasukan gajah Seleucid di sisi kiri melihat kalau rekan-rekan di belakangnya sudah mundur dari garis depan, mereka memutuskan untuk ikut mundur supaya tidak dikeroyok oleh pasukan Ptolemaik.
Pertempuran kemudian berlanjut ke sisi tengah setelah pasukan infantri phalanx dari kedua belah pihak sama-sama maju untuk menerjang satu sama lain. Pertempuran di sisi tersebut pada awalnya berlangsung sama kuat.
Di tengah-tengah berlangsungnya pertempuran di sisi tengah, Ptolemaik berhasil melarikan diri dari sisi kiri untuk kemudian muncul di sisi tengah pasukannya. Begitu pasukan infantri Ptolemaik melihat kalau rajanya berada di belakang mereka, pasukan infantri Ptolemaik menjadi bersemangat & akhirnya berhasil mengalahkan pasukan infantri phalanx Seleucid.
Pasukan infantri phalanx. (militaer-wissen.de) |
Pada titik ini, sisi tengah & sisi kiri pasukan Seleucid sama-sama sudah mengalami kekalahan. Yang tersisa sekarang hanyalah pasukan gajah & pasukan berkuda di sisi kanan yang dipimpin langsung oleh Antiochus.
Saat Antiochus akhirnya menyadari kalau pasukan Seleucid di sisi tengah & kiri sudah mengalami kekalahan, ia beserta sisa-sisa pasukannya memutuskan untuk mundur. Dalam pertempuran ini, pasukan gajah Seleucid memang berhasil mengungguli pasukan gajah Ptolemaik. Namun karena pasukan Seleucid yang lain tidak berhasil menunjukkan keunggulan serupa, Pertempuran Rafah pun berakhir dengan kemenangan Ptolemaik.
KONDISI PASCA PERTEMPURAN
Pertempuran Rafah merupakan pertempuran dengan jumlah korban jiwa yang cukup tinggi. Ptolemaik selaku pemenang dalam pertempuran ini harus kehilangan 1.500 prajurit infantri, 700 prajurit berkuda, & 16 ekor gajah. Jumlah korban tewas yang jauh lebih tinggi harus diderita oleh Seleucid karena mereka harus kehilangan 10.000 prajurit infantri, 1.000 prajurit berkuda, & 5 ekor gajah.
Akibat kekalahan dalam Pertempuran Rafah, Antiochus terpaksa harus menyerahkan kembali kota-kota di pesisir Suriah yang tadinya berhasil direbut oleh pasukan Seleucid. Sudah jatuh tertimpa tangga, kekalahan dalam Pertempuran Rafah juga menyebabkan sepupu Antiochus yang bernama Achaeus berani memulai pemberontakan di wilayah Turki & mengklaim dirinya sebagai raja baru Seleucid.
Antiochus langsung bergerak cepat & mengumpulkan pasukannya untuk menyerbu Achaeus. Hasilnya, pasukan bawahan Antiochus berhasil memadamkan pemberontakan tersebut & membunuh Achaeus. Sukses meredam pemberontakan di sebelah barat, Antiochus memutuskan untuk fokus melakukan perluasan wilayah ke sebelah timur wilayah Seleucid.
Kepingan uang logam yang menampilkan wajah Antiochus III. (guberman.blogspot.com) |
Di pihak Ptolemaik, pertempuran ini memang menyebabkan Ptolemaik berhasil mempertahankan statusnya sebagai penguasa wilayah Suriah. Namun kemenangan dalam pertempuran ini bukanlah kemenangan tanpa konsekuensi. Untuk membiayai perang, Ptolemy menarik pajak tinggi dari warga lokal. Ptolemy juga merekrut penduduk asli Afrika secara paksa untuk dijadikan prajurit.
Kombinasi dari hal-hal tersebut menyebabkan penduduk di Mesir selatan nekat melakukan pemberontakan pada tahun 205 SM dengan dipimpin oleh Horwennefer. Akibat pemberontakan tersebut, wilayah Mesir selatan sempat melepaskan diri dari Ptolemaik sebelum kemudian berhasil diserap kembali pada tahun 186 SM. - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG
Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 22 Juni 217 SM
- Lokasi : Rafah
Pihak yang Bertempur
(Negara) - Ptolemaik
melawan
(Negara) - Seleucid
Hasil Akhir
Kemenangan pihak Ptolemaik
Korban Jiwa
- Ptolemaik : + 2.200 jiwa
- Seleucid : + 11.000 jiwa
REFERENSI
- . 2008. "Syrian Wars". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Ars Bellica. "Battle of Raphia".
(www.arsbellica.it/pagine/antica/Raphia/Raphia_eng.html)
Bhattacharya, A.. 2019. "Why Is the Battle of Raphia Overlooked by History".
(turningpointsoftheancientworld.com/index.php/2018/08/25/battle-raphia/)
Cartwright, M.. 2016. "Elephants in Greek & Roman Warfare".
(www.worldhistory.org/article/876/elephants-in-greek--roman-warfare/)
Clarysse, W.. 2004. "The great revolt of the Egyptians (205–186 BC)".
(www.lib.berkeley.edu/sites/default/files/files/TheGreatRevoltoftheEgyptians.pdf)
Sturgeon, C.. 2014. "War Elephant Myths Debunked by DNA".
(www.igb.illinois.edu/news/war-elephant-myths-debunked-dna)
Walbank, F.W.. 2008. "Alexander the Great". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Wasson, D.L.. 2014. "Battle of Hydaspes".
(www.worldhistory.org/article/660/battle-of-hydaspes/)
Wasson, D.L.. 2016. "Wars of the Diadochi".
(www.worldhistory.org/Wars_of_the_Diadochi/)
Wikipedia. "Battle of Raphia".
(en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Raphia)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar