Siput zombie dilihat dari depan. (Gilles San Martin / wikimedia.org) |
Zombie adalah salah satu jenis makhluk yang amat sering dijumpai di kisah-kisah bergenre horror. Dalam kisahnya, zombie digambarkan sebagai sosok yang sudah mati, tapi masih bisa bergerak layaknya orang yang masih hidup. Namun tidak seperti orang yang masih hidup, zombie tidak bisa berpikir & hanya bisa berkeliaran tanpa tujuan.
Zombie sendiri ternyata bukan hanya dapat dijumpai di ranah fiksi. Fenomena zombie juga dapat dijumpai di dunia nyata. Siput zombie adalah contoh dari fenomena zombie yang sungguh-sungguh terjadi.
Siput zombie adalah sebutan untuk siput yang aslinya masih hidup, namun tidak bisa lagi mengendalikan gerakannya sendiri. Karena tingkah lakunya tersebut nampak tidak ada bedanya dengan zombie alias mayat hidup yang bertingkah tanpa berpikir, istilah "zombie" pun digunakan untuk menyebut siput ini.
Fenomena siput zombie biasanya dijumpai pada siput darat genus Succinea. Seekor siput bisa menjadi siput zombie ketika siput yang bersangkutan terinfeksi oleh cacing parasit Leucochloridium paradoxum.
Cacing L. paradoxum biasanya hanya dijumpai di Benua Amerika Utara & Eropa. Oleh sebab itulah, fenomena siput zombie biasanya hanya dapat dijumpai di kawasan tersebut.
Lantas, kenapa L. paradoxum bisa membuat siput menjadi layaknya zombie? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka mula-mula kita harus memahami siklus hidup cacing L. paradoxum terlebih dahulu.
L. paradoxum adalah cacing parasit yang hidup pada anus burung, khususnya burung gagak & burung pipit. Cacing ini makan dengan cara menyerap zat-zat gizi yang terkandung pada tinja burung. Karena cacing ini memiliki organ penghisap pada kepalanya, cacing ini bisa menempel pada dinding usus burung tanpa terseret keluar.
Cacing L. paradoxum saat berada di luar tubuh inangnya. (R.R. Usmanova, dkk. / researchgate.net) |
Saat ingin berkembang biak, L. paradoxum akan menaruh telur-telurnya ke dalam tinja burung. L. paradoxum adalah hewan hermafrodit alias berkelamin ganda. Mereka bisa melakukan perkawinan secara mandiri. Namun jika situasinya memungkinkan, L. pradoxum juga bisa melakukan perkawinan dengan L. paradoxum lainnya sebelum bertelur.
Telur-telur yang sudah dikeluarkan oleh L. paradoxum kemudian akan mengendap di dalam tinja. Saat burung yang menjadi inangnya buang air besar, telur L. paradoxum akan terbawa keluar bersama dengan tinja burung.
Tinja burung yang kini sudah teronggok tersebut kemudian akan dikunjungi oleh hewan-hewan pemakan tinja, salah satunya siput. Sekedar informasi, walaupun siput terkenal sebagai hewan pemakan daun, siput juga mau memakan tinja burung. Khususnya jika tinja tersebut mengandung sisa-sisa material tanaman yang tidak tercerna.
KELUAR ANUS BURUNG, MASUK MULUT SIPUT
Saat siput memakan tinja inilah, telur L. paradoxum tanpa sengaja akan masuk ke dalam tubuh siput. Begitu sudah berada di dalam, telur L. paradoxum akan menetas menjadi bayi cacing. Sesudah itu, bayi L. paradoxum akan pergi menuju organ hati-pankreas siput (hepatopankreas) untuk menjalani tahap pertumbuhan lebih lanjut di sana.
Saat sudah mencapai tahap pertumbuhan tertentu, L. paradoxum akan pergi menuju bagian sungut / tentakel siput. Siput memiliki 4 buah sungut pada kepalanya, di mana 2 sungut yang panjang menjadi lokasi dari matanya. Bagian sungut itulah yang dimasuki oleh L. paradoxum.
Siput yang sungutnya kemasukan L. paradoxum akan memiliki sungut yang terlihat membengkak & berwarna-warni. Sungut tersebut juga terlihat berdenyut naik turun. Lalu karena sungutnya sekarang berukuran lebih besar dibandingkan biasanya, siput tersebut tidak bisa lagi masuk ke dalam cangkangnya.
Siput yang sungut matanya berdenyut akibat kemasukan L. paradoxum. (wired.com) |
Namun dampak yang ditimbulkan oleh L. paradoxum belum berhenti sampai di sana. Siput yang sungutnya dimasuki oleh L. paradoxum juga tidak bisa lagi bergerak secara mandiri. Ia kini bergerak di bawah kendali L. paradoxum yang bersarang di sungutnya.
Normalnya, siput hanya aktif pada malam hari supaya terlindung dari cuaca panas & hewan pemangsa. Namun siput yang terinfeksi oleh L. paradoxum justru menjadi lebih aktif pada siang hari. Bukan hanya itu, siput yang terinfeksi juga memiliki kebiasaan untuk pergi ke tempat yang terbuka & mudah dilihat, misanya di ujung pucuk tanaman.
Karena sungut siput sekarang bentuknya terlihat seperti ulat kecil yang sedang menggeliat-geliat, siput tersebut kini menjadi sasaran empuk bagi burung pemakan serangga.
Ilustrasi siklus hidup cacing L. paradoxa. |
Saat ada burung yang melihat siput tersebut, burung tadi spontan bakal langsung memakan sungut siput beserta L. paradoxum di dalamnya. Walaupun sungutnya sudah hilang, siput yang bersangkutan tidak sampai mati karena siput bisa menumbuhkan kembali sungutnya yang putus.
Di lain pihak, L. paradoxum yang tadinya ada di dalam sungut siput sekarang berada di dalam tubuh burung. Ia sesudah itu akan pergi menuju bagian rektum / ujung usus besar burung untuk tinggal di sana. Saat L. paradoxum tersebut menghasilkan telur, siklus hidup L. paradoxum yang melibatkan tinja burung & siput akan terulang kembali. - © Rep. Eusosialis Tawon
KLASIFIKASI LEUCOCHLORIDIUM PARADOXUM
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Diplostomida
Famili : Leucochloridiidae
Genus : Leucochloridium
Spesies : Leucochloridium paradoxum
REFERENSI
De La Cruz, D.. 2003. "Leucochloridium paradoxum".
(animaldiversity.org/accounts/Leucochloridium_paradoxum/)
Simon, M.. 2014. "Absurd Creature of the Week: The Parasitic Worm That Turns Snails Into Disco Zombies".
(www.wired.com/2014/09/absurd-creature-of-the-week-disco-worm/)
Sska. 2023. "Do Snails Have Eyes?".
(www.pestsbanned.com/snails/do-snails-have-eyes/)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar